Kamis, 30 Maret 2023

ASMARA SIBI DAN MEISKE

 







Tahun 1931, Siti Sjahrizad harus kembali ke Hindia Belanda. Kepulangan sang Kakak--tempat dia menumpang sejak 1929-- membuat Sjahrir kemudian tinggal di apartemen Salomon Tas, wartawan berhaluan kiri yang juga ketua Perkumpulan mahasiswa Sosialis Demokrat, yang merupakan kawan dekatnya.
Di apartemen, Tas tinggal dengan isterinya, Maria Johanna Duchateau bersama dua anak mereka.Tinggal pula disana, teman perempuan Maria, Judith Van Wamel.
Tas, Maria, Sjahrir dan Judith mempunyai kesamaan: suka sastra, film bermutu dan musik serta menghadiri pertemuan politik di bar Americain, Amsterdam.
Perkawanan itu ternyata melahirkan asmara antara Sjahrir dan Maria.
Kesibukan Tas untuk politik membuat pernikahannya gersang, disamping kedekatannya dengan Judith yang makin akrab.
Sjahrir serius menjalin cintanya dengan Maria , bahkan berniat membawa pulang ke Hindia. Karena harus mengambil alih pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia, Sibi--begitu Maria memanggil-- memutuskan pulang terlebih dahulu. Kepada Meiske-- panggilan sayang kepada Maria, Sjahrir mengatakan bisa membantu kaum perempuan di bidang pergerakan.
April 1932 Maria bersama 2 anaknya bertemu Sjahrir dan pada tanggal 10 bulan yang sama mereka menikah di sebuah masjid di Medan.
Sebulan kemudian, Polisi menyelidiki dokumen Maria dan ditemukan data bahwa statusnya masih isteri dari Tas, aktivis gerakan anti kolonialis.
Lima pekan setelah akad, pada 5 Mei 1932, pernikahan Sjahrir dibatalkan oleh pemuka agama setempat dan lima hari kemudian Maria dipulangkan ke Belanda. Yang membuat hati Sjahrir sedih, Maria tengah mengandung anaknya.
Keinginan Sjahrir untuk menyusul isterinya mendapatkan banyak halangan. Namun mereka masih sempat saling berkirim surat dengan lancar. Dari surat Maria juga diketahui meninggal nya anak mereka saat dilahirkan.
Direncanakan Sjahrir akan berangkat ke Belanda pada Maret 1934 dengan bekal uang kiriman dari Maria.
Tapi kemudian Sjahrir ditangkap dan ditahan sehingga gagal semua yang direncanakan. Meski demikian surat surat mereka berjalan dengan hangat.
Dua tahun kemudian, 2 September 1936 mereka menikah kembali secara jarak jauh, Sjahrir yang berada di Bandaneira diwakili oleh pelukis Salim. Namun pernikahan jarak jauh tersebut suasana yang tidak sehat dan penuh ketegangan.
Sjahrir kemudian meminta Maria menyusul ke Bandaneira. Keinginan itu gagal , karena Maria tidak mempunyai cukup uang untuk berangkat.
Akhir 1939 Maria sudah mempunyai bekal untuk menyusul Sjahrir, namun tidak ada lagi kapal yg menuju Hindia Belanda. Perang Dunia kedua berkobar.Kembali mereka hanya berhubungan dengan surat-menyurat...

Waktu berlalu

Sjahrir berkiprah di Indonesia sebagai Perdana Menteri.

Saat ada pertemuan di India, Nehru mempertemukan Sjahrir dan Meiske. Namun Sjahrir saat itu sudah akrab dengan sekretarisnya, Poppy. Usai perjumpaan di India, Sjahrir menceraikan Meiske dengan resmi dan menikah dengan Poppy. Maria Duchateau lalu menikah dengan Sutan Sjahsjam, adik dari Sjahrir dan ikut membesarkan dua anak Maria dari pernikahannya dengan Solomon Tas.[] 


Dari buku
SJAHRIR
Peran besar bung Kecil

Rabu, 29 Maret 2023

HUKUMAN PENYULAAN

 


Batavia 1769
Seorang budak Macasser (Makassar) telah ditangkap karena membunuh majikannya.Pada pagi hari, terpidana digiring ketempat eksekusi di sebuah lapangan rumput dan diletakkan tengkurap serta dipegangi empat orang pria.Seorang algojo lalu mengiris bagian bawah tubuhnya.Kemudian sebuah penyula berupa besi runcing sepanjang enam kaki ditusukkan melalui irisan tersebut dan ditelusupkan diantara kulit dan tulang belakang.Dua orang lalu menyodokkan tongkat besi itu sepanjang tulang belakang, sementara algojo memegang ujungnya untuk mengarahkan ke posisi yang tepat,yaitu menembus keluar antara leher dan bahunya.Ujung bawah tongkat lalu dimasukkan kedalam tiang kayu dan segera dipaku,dan terpidana lalu diangkat, sehingga dalam posisi tersula,dan tiang kayu tertancap kedalam tanah.Berikutnya diletakkan 10 kaki dari tanahe semacam bangku penyangga tubuh terpidana.
Ketahanan dan ketabahan terpidana sungguh luar biasa.Dia tidak mengeluh sedikitpun, kecuali saat tongkat dilakukan ke pilar,getaran yang ditimbulkan saat palu dipukulkan ke tiang tampaknya tak tertahankan baginya,dan dia berteriak kesakitan,juga saat dia diangkat dari tanah.Dia duduk dalam posisi mengerikan sampai kematian mengakhiri siksaan ini, yang untungnya terjadi pada hari berikutnya pada jam tiga sore.Kematiannya datang lebih cepat berkat hujan yang turun sekitar satu jam,dan dia mati setengah jam kemudian

Dari buku
SEJARAH TANAH JAWA

Senin, 27 Maret 2023

ANTARA CARMEN, IMELDA DAN FERDINAND

Pada tahun 1950 Carmen Ortega yang cantik bertemu Ferdinan. Carmen gadis desa yang miskin dari Ilocos. Saat perempuan itu mengikuti kontes Ratu Foto, Ferdinand menawarkan diri menjadi sponsor. Setelah itu, mereka hidup bersama di rumah yang ditempati juga oleh ibunya.Di sekitar kota, Carmen dikenal sebagai Nyonya Marcos. Pengumuman tentang perkawinannya dengan Carmen muncul dalam pers Manila, tetapi tampaknya tidak pernah ada upacara perkawinan sipil atau gereja. Sebagi istri, Carmen tidak bernilai apa-apa dalam politik, keluarganya tidak mempunyai pengaruh politik, kecuali di sekitar rumahnya di La Union.


Usai bertemu saat pesta es krim di gedung Kongres Manila pada April 1954, Ferdinand mengganggu Imelda dengan telepon, kiriman bunga dan kunjungan sehingga ia pergi ke Baguio untuk memperingati Minggu Kudus.

Pada hari Jumat Agung, Imelda membuat satu keputusan penting dalam hidupnya. Tanpa konsultasi dengan siapa pun, dengan keluarga atau kawan-kawannya, ia menandatangani surat kontrak perkawinan dengan Ferdinand. Persiapan acara pelaksanaan perkawinan memerlukan waktu tepat sebelas hari. Pada hari Sabtu Kudus mereka melangsungkan upacara perkawinannya di hadapan hakim di Baguio.

Ferdinand memberikan kepada Imelda pita perkawinan terbuat dari emas putih dengan dengan sebelas butir berlian yang melambangkan sebelas hari pacaran.

Perkawinan gereja besar-besaran diadakan di San Miguel Pro-Cathedral di Manila tanggal 1 Mei 1954. Gaun pengantin Imelda yang didesain oleh perancang mode terkenal, Ramon Valera, terbuat dari kain halus nilon dan satin putih. Roknya dipenuhi hiasan berbentuk daun yang berkelap-kelip penuh mutiara dan batu permata. Kelompok keluarga Imelda, Romualdez merasa canggung dengan semua kemegahan ini; saudaranya Conchita mengakui bahwa "ini adalah perkawinan politik." Banyak senator dan anggota Kongres yang hadir.

Ferdinand tidak membuang waktu, dan segera memboyong Imelda ke luar kota untuk bulan madu singkat di Baguio.

Imelda mengetahui reputasi Ferdinand sebagai pria yang menyenangi wanita, namun ia tidak tahu bila ia sudah mempunyai istri dan tiga anak, dua laki-laki dan seorang perempuan dari Carmen Ortega, satu-satunya istri Ferdinand yang sah menurut hukum. Sedangkan dengan Imelda hanya sebagai perkawinan politik.


Meski sudah ada Imelda disampingnya, Ferdinand masih mengunjungi Carmen secara rahasia. Dengan mengerahkan keberaniannya, Imelda pergi ke Green Hills, tempat tinggal Carmen dan memintanya berhenti "menghibur" Ferdinand karena akan menghancurkan perkawinan dan kebahagiaannya. Jawaban Carmen sangat mengena: Imeldalah yang telah menghancurkan kebahagiaannya. Carmen baru saja hamil untuk anak keempatnya; kehamilan ini terjadi sejak perkawinan Ferdinand dengan Imelda.

Keberadaan Carmen diantara Imelda dan Ferdinand Marcos membuat Imelda terpukul. Khawatir akan keadaan mentalnya, dengan alasan bulan madu kedua, Marcos membawa Imelda ke Presbyterian Hospital di New York untuk menjalani perawatan selama tiga bulan.

Loreto, psikiater di New York itu memberikan pilihan sederhana kepada Imelda: meninggalkan suaminya atau tetap bersamanya. Bila memutuskan untuk tetap bersama Ferdinand Marcos, Imelda harus melakukan yang terbaik.[]


Sumber:

Buku "Dinasti Marcos" Korupsi Harta dan Kekuasaan di Filipina

Keterangan foto: Marcos bersama keluarga 




Minggu, 26 Maret 2023

PERSAHABATAN SIPIR DAN NARAPIDANA

 Lewat tengah malam, James Gregory menerima telpon yang mengabarkan kematian anaknya karena kecelakaan. Begitu sedihnya hingga sulit dihibur dengan duka tersebut. Enam hari setelah pemakaman Greg kembali bekerja untuk mengalihkan dukanya dan kembali bertemu dengan sahabatnya . "Waktu memang akan menyembuhkan luka fisik, tapi sulit untuk menyembuhkan luka yang tak kasat mata" demikian kata sahabatnya . Ternyata-Nelson- kawannya itu pernah mengalami hal yang sama,kehilangan anak dan Greg yang memberikan hiburan.

James Gregory berasal dari Skotlandia dan dibesarkan di Utara Afrika dan saat kecil berteman dengan Bafana, bocah Zulu.
Usai SMA Greg bekerja sebagai Polisi di Cape Town. Tahun 1966, dia ditugaskan di penjara pulau Robben, sebuah penjara yang terkenal akan kekejamannya: makanan buruk, orang berjejalan pelecehan verbal dan fisik. Para penjaga diketahui sering mengencingi makanan tahanan. Tahanan ditanam sampai batas kepala, dan penjaga mengencingi kepalanya.
James Gregory diperkenalkan dengan para tahanan yang akan ia awasi, agar ia selalu menjaga jarak, sikap serta perkataan
"Baiklah Gregory, ayo kita temui para kafir"

Nelson Mandela sedang berbicara dengan kelompoknya dan membelakangi Gregory saat diperkenalkan.
Mandela berbalik, memandang langsung ke matanya, dengan senyum dan sopan dia berkata "Selamat pagi, selamat datang di pulau Robben"
Dan untuk alasan yang tak dimengerti Gregory pun membalas salam itu dengan ramah. Berawal dari kesopanan, keberanian dan kebenaran Nelson Mandela membangkitkan kenangan persahabatan masa kanak-kanak Gregory dengan Bafana.
Selama 23 tahun berikutnya, di berbagai penjara, keakraban mereka tumbuh. Gregory mulai mengerti keadilan dari perjuangan Mandela dan bersimpati. Persahabatan yang tulus antara tahanan dan penjaga. Di tahun-tahun berikutnya di sebuah penjara di Afrika Selatan, Gregory pernah membawa Mandela dalam bagasi mobilnya keluar gerbang penjara ke dunia luar untuk sebentar menikmati kebebasan.
Th 1990, saat Mandela bebas, mereka berangkulan dan mandela menyelipkan sebuah surat kesaku Gregory:"Saat-saat indah yang telah kita habiskan bersama selama 2 dekade berakhir hari ini.tetapi engkau akan selalu ada dalam ingatanku "Gregory menangis saat melihat temannya keluar meninggalkan gerbang penjara dan mengangkat kepalan tangannya sebagai salam pada kerumunan orang yang menyambut Mandela.
Tiga tahun kemudian Gregory berbahagia, saat dari tempat duduknya di bagia tamu khusus, melihat Nelson Mandela dilantik sebagai Presiden pertama Afrika Selatan yan terpilih secara demokratis.
............

Disarikan dari buku
"KARAKTER-KARAKTER YANG MENGGUGAH DUNIA"
Keterangan foto: Nelson Mandela bersama James Gregory


Sabtu, 25 Maret 2023

THE FALL OF SAIPAN

Sembilan hari setelah Eisenhower mendarat di pantai Normandia, Prancis, pada pagi hari tanggal 15 Juni 1944 dua divisi Korps Marinir dengan 40.000 tentara mendarat di Saipan.

Segera pasukan Jepang pimpinan Letjen Yoshitsugu Saito dengan 32.000 tentara menyambutnya.

"Hancurkan musuh di pantai!", demikian perintah Saito.

Maka pecahlah pertempuran pantai itu.Posisi Jepang yang berada di ketinggian dan tersembunyi membuat Amerika terdesak.Dengan menggunakan meriam dan mortir, Jepang membuat pasukan invasi banyak kehilangan korban.Perwira yang maju untuk memberi semangat banyak yang gugur dan segera digantikan second in command.Bila ia kemudian gugur, diganti dengan yang ketiga sehingga akhirnya terdapat sebuah peleton yang dipimpin seorang sersan atau kopral.

Saipan yang rencananya akan direbut dalam waktu seminggu, ternyata berlarut-larut  sampai 24 hari .Jepang yang tidak bisa mendapat bantuan karena laut dikuasai Amerika, makin terdesak posisinya.

Setelah Amerika merebut gunung Tapotchau dan mendesak serta menjepit sisa-sisa pasukan Saito diujung Utara Saipan,barulah Saito mengirim kabar kepada jendral Tojo di Tokyo agar menyampaikan permintaan maafnya kepada Tenno Heika dan akan mempertahankan Saipan sampai pasukan terakhir.

Catatan harian seorang perwira staf jenderal Saito mengatakan.

Mendapati kondisi terakhir pasukannya, jenderal Saito mengadakan konferensi rahasia yang memberikan pilihan mati di gua-gua atau bertempur habis-habisan.Selama empat hari perintah ini disiarkan.Semua orang mengumpulkan miliknya, kemudian dipersiapkan pesta makan terakhir untuk jenderal Saito yg juga dihidangkan sake dan daging kepiting dalam kaleng.

Pesta itu diadakan karena jenderal Saito yang sudah tua tidak ikut dalam serangan Banzai dan memutuskan untuk harakiri.

Sesuai dengan rencana, tepat pada pukul 10 pagi,7 Juli Saito melakukan harakiri yang dipercepat penderitaannya oleh seorang ajudannya dengan menembak kening jenderal itu.

Setelah itu,ia bergabung dengan 3.000 kawannya untuk menyerang.

Laksamana Nagumo, atasan Saito juga melakukan hal yg sama dengan menyobek perutnya dan dipercepat kematiannya oleh ajudannya dengan sebuah tembakan dibelakang kepalanya.

Datang setengah juta selebaran himbauan dari Amerika kepada penduduk sipil pulau Saipan dengan janji akan memperlakukan tawanan sesuai konvensi Jenewa. Tapi beberapa ratus penduduk lebih memilih meledakkan dirinya dengan granat pada perut, dada atau pada kepalanya.

Berikutnya adalah pemandangan yang membuat tentara Amerika terpana: 

Laki-laki, perempuan, anak-anak saling merangkul untuk kemudian terjun bersama dari tebing karang (clifft) yang tinggi.Ibu melemparkan bayinya kebatu karang di jurang yang dalam,  kemudian menyusul terjun. Anak-anak berusia tujuh tahun saling melempar granat tangan.

Berikutnya 100 orang Jepang berdiri pada batu karang ditepi laut. Mereka lalu membungkukkan badan kepada tentara marinir Amerika yang melihat dari sebuah bukit.Lalu mereka mandi , ganti baju dan membentangkan bendera Jepang berukuran besar diatas sebuah batu karang yang datar. Kemudian salah seorang membagikan kepada mereka granat tangan. Dengan itu mereka satu persatu melakukan harakiri.

Hanya 921 militer Jepang, termasuk 17 perwira membiarkan dirinya ditawan. Penduduk sipil Jepang yang ditawan lebih dari 10.000. Yang melakukan harakiri tak bisa dipastikan, tetapi paling sedikit ada 1000 orang.


Keterangan foto: tebing bunuh diri (Banzai Cliff) pulau Saipan


Dari buku

PERANG PASIFIK



Kamis, 23 Maret 2023

 

"DARI DALAM KUBUR, SUARAKU TERDENGAR LEBIH KERAS"


Hongkong, 1932

Dengan menggunakan nama Ong Soong Lee, saya tiba di Kowloon, kota diseberang Bandar Hongkong.

Namun rupanya kedatangan saya sudah diketahui oleh Polisi Rahasia Inggris yang menugaskan dua orang agennya untuk menangkap. Kemudian saya diseberangkan ke Hongkong untuk ditahan.

Suatu saat, ketika dalam kamar tahanan saya dipanggil ke kantor oleh kepala inspektur Murphy. Diberitahukan kepada saya bahwa Hindia Belanda mengirimkan wakilnya ke Hongkong, yaitu Viesbeen yang bekerja pada PID. Dia meminta kepada pemerintah Hongkong untuk menginterview saya. Saat Murphy menyampaikan hal tersebut, saya menolak.

Supaya ada kesan pemerintah Hongkong tidak menyampaikan permintaan Viesbeen, maka melalui Murphy dilakukan beberapa tanya  jawab terhadap saya.

Usai wawancara tidak langsung itu, lalu Murphy bertanya kepada saya apakah yang saya mau katakan atau tanyakan. Saya menjawab "Ingatlah, bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada diatas bumi"

Murphy menyuruh mencatat itu kepada sekretaris yang mendampingi.

"Apakah ada lagi, yang tuan katakan?"

Saya sampaikan kepada pemerintah Hindia Belanda peringatan saya "Storm ahead, don't lost your head" (Topan didepan, jangan kehilangan kepala)

Kalimat ini mengandung dua arti: jangan kehilangan akal dan jangan kehilangan kepala karena dipenggal.

Belakangan Viesbeen mendesak pemerintah Hongkong untuk diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda setelah terbukti saya masih hidup. Rupanya pemerintah Hindia Belanda ingin membuktikan bahwa kabar kematian saya di beberapa negeri tidak benar. Dan saya katakan "Dari dalam kubur suara saya terdengar lebih keras" itu memang sebuah kesiapan saya untuk menghadapi segala kemungkinan demi Indonesia.

Beberapa saat kemudian Murphy diganti dengan petugas lain bernama Thomson yang kemudian akan mengirim saya ke Shanghai.

Sebuah kapal kepunyaan seorang kongsi Inggris disiapkan untuk membawa saya ditemani seorang Inggris yang dikenalkan sebagai "pegawai" Konsul Inggris di Amoy.

Demikianlah akhirnya sesudah meringkuk didalam penjara Inggris, lebih kurang 2 bulan lamanya, pada akhir Desember 1932 saya bertolak dari Hongkong menuju Shanghai, ke bandar yang dikuasai oleh imperialis dan tak lebih aman buat saya daripada di Hongkong.

Seakan-akan saya menuju perangkap. Biarlah para konspirator bersuka cita. Tunggu sajalah saya di Shanghai.

(Memoir Tan Malaka di Hongkong)


Dari buku

"Dari Penjara ke Penjara"

Rabu, 22 Maret 2023

PENARI JAWA DI PARIS EXPO 1889

l'Exposition Universelle (Pameran Semesta) diselenggarakan untuk memperingati seabad Revolusi Prancis pada 6 Mei sampai 31 Oktober 1889.

Umumnya pesertanya dari negara-negara jajahan Prancis, namun kali ini Belanda sebagai negara asing diberi kesempatan untuk membuka beberapa paviliun.

Paviliun Hindia Belanda ini dinamakan dengan Le village javanais (Desa Jawa) atau Le Kampong Javanais. 

Di paviliun ini, pengunjung dapat melihat dari dekat bagaimana masakan Jawa disiapkan oleh mbok Predi yang langsung didatangkan dari Jawa. Terdapat pula pembuatan topi bergaya Jawa, dan tiga bangunan khas Jawa, yaitu gubuk panggung, lumbung padi dan warung minum bergaya pagoda Jawa.

Namun, ada yang banyak menarik perhatian para pengunjung, yaitu tampilnya para penari Jawa.

Sebelumnya, pernah beredar di Belanda kartu pos yang menampilkan foto penari setengah telanjang (hanya mengenakan kain sebatas dada). Jadilah khalayak Prancis penasaran ingin melihat penari itu secara langsung selama enam bulan pameran itu digelar.

Berbagai komentar datang seusai pementasan tari itu yang mampum menarik 875.000 pengunjung. Mereka terpesona oleh gemulai dan gerak tari yang ekpresif dari para penari yang baru berusia dua belas hingga enam belas tahun.

Para penari itu terdiri dari enam orang, yakni lima wanita dan seorang pria. Pria berada di belakang. Dari para penari itu tersebut nama Sarikem, Tuminah, Sukiyah, dan Wakiyem sebagai penari yang berparas elok. Para penari tersebut merupakan kawula Gusti Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara. Mereka dipilih dari total 60 penari yang dimiliki Pura Mangkunegaran, Surakarta.


Sumber :

1.Buku "Sejarah Kecil Indonesia-Prancis 1800-2000

2.https://luk.staff.ugm.ac.id/itd/Jawa/01.html


Keterangan foto: penari Jawa yang tampil di Paris Expo 1889



BLACK DEATH, BENCANA TERBESAR SEPANJANG MASA.

Black Death memulai serangannya di Eropa. Dimulai dari perpindahan kutu dari daerah ke daerah, negara ke negara dari tikus yang berada dimana-mana. Kutu membuang kotorannya di bulu tikus yang kemudian melompat ke manusia pada tiap kesempatan. Kutu itu membawa bakteri Yersinia pestis, yang menyebabkan tiga wabah. Jika tiga wabah itu bergabung menyerang terjadilah yang disebut Black Death.

Urutan penyebaran wabah itu adalah bubonik, pneumonik dan septikemik.Ketiganya menyerang sistem limfa tubuh membuat pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik menyebabkan batuk lendir berdarah; wabah septikemik membuat warna kulit menjadi merah, saat sel-sel dalam tubuh mengeluarkan darah. Dalam semua kasus kematian datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% (bubonik); 90-95% (pneumonik); 100%(septikemik).


Desember 1347 Black Death memulai serangannya di Konstantinopel, kepulauan Italia. Januari 1348 pandemi itu menyerang Yunani  dan Italia, sebagai Perancis, sebagian Yugoslavia, Albania, Bosnia, Herzegovina dan Kroasia.

Desember 1348 Black Death menyerang sisa wilayah Perancis dan Austria, lalu melintasi selat Inggris dengan kapal dan menyerang bagian selatan Inggris. Juni 1349 Black Death menyapu seluruh Swiss, Jerman bagian selatan, Inggris bagian tengah.

Akhir 1349 Black Death menyerang Irlandia, Skotlandia, sisa daerah Inggris lalu melintasi laut Utara menyerang Norwegia selatan.

Sisa dari daerah Norwegia dan sebagian Jerman diserang pada Juni 1350.

Tiga puluh bulan sejak mulai penyerangan,pada 1351 Black Death telah memasuki seluruh Swedia dan Polandia Utara.

Dampak dari pandemi ini berpengaruh ke segala segi masyarakat Eropa: ekonomi, kriminalitas, pertanian, pendidikan dan perjalanan. Orang-orang yang berkeahlian menggunakan tangan seperti tukang kayu, pandai besi dan tukang lain yang selamat menjadi sangat penting bagi kebangkitan Eropa kembali. Tetapi diperlukan waktu dari generasi ke generasi dalam perkembangan populasi untuk memulihkan kembali seperti sebelum terjadi pandemi.

Musnahnya Black Death sebagian besar disebabkan karena perbaikan dalam hal sanitasi, yang melemahkan kemampuan pertahanan kutu pembawa wabah. Kebakaran besar di London tahun 1666 juga ditengarai memberi kontribusi bagi pemusnahan akhir terhadap kutu-kutu yang terkontaminasi di Eropa.

Dalam kurun empat tahun, Black Death telah menewaskan 75 juta orang yang merupakan sepertiga hingga setengah populasi Eropa.


Sumber:

1. Buku 100 BENCANA TERBESAR SEPANJANG MASA

2.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Maut_Hitam

Senin, 20 Maret 2023

Catatan Perjalanan Alfred Russel Wallace

 

KEPULAUAN ARU


13 Maret 1857

Saya meninggalkan Dobo menuju ke Kepulauan Aru. Tujuan utama saya adalah mencari informasi mengenai para pemburu cenderawasih. Mereka biasanya hidup didalam hutan. Melalui perantara orang Kaya sebagai penerjemah saya dapatkan cerita tentang mereka.

Pemburu cenderawasih memanah burung dengan anak panah yang ujungnya dilapisi kayu berbentuk kerucut sehingga tidak melukai dan berdarah. Pohon yang sering dihinggapi cenderawasih adalah pohon yang sangat tinggi. Oleh karena itu perlu didirikan para-para pada cabang pohon, tempat memanah para pemburu. Mereka naik ke para-para ini sebelum matahari terbit dan menunggu selama satu hari.

Cenderawasih sering mendatangi pohon-pohon yang agak pendek di bagian hutan yang kurang lebar dan terbang dengan bunyi mendesing dari cabang ke cabang. Cenderawasih memakan buah-buahan yang berbiji keras sebesar buah gooseberries. Bila terbang, ia akan mengembangkan kipas indah yang menghiasi dadanya. Penduduk Aru menyebut burung itu 'gobi-gobi'.

Suara cenderawasih sangat istimewa. Pada dini hari, sebelum matahari terbit, kami mendengar jeritan "wawk...wawk, wok...wok...wok yang bergema di seluruh rimba, mengubah jurusannya terus-menerus. Suara tersebut adalah suara cenderawasih 'Great Bird of Paradise' yang sedang mencari makan pagi.

Akhirnya, para pembantu saya berhasil mendapatkan cenderawasih yang berbulu sempurna. Selain mendapatkan spesimen cenderawasih, saya pun memperoleh pengetahuan mengenai tabiat burung itu dari kisah para pemburu dan percakapan dengan penduduk. Cenderawasih, sekarang mulai mencapai tingkat yang disebut 'Sakaleli' atau pesta tari di pohon-pohon yang dahan-dahannya menyebar. Di pohon semacam itu terdapat ruang lapang sehingga para cenderawasih dapat memamerkan bulu-bulunya. Dua belas sampai dua puluh burung jantan berkumpul. Mereka menggetarkan bulu-bulu terus-menerus. Sebentar-sebentar mereka terbang dari dahan ke dahan sehingga pohon tertutup oleh bulu yang melambai-lambai. Ukuran cenderawasih sebesar burung gagak dengan bulu berwarna coklat kopi. Kepala dan leher bagian atas berwarna kuning jerami, sedangkan leher sebelah bawah berwarna hijau mengkilap. Bulu rumbai yang berwarna jingga keemasan tumbuh dibawah kedua sayap. Bila cenderawasih sedang hinggap, bulu tersebut tersembunyi. Saat cenderawasih ingin kawin, sayapnya diangkat tegak lurus diatas punggung, kepala membungkuk dan diulurkan kedepan. Bulu-bulu rumbai dikembangkan sehingga membentuk dua kipas keemasan yang bergaris merah di pangkal, kemudian berubah menjadi coklat pucat. Pada saat itu, tubuh cenderawasih seakan-akan tenggelam dalam bulu-bulunya. Kepala yang kuning dan leher hijau zamrud memperindah penampilan burung itu.[]


Dari buku

MENJELAJAH NUSANTARA

Ekspedisi Alfred Russel Wallace abad ke-19

Sabtu, 18 Maret 2023

OSKAR SCHINDLER DARI BRITANIA

Lahir dari keturunan Yahudi, Nicholas Winton adalah seorang yang bekerja di Behrens Bank dan Wasserman Bank di Berlin.

Tahun 1931, ia pindah ke Prancis dan dipekerjakan pada Banque Nationale de Crédit di Paris. Lalu kembali ke London sebagai broker di London Stock Exchange.

Meski bekerja di sektor keuangan. Winton bergabung dengan politik sebagai sosialis dan sangat aktif dalam protes terhadap Nazi Jerman.


Tahun 1938,

Saat akan ke Swiss untuk bermain ski, Nicholas Winton mendapat kabar terjadi peristiwa yang disebut dengan Kristallnacht (malam pembantaian terhadap orang Yahudi).


Pada saat itu terjadi serangan massal yang dilakukan terhadap bangsa Yahudi di seluruh Jerman. Rumah, rumah sakit, dan sekolah Yahudi dijarah serta dibakar. Lebih dari 1.000 gereja Yahudi dan 7.000 usaha dihancurkan. Hampir 100 orang dibunuh dan 30.000 orang ditangkap serta dikirim ke kamp konsentrasi. 

Cekoslovakia akan menjadi sasaran genosida berikut. Nicholas segera menghubungi temannya yang ada di Praha untuk melakukan penyelamatan.

Pemerintah Inggris mengizinkan pengungsian terhadap anak-anak Yahudi tersebut dengan syarat setiap anak dipasangkan dengan orang tua angkat sampai mereka berumur 18 tahun. Setiap anak harus mempunyai jaminan sebesar 50 pound.

Winton lalu mendirikan kantor di ruang makan hotelnya di Praha dan membuat daftar berisi ratusan anak yang akan dia bantu melarikan diri dari Nazi.

Kemudian dia kembali ke Inggris untuk menggalang dana dan mengatur tempat tinggal dan mengatur pelarian 669 anak ke Inggris menyusul orang tua mereka yang dibawa ke kamp konsentrasi.


Nicholas Winton berusaha melupakan dan tidak pernah menyinggung tentang penyelamatan pengungsi Yahudi ini kepada siapa-siapa karena dia frustrasi karena tidak bisa berbuat lebih banyak sampai istrinya menemukan sebuah scrapbook 

(buku kliping) yang didalamnya berisi ratusan nama dan alamat di loteng rumah mereka.


Limapuluh tahun kemudian,

Pada suatu acara televisi, Nicholas diundang diperkenalkan dengan seorang wanita di sebelahnya oleh pembawa acara. Wanita itu, yang kini berusia lima puluhan, adalah salah satu anak yang diselamatkan Nicholas. Wanita itu mengucapkan terima kasih berulang kali. Dia mencium tangan Nicholas dan mengucapkan banyak terimakasih. Nicholas harus menghapus air matanya karena kebaikan yang dia lakukan menjadi nyata baginya dari sisi kemanusiaan. Pembawa acara lalu bertanya apakah ada orang lain di antara hadirin yang berutang nyawa pada Nicholas Winton. Semua hadirin berdiri. Orang-orang yang telah mempunyai keluarga sendiri: istri, suami, anak, cucu.

Nicholas Winton tidak terlalu yakin apa yang terjadi. Dia melihat ke satu sisi, sisi lain, lalu ke belakang. Lalu dia berdiri dan melihat sekelilingnya.

Seluruh hadirin, setiap orang di studio TV tersebut, berdiri, tersenyum,dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Barulah kemudian Nicholas Winton akhirnya memahaminya bahwa apa yang dilakukannya adalah sangat berarti bagi mereka. Bagi sebagian besar anak-anak ini adalah pertama kalinya mereka mengetahui siapa yang telah menyelamatkan mereka, dan merasa itu adalah kehormatan dan hak istimewa untuk bertatap muka dengan penyelamat mereka []



Sumber: 

1.Buku

"SATU + SATU = TIGA" Belajar Kreatif Dari Karya-karya Masterpiece Dunia


2.https://www.hmd.org.uk/resource/sir-nicholas-winton/


3.https://id.celeb-true.com/nicholas-winton-humanitarian-from-britain-helped-children-escape

Keterangan foto: Patung Sir Nicholas Winton di Stasiun utama Cekoslovakia 



Jumat, 17 Maret 2023

RUSIA

 

.............................................

                         ***

Begitu terjadi peristiwa G 30 S, mulanya hampir setiap hari aku telepon ke kota ( kami tinggal 40km dari Moskow). Sebetulnya anak-anak tak boleh menelepon, kecuali ada hal-hal yang penting.Tapi ibu tua penjaga telepon yang juga sekalian menjaga mantel dan topi anak-anak, prihatin padaku dan mengijinkan aku menelpon ke Moskow.

Dari hari ke hari semakin banyak berita penangkapan dan pembunuhan yang membikin bulu kuduk berdiri.Ada berita rumah kami diobrak-abrik dan lalu dibakar.

"Sayang rumahmu dibakar, banyak barang hancur,tapi barang bisa didapat nanti, pelan-pelan"seorang wakil kepala guru menghibur.

Saat tersebar berita tertangkap dan terbunuhnya ayahku,aku tetap pegang teguh pesan yg ditulis ibu pada secarik kecil kertas yg kami terima lewat orang Rusia (melalui kedutaan Sovyet di Jakarta) yg mengatakan jangan mudah percaya berita berita yang ada,harus disaring,dengarkan partai.Namun,suatu sore aku dan Ilya dipanggil,karena ada orang CC PKUS datang untuk menyampaikan hal penting.Saat kmi datang, sampai di ruang kerja Direktur


kami,Drugov, bersama seorang lagi, menyampaikan berita tentang terbunuhnya ayahku, yang menurut mereka, sudah dicek dan dikonfirmasikan.Disamping itu mereka juga menyampaikan pernyataan bahwa kami berdua,aku dan Ilya ,bisa tinggal di Uni Sovyet sampai kapan saja.

....................


Dari buku

IBARURI PUTRI ALAM

roman biografis

Anak sulung DN Aidit



KEDAHSYATAN LETUSAN TAMBORA

Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam.

Pada 5 April 1815 dilaporkan gunung Tambora dilaporkan mulai menggeram dan puncak letusannya terjadi pada 10-11 April 1815. Dimulai pada pukul 19.00,  10 April 1815 dan terus-menerus meletus hingga mengguncangkan bumi keesokan harinya pada skala 7 dari tertinggi 8 skala VEI (Volcanic Explosivity Index- indeks Eksplosivitas gunung api). Kekuatan ledakannya tercatat empat kali lebih besar dari letusan gunung Krakatau.

Berikut beberapa catatan dari berbagai tempat di Indonesia tentang letusan Tambora tersebut:


Sumanap (Sumenep) pada sore hari tanggal 10 April 1815: ledakan menjadi sangat keras, salah satu ledakan bahkan mengguncang kota, laksana tembakan meriam. Menjelang sore keesokan harinya, atmosfer begitu tebal sehingga harus menggunakan lilin pada pukul 16.00.

Pada pukul 19.00 tanggal 11, arus air surut, disusul air deras dari teluk, menyebabkan air sungai naik hingga 4 kaki dan kemudian surut kembali dalam waktu empat menit.


Baniowangie (Banyuwangi): Pada tanggal 10 April 1815 malam, ledakan semakin sering mengguncang bumi dan laut dengan kejamnya. Menjelang pagi, ledakan itu berkurang dan terus berkurang secara perlahan hingga akhirnya benar-benar berhenti pada tanggal 14 April 1815.


Fort Marlboro (Bengkulu) 11 April 1815: Suaranya terdengar oleh beberapa orang di permukiman ini pada pagi hari tanggal 11 April 1815. Beberapa pemimpin melaporkan adanya serangan senjata api yang terus-menerus sejak fajar merekah. Orang-orang dikirim untuk penyelidikan, tetapi tidak menemukan apapun. Suara yang sama juga terdengar di wilayah-wilayah Saloomah, Manna, Paddang, Moco-moco, dan wilayah lain. Seorang asing yang tinggal di teluk Semanco menulis, sebelum tanggal 11April 1815 terdengar tembakan meriam sepanjang hari.


Besookie (Besuki, Jawa timur) 11April 1815: Kami terbungkus kegelapan pada 11 April 1815 sejak pukul 16.00 sampai pukul  14.00 keesokan harinya. Tanah tertutup debu setebal 2 inci. Kejadian yang sama juga terjadi di Probolinggo dan Panarukan, terus sampai di Bangeewangee (Banyuwangi) tertutup debu setebal 20-12 inci. Lautan bahkan lebih parah akibat dari letusan tersebut. Suara letusan terdengar sampai sejauh 600-700 mil.


Grissie (Gresik, Jawa timur) 12 April 1815 pukul 09.00: Tidak ada cahaya pagi. Lapisan abu tebal di teras menutupi pintu rumah di Kradenan. Pukul 11.00 terpaksa sarapan dengan cahaya lilin, burung-burung mulai berkicau mendekati siang hari. Pukul 11.30 mulai terlihat cahaya matahari menerobos awan abu tebal. Pukul 05.00 sudah semakin terang, tetapi masih tidak bisa membaca atau menulis tanpa cahaya lilin.


Makassar tanggal 12-15 April 1815: Udara masih tipis dan berdebu, sinar matahari pun masih terhalang. Dengan sedikit dan terkadang tidak ada angin sama sekali. Pagi hari tanggal 15 April, kami berlayar dari Makassar dengan sedikit angin. Di sepanjang pantai, pasir terlihat bercampur dengan batu-batu berwarna hitam, pohon-pohon tumbang. Perahu sangat sulit menembus teluk Bima karena laut benar-benar tertutup.


Selain itu, dalam memoarnya, Sir Thomas Stamford Raffles menulis kesaksiannya sebagai berikut: "Letusan pertama terdengar di pulau ini pada sore hari tanggal 5 April 1815, mereka menyadarinya setiap seperempat jam, dan terus berlanjut dengan jarak waktu sampai hari selanjutnya. Suaranya, pada contoh pertama, hampir dianggap suara meriam; sangat banyak sehingga sebuah detasemen tentara bergerak dari Djocjacarta, dengan perkiraan bahwa pos terdekat diserang, dan sepanjang pesisir, perahu-perahu dikirimkan pada dua kesempatan dalam pencarian sebuah kapal yang semestinya berada dalam keadaan darurat".[]


Sumber:

1. Buku "Tambora Menyapa Dunia"


2.https://www.behance.net/gallery/75991801/1815-Tambora-Eruption



PERDANA MENTERI NAIK SEPEDA

Agustus 1950 Mohammad Natsir dilantik menjadi Perdana Menteri Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Karena rumah tinggalnya di Jalan Jawa sempit dan kusam tak layak buat pemimpin pemerintahan, maka keluarga Natsir boyongan ke jalan Pegangsaan Timur, rumah kediaman bung Karno. Karena rumah bung Karno cukup lengkap, maka Natsir dan keluarganya hanya membawa koper berisi pakaian dari jalan Jawa.

Saat itu kehidupan keluarga Natsir sudah dibatasi protokoler. Rumah dijaga polisi dan Natsir selalu didampingi pengawal. Meski pemerintah menyediakan fasilitas pembantu, juru masak dan tukang kebun keluarga tersebut tetap berpenampilan sederhana.

Putri sulungnya yang duduk di kelas 2 SMP tetap bersepeda ke sekolah karena jaraknya yang dekat. Sementara adik-adiknya diantar jemput dengan mobil pribadi DeSoto yang dibeli dengan uang pribadi. Istrinya masih belanja ke pasar untuk keperluan dapurnya dan memasak sendiri.

Suatu kali ada seorang dari Kalimantan Selatan datang urusan partai ke Jakarta. Saat akan kembali, utusan itu mampir ke rumah Natsir untuk meminjam uang untuk ongkos pulang ke Banjarmasin. Tapi sang perdana menteri menjawab tidak ada uang, karena belum gajian. Natsir lalu meminjam uang dari kas majalah "Hikmah" yang dipimpinnya.

Maret 1951, Natsir mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri.

Maria Ulfa, sekretarisnya, menyodorkan catatan sisa dana taktis dengan saldo yang cukup banyak dan merupakan hak Sang Perdana Menteri. Tapi Natsir menolaknya, dan dana itu akhirnya dilimpahkan ke koperasi karyawan tanpa sepeserpun mampir ke kantung pemiliknya.

Natsir lalu menyetir mobil dinasnya - sopir pribadinya dibiarkan naik sepeda - menemui Sukarno. Sepuluh menit kemudian Natsir berboncengan sepeda dengan sopirnya menuju rumah jabatan di Jalan Proklamasi untuk mengajak keluarganya kembali ke rumah pribadi yang sempit di Jalan Jawa.[]


Sumber

1.Buku NATSIR

Politik Santun di Antara Dua Rezim

2.https://m.liputan6.com/news/read/248951/bercermin-pada-kesahajaan-mohammad-natsir


Keterangan foto: Mohammad Natsir dengan latar belakang Lambang Masjumi




PERTEMUAN ANAK JENDERAL BERSEBERANGAN

"Mas Gie, kalau bertemu dengan bu Nani, mau tidak?" Tanya dua orang pengurus PPM, sebuah organisasi pemuda, kepada Sugianto.

"Apa!?, benar demikian?. Kalau saya bersedia, apakah bu Nani bersedia?" lanjutnya.

Sugiarto tentu saja beralasan menanyakan hal tersebut. Dia adalah putra Brigjen Supardjo salah satu tokoh dalam peristiwa G30S, sedangkan Nani Nurrachman adalah putri dari Mayjend Sutojo Siswomihardjo, salah satu korban pada peristiwa tersebut.

Setelah berdiskusi dengan Hardoyo, mantan ketua CGMI akhirnya Sugiarto menjumpai Joesoef dan Tigor kembali.

"Baiklah, saya mau bertemu dengan Bu Nani dan putra-putri Pahlawan Revolusi yang lain. Saya ingin berdialog dengan mereka. Mari kita sama-sama saling melupakan masa lalu" kata Sugiarto Supardjo akhirnya.

Dan akhirnya bertempat di Hotel Darmawangsa, Jakarta Selatan, kedua putra putri jenderal yang "berlawanan" itu bertemu.

Awalnya pertemuan itu berlangsung kaku. Untunglah Nani Sutojo adalah pakar psikologi sehingga dapat mengatasi situasi tersebut. Melalui dialog yang halus, toleran, santun, kedua orang berjiwa besar ini mulai melebur dalam percakapan sebagai anak bangsa yang mempunyai keprihatinan yang sama terhadap situasi negara yang terancam disintegrasi.

Kata Nani, "Saya menyadari dengan sikap saya berdamai dengan pihak yang disebut 'lawan', saya akan menghadapi berbagai prasangka dan pertanyaan: bagaimana mungkin seorang Nani Nurrachman bisa dan mau berbuat begini, bukankah dia tergolong mereka yang 'menang'?. Bukankah dia termasuk kelompok yang'benar'? Bukankah itu sama dengan 'mengkhianati' perjuangan ayahnya? Biarlah suara-suara demikian berkumandang. Pada akhirnya saya yakin akan pudar bahkan menghilang sejalan dengan beningnya alam pikiran dan heningnya hari nurani yang digunakan untuk memahami sikap saya"

Kata Sugiarto, "Saya tidak suka mencari kesalahan orang lain, tapi saya mencari kesalahan diri saya sendiri untuk diperbaiki. Saya tidak akan pernah menghujat pak Harto dan siapapun yang telah mengeksekusi ayah saya, karena ibu saya sudah berpesan "Jangan sekali-kali kita menghujat orang yang sudah jatuh, karena kita pernah merasakan kejatuhan juga" Nah, pesan ibu itu saya pegang terus. Saya pun ingin meminta maaf andaikata orang tua saya bersalah, sehingga keluarga Pahlawan Revolusi berduka semuanya. Itu saya lakukan sebagai upaya meringankan beban perasaan yang selama ini dihujatkan kepada kami, seolah-olah kami ini anak pembunuh".

Lanjut Nani "Kita dilahirkan dan dibesarkan oleh ibu-ibu kita di tempat dimana kita sendiri melahirkan dan membesarkan anak dan sanak saudara kita dengan kasih sayang yang tidak dapat ditakar atau ditukar. Namun secara ironis, disini pula kita kehilangan orang-orang yang kita cintai. Dalam suasana yang demikian ada suatu pertanyaan yang terlintas didalam pikiran saya, akan tetapkah kita berkubang dalam suasana demikian? Atau adakah suatu tujuan akhir yang ingin kita capai bersama demi mengembalikan harkat dan martabat kita sebagai manusia di bumi Pertiwi?"

Pertemuan kedua anak jenderal yang ' berlawanan' ini menjadi salah satu pembuka jalan mempertemukan anak-anak korban konflik masa lalu. Anak-anak yang orang tuanya terlibat konflik di masa lalu karena saling berseberangan dalam politik dan ideologi, termasuk konflik bersenjata yang menewaskan para pelaku, seperti anak-anak tokoh PNI, PSI, PKI, Masyumi, DI/TII, PRRI /Permesta, anak-anak Pahlawan Revolusi, anak-anak tokoh Orde lama dan Orde Baru. 

Mereka dipertemukan oleh situasi yang hampir matang, atmosfer yang lebih jernih untuk berkontribusi mewujudkan gagasan luhur "berhenti mewariskan konflik dan tidak membuat konflik baru". Motto inilah yang dipakai oleh anak-anak korban konflik masa lalu ketika membentuk Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB)


dari buku

THE CHILDREN OF WAR



SEANDAINYA....

September 1918, Perang Dunia I

Bersama Resimen Duke Wellington AD Inggris, Prajurit Henry Tandey berada di medan pertempuran Marcoing Perancis. Dengan berani Tandey menerobos hujan tembakan Jerman dan berhasil meletakkan balok kayu pada jembatan sehingga pasukannya bisa menyeberang dan menyerang tentara Jerman. Ia juga memimpin serbuan bayonet ke posisi Jerman.

Dalam sebuah pertempuran jarak dekat yang sengit antara pasukan Sekutu dan Jerman, sebuah peristiwa yang sangat bermakna bagi Tandey dan sejarah Dunia terjadi.

Seorang tentara Jerman yang terluka berjalan tertatih-tatih didepan pembidik senapannya. Tentara Jerman itu tidak mengangkat senapannya dan hanya menatap Tandey, bersiap menghadapi maut yang tidak bisa dielakkan lagi.

"Saya bidik, tetapi tidak tega menembak orang luka" ujar Tandey, "maka saya biarkan ia berlalu"

Tentara Jerman itu mengangguk tanda berterima kasih.

Kedua orang berbeda pihak itu pun berbalik arah.

Tandey dianugerahi medali Victoria Cross atas keberanian dan jasanya di medan tempur Marcoing. Bintang jasa itu disematkan oleh Raja George V di Istana Buckingham pada 17 Desember 1919.

Tujuh tahun kemudian Tandey pensiun dari Dinas Militer dengan pangkat Sersan Mayor pada usia 35 tahun. Ia lalu menjadi Kepala Keamanan pabrik Mobil di Leamington Coventry. Banyak orang menilainya sebagai pahlawan, tapi ia tidak besar kepala. Perang sudah bukan hal yang penting lagi untuk dibicarakan kecuali jika ada orang bertanya.

Tentara Jerman yang beruntung itu tidak lain adalah Kopral Adolf Hitler. Ia sendiri tidak pernah melupakan peristiwa penting maupun orang yang menyelamatkan jiwanya.

Saat menjadi Kanselir Jerman pada 1933, ia memerintahkan stafnya menelusuri keberadaan Tandey. Hitler juga mendapat copy lukisan karya Fortunino Matania yang menggambarkan Henry Tandey memapah rekannya yang luka pasca pertempuran di Ypres.

Saat PM Inggris Neville Chamberlain mengunjungi Hitler tahun 1938, dia ceritakan lukisan itu "Orang ini bisa menewaskan saya dan saya sudah berpikir tidak akan bisa melihat Jerman lagi. Kehendak mulia telah menyelamatkan jiwa saya dari tembakan yang pasti akurat sewaktu pemuda Inggris itu membidik"

Kepada Chamberlain, Hitler menitipkan salam hangatnya untuk Tandey, yang langsung disampaikan Chamberlain melalui telepon begitu ia kembali ke London. Baru saat itulah, setelah lebih dari 20 tahun, Tandey tahu siapa yang dibidiknya di Marcoing. Dan ia sangat terkejut, mengingat ketegangan Eropa saat itu.

"Budi baik"- nya menghantui dirinya sejak saat itu apalagi dengan rangkaian pengeboman udara yang dilancarkan Jerman atas Coventry dan London di tahun 1940.

"Kalau saja saya tahu dia bakal menjadi apa. Sewaktu saya menyaksikan semua lelaki, perempuan, dan anak-anak yang ia bunuh dan lukai, saya meminta ampun kepada Tuhan karena telah membiarkan ia hidup" kata Tandey.

Henry Tandey meninggal pada tahun 1977 pada usia 86 tahun


Dari buku

MENANTANG DIKTATOR

Konspirasi Rahasia Anti - Hitler

 

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...