Sembilan hari setelah Eisenhower mendarat di pantai Normandia, Prancis, pada pagi hari tanggal 15 Juni 1944 dua divisi Korps Marinir dengan 40.000 tentara mendarat di Saipan.
Segera pasukan Jepang pimpinan Letjen Yoshitsugu Saito dengan 32.000 tentara menyambutnya.
"Hancurkan musuh di pantai!", demikian perintah Saito.
Maka pecahlah pertempuran pantai itu.Posisi Jepang yang berada di ketinggian dan tersembunyi membuat Amerika terdesak.Dengan menggunakan meriam dan mortir, Jepang membuat pasukan invasi banyak kehilangan korban.Perwira yang maju untuk memberi semangat banyak yang gugur dan segera digantikan second in command.Bila ia kemudian gugur, diganti dengan yang ketiga sehingga akhirnya terdapat sebuah peleton yang dipimpin seorang sersan atau kopral.
Saipan yang rencananya akan direbut dalam waktu seminggu, ternyata berlarut-larut sampai 24 hari .Jepang yang tidak bisa mendapat bantuan karena laut dikuasai Amerika, makin terdesak posisinya.
Setelah Amerika merebut gunung Tapotchau dan mendesak serta menjepit sisa-sisa pasukan Saito diujung Utara Saipan,barulah Saito mengirim kabar kepada jendral Tojo di Tokyo agar menyampaikan permintaan maafnya kepada Tenno Heika dan akan mempertahankan Saipan sampai pasukan terakhir.
Catatan harian seorang perwira staf jenderal Saito mengatakan.
Mendapati kondisi terakhir pasukannya, jenderal Saito mengadakan konferensi rahasia yang memberikan pilihan mati di gua-gua atau bertempur habis-habisan.Selama empat hari perintah ini disiarkan.Semua orang mengumpulkan miliknya, kemudian dipersiapkan pesta makan terakhir untuk jenderal Saito yg juga dihidangkan sake dan daging kepiting dalam kaleng.
Pesta itu diadakan karena jenderal Saito yang sudah tua tidak ikut dalam serangan Banzai dan memutuskan untuk harakiri.
Sesuai dengan rencana, tepat pada pukul 10 pagi,7 Juli Saito melakukan harakiri yang dipercepat penderitaannya oleh seorang ajudannya dengan menembak kening jenderal itu.
Setelah itu,ia bergabung dengan 3.000 kawannya untuk menyerang.
Laksamana Nagumo, atasan Saito juga melakukan hal yg sama dengan menyobek perutnya dan dipercepat kematiannya oleh ajudannya dengan sebuah tembakan dibelakang kepalanya.
Datang setengah juta selebaran himbauan dari Amerika kepada penduduk sipil pulau Saipan dengan janji akan memperlakukan tawanan sesuai konvensi Jenewa. Tapi beberapa ratus penduduk lebih memilih meledakkan dirinya dengan granat pada perut, dada atau pada kepalanya.
Berikutnya adalah pemandangan yang membuat tentara Amerika terpana:
Laki-laki, perempuan, anak-anak saling merangkul untuk kemudian terjun bersama dari tebing karang (clifft) yang tinggi.Ibu melemparkan bayinya kebatu karang di jurang yang dalam, kemudian menyusul terjun. Anak-anak berusia tujuh tahun saling melempar granat tangan.
Berikutnya 100 orang Jepang berdiri pada batu karang ditepi laut. Mereka lalu membungkukkan badan kepada tentara marinir Amerika yang melihat dari sebuah bukit.Lalu mereka mandi , ganti baju dan membentangkan bendera Jepang berukuran besar diatas sebuah batu karang yang datar. Kemudian salah seorang membagikan kepada mereka granat tangan. Dengan itu mereka satu persatu melakukan harakiri.
Hanya 921 militer Jepang, termasuk 17 perwira membiarkan dirinya ditawan. Penduduk sipil Jepang yang ditawan lebih dari 10.000. Yang melakukan harakiri tak bisa dipastikan, tetapi paling sedikit ada 1000 orang.
Keterangan foto: tebing bunuh diri (Banzai Cliff) pulau Saipan
Dari buku
PERANG PASIFIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar