"DARI DALAM KUBUR, SUARAKU TERDENGAR LEBIH KERAS"
Hongkong, 1932
Dengan menggunakan nama Ong Soong Lee, saya tiba di Kowloon, kota diseberang Bandar Hongkong.
Namun rupanya kedatangan saya sudah diketahui oleh Polisi Rahasia Inggris yang menugaskan dua orang agennya untuk menangkap. Kemudian saya diseberangkan ke Hongkong untuk ditahan.
Suatu saat, ketika dalam kamar tahanan saya dipanggil ke kantor oleh kepala inspektur Murphy. Diberitahukan kepada saya bahwa Hindia Belanda mengirimkan wakilnya ke Hongkong, yaitu Viesbeen yang bekerja pada PID. Dia meminta kepada pemerintah Hongkong untuk menginterview saya. Saat Murphy menyampaikan hal tersebut, saya menolak.
Supaya ada kesan pemerintah Hongkong tidak menyampaikan permintaan Viesbeen, maka melalui Murphy dilakukan beberapa tanya jawab terhadap saya.
Usai wawancara tidak langsung itu, lalu Murphy bertanya kepada saya apakah yang saya mau katakan atau tanyakan. Saya menjawab "Ingatlah, bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada diatas bumi"
Murphy menyuruh mencatat itu kepada sekretaris yang mendampingi.
"Apakah ada lagi, yang tuan katakan?"
Saya sampaikan kepada pemerintah Hindia Belanda peringatan saya "Storm ahead, don't lost your head" (Topan didepan, jangan kehilangan kepala)
Kalimat ini mengandung dua arti: jangan kehilangan akal dan jangan kehilangan kepala karena dipenggal.
Belakangan Viesbeen mendesak pemerintah Hongkong untuk diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda setelah terbukti saya masih hidup. Rupanya pemerintah Hindia Belanda ingin membuktikan bahwa kabar kematian saya di beberapa negeri tidak benar. Dan saya katakan "Dari dalam kubur suara saya terdengar lebih keras" itu memang sebuah kesiapan saya untuk menghadapi segala kemungkinan demi Indonesia.
Beberapa saat kemudian Murphy diganti dengan petugas lain bernama Thomson yang kemudian akan mengirim saya ke Shanghai.
Sebuah kapal kepunyaan seorang kongsi Inggris disiapkan untuk membawa saya ditemani seorang Inggris yang dikenalkan sebagai "pegawai" Konsul Inggris di Amoy.
Demikianlah akhirnya sesudah meringkuk didalam penjara Inggris, lebih kurang 2 bulan lamanya, pada akhir Desember 1932 saya bertolak dari Hongkong menuju Shanghai, ke bandar yang dikuasai oleh imperialis dan tak lebih aman buat saya daripada di Hongkong.
Seakan-akan saya menuju perangkap. Biarlah para konspirator bersuka cita. Tunggu sajalah saya di Shanghai.
(Memoir Tan Malaka di Hongkong)
Dari buku
"Dari Penjara ke Penjara"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar