.............................................
***
Begitu terjadi peristiwa G 30 S, mulanya hampir setiap hari aku telepon ke kota ( kami tinggal 40km dari Moskow). Sebetulnya anak-anak tak boleh menelepon, kecuali ada hal-hal yang penting.Tapi ibu tua penjaga telepon yang juga sekalian menjaga mantel dan topi anak-anak, prihatin padaku dan mengijinkan aku menelpon ke Moskow.
Dari hari ke hari semakin banyak berita penangkapan dan pembunuhan yang membikin bulu kuduk berdiri.Ada berita rumah kami diobrak-abrik dan lalu dibakar.
"Sayang rumahmu dibakar, banyak barang hancur,tapi barang bisa didapat nanti, pelan-pelan"seorang wakil kepala guru menghibur.
Saat tersebar berita tertangkap dan terbunuhnya ayahku,aku tetap pegang teguh pesan yg ditulis ibu pada secarik kecil kertas yg kami terima lewat orang Rusia (melalui kedutaan Sovyet di Jakarta) yg mengatakan jangan mudah percaya berita berita yang ada,harus disaring,dengarkan partai.Namun,suatu sore aku dan Ilya dipanggil,karena ada orang CC PKUS datang untuk menyampaikan hal penting.Saat kmi datang, sampai di ruang kerja Direktur
kami,Drugov, bersama seorang lagi, menyampaikan berita tentang terbunuhnya ayahku, yang menurut mereka, sudah dicek dan dikonfirmasikan.Disamping itu mereka juga menyampaikan pernyataan bahwa kami berdua,aku dan Ilya ,bisa tinggal di Uni Sovyet sampai kapan saja.
....................
Dari buku
IBARURI PUTRI ALAM
roman biografis
Anak sulung DN Aidit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar