Jumat, 26 Januari 2024

MENINGGALNYA RENE COENRAAD

 Jalan Ganesha, 6 Oktober 1970

Petang itu, bersama seorang kawannya, Rene Louis Coenraad melintas dengan motor Harley Davidson. Ada yang meludah dari atas kendaraan saat mereka lewat. Segera dia turun dan bertanya, siapa yang meludahi dia,"Kalau berani, turun". Bukan jawaban yang diterima, tapi makian dan beberapa orang berloncatan turun dan mengeroyoknya. Dari kesaksian beberapa orang, terlihat Rene dihajar dan disiksa, sedangkan temannya berhasil lolos. Beberapa orang mahasiswa yang mendekat dihalangi petugas P2U (semacam Polisi militer dilingkungan kepolisian) dan Brimob sambil mengacungkan senjata terhunus. Beberapa yang nekad menerobos dipukul dengan popor sehingga ada yang sempat dilarikan ke RS Borromeus.

Diantara hiruk pikuk dan suara tembakan itulah Rene roboh. Ganti Brahmana, seorang mahasiswa ITB menyaksikan ada sesosok tubuh diseret kedua tangannya dan dilemparkan ke bagian belakang sebuah jip. Itulah saat terakhir Rene terlihat di tempat kejadian.

Setelah kejadian itu, tubuh korban tak diketahui nasibnya. Maka para mahasiswa berinisiatif mencari ke beberapa rumah sakit di Bandung. Pontas Pardede dengan rombongannya mencoba mencari ke Kobes. Tapi sampai disana mereka dilarang masuk. Tak lama kemudian datang pejabat komandan Kobes AKBP Tjutju Sumirat bersama Ganti Brahmana datang, sehingga akhirnya mereka bisa masuk ke markas Kobes. Ternyata jenazah Rene sudah ada di Kobes, tersembunyi di satu ruangan yang mirip gudang, di balik satu panel tergeletak begitu saja diatas lantai. Muka Rene remuk, darah mengucur dari lubang telinga, hidung dan lubang-lubang bekas luka disekujur tubuh. Terdapat lubang peluru di bahu kiri dan pundak yang diperkirakan menembus sampai ke dada dan pinggang...


Dari buku

MENYILANG JALAN KEKUASAAN MILITER OTORITER

Keterangan foto: Jenazah Rene Louis Coenraad 



Rabu, 24 Januari 2024

BOM DI KEDAI BIR

8 November 1938, di kedai bir Burgerbraukeller, Munich Hitler berpidato untuk memperingati aksi penggulingan pemerintahan republik Weimar tahun 1923 yang gagal. Penumpasan aksi itu menewaskan dan melukai banyak pendukung Hitler.

Hadir diantara massa adalah Georg Elser, seorang buruh migran dari Swiss yang bekerja sebagai tukang kayu dan pembuat jam.

Kehadiran Elser adalah untuk melakukan pengamatan tempat pelaksanaan pidato tersebut. Dia adalah salah satu buruh yang sangat membenci banyaknya larangan rezim Nazi terhadap buruh, dan merencanakan pembunuhan terhadap Hitler. Untuk itu selama Hitler pidato, ia mencatat waktu kedatangan, berapa lama berpidato, posisi berdiri di podium. Kesimpulannya, Elser akan membunuh Hitler dengan menyelundupkan bom waktu kedalam gedung, memasangnya di dalam pilar dan meledakkannya saat Hitler berpidato.

Selama delapan bulan berikutnya, Elser membuat persiapan dengan matang.

5 Agustus 1939 ia memulai misi mautnya dengan bom high-explosive 50 kg.

Setiap malam, menjelang gedung tutup pukul 23.30, Elser menyelinap masuk dan bersembunyi di galeri Burgerbraukeller.

Setiap malam ia bekerja 3 sampai 4 jam dengan serapih mungkin dan membersihkan bekas-bekas pekerjaannya sehingga nampak tidak ada yang berubah. Untuk menghantamkan palu dia harus menunggu suara ribut diseberang jalan supaya pukulannya tak terdengar.

Bom buatan Elser diatur selama 144 jam sebelum detik ledakan. 

Malam Kamis tanggal 2 November 1939, Elser mulai memasang bahan peledak dan detonator didalam kolom. 

4 November ia mengetes pemicu waktu untuk terakhir kalinya. Alat itu bekerja sempurna. Dan beberapa saat sebelum pukul 01.00 dinihari Senin 6 November, ia mulai merangkai dan mengaktifkan bom waktunya. Pukul 6.00 pagi pewaktu mulai dinyalakan. Bom akan meledak tepat 63 jam dan 20 menit kemudian, yaitu Kamis 8 November pukul 21.20.

Berikutnya Elser berkemas dan pergi ke stasiun untuk naik kereta api ke Stuttgart. Dini hari Rabu, kembali dia datang ke Burgerbraukeller untuk memastikan kerja bomnya. Detik jamnya terdengar pertanda semua bekerja lancar.

Pukul 6.30 ia pergi ke stasiun untuk naik kereta ke Swiss.


Rabu, 8 November 1939 pukul 20.10

Hitler masuk ke Burgerbraukeller dan disambut meriah dengan teriakan "Sieg heil" berulang kali. Dalam pidatonya, Hitler mencaci-maki pekerja Inggris, sementara Jerman membuat kemajuan ekonomi yang mengagumkan dibawah Sosialisme Nasional. Jarum menit perlahan mendekati pukul 21.20.

Mendadak, pada pukul 21.12, Hitler mengakhiri pidatonya, kemudian berjalan meninggalkan Aula, dan konvoi menuju stasiun kereta.

Delapan menit kemudian ledakan dahsyat terdengar dari arah Burgerbraukeller yang menewaskan seketika enam orang paling dekat dengan podium dan dua orang dua jam kemudian. Juga terdapat 65 orang terluka parah.

Elser ditangkap 100 meter menjelang perbatasan Swiss - Jerman oleh pengawal perbatasan yang kemudian menggeledah dan menemukan benda mencurigakan: pegas jam, roda gigi kecil, detonator aluminium kecil, dan kartu pos bergambar Burgerbraukeller.

Elder kemudian diserahkan ke Gestapo yang menyelidiki upaya pembunuhan Hitler. Lalu dipenjara di Sachsenhausen dan dieksekusi dua pekan sebelum Perang Eropa berakhir.


Dari buku

MENANTANG DIKTATOR

Konspirasi Rahasia Anti - Hitler

Keterangan foto: Hitler berpidato sesaat sebelum bom meledak di Burgerbraukeller



"SI PIRANG DINAMIT"

 

Lahir pada tahun 1926 dengan nama Norma Jeane di Los Angeles dari ibu Gladys Monrie Baker Mortenson.Saat Norma kecil berusia tujuh tahun, ibunya dirawat di Rumah Sakit akibat Paranoid schizophrenia.Adalah C.Stanley Gifford rekan kerja dan pacar ibunya yang tidak mengakui Norma sebagai anaknya.Masa kecil yang labil dan menyedihkan serta kesepian di beberapa panti asuhan serta penganiayaan seksual mewarnai hidup Norma di Los Angeles.

Seorang rekan kerja ibunya,Grace Goddard mencoba membesarkannya dan mendorong Norma akan sukses menjadi bintang.

Tahun 1942 Norma keluar dari sekolah menengahnya saat menginjak kelas 2 dan menikah dengan James Dougherty, seorang pekerja pada pabrik pesawat terbang.Dua tahun berikutnya saat bekerja di Radio Plane Company,Norma terpilih sebagai foto model "Yank", sebuah majalah yang menghiasi artikel pertahanan dan buruh wanita dengan fotonya.Dari sinilah berbagai kontrak menjadi foto model mulai mengalir.Norma mulai tampil secara teratur difoto-foto iklan dan promosi, majalah dan kalender.

Tahun 1946,tak lama setelah bercerai dengan Dougherty, Norma menjalani tes di depan layar Twentieth Century-Fox.Pimpinan produksi menyarankan agar namanya diubah menjadi Marilyn Monroe.

Sampai akhir 1940 Marilyn Monroe mengikuti pelajaran akting dan muncul beberapa saat di sejumlah film.

Tahun 1949 demi memperoleh sejumlah uang,ia berpose telanjang untuk dua foto kalender yang akan menjadi terkenal saat ia meraih popularitas tahun 1950 an.

Marilyn Monroe mengorbit dengan sebutan 'si pirang dinamit' pada film pertamanya 'The Asphalt Jungle' dan 'All about Eve' tahun 1950.

Dalam berakting, Marilyn bisa memerankan karakter naif dan kocak, menyedihkan, penggoda yang berbahaya.

Tahun 1954 ia hijrah ke New York dimana ia belajar di studio para aktris yang bergengsi dan mendirikan perusahaan produksi yang diberi nama "Marilyn Monroe Production".Ditahun yang sama Marilyn menikah dengan Joe diMaggio, seorang pemain bisbol dan bercerai pada tahun yang sama.

Tahun 1956 ia menikah dengan pemain drama Arthur Miller.Marilyn sempat hamil dua kali namun keguguran semua.Hal ini membuat kekecewaan yang berat  dan dia mulai memperlihatkan tanda-tanda ketidakseimbangan mental dan emosional;psikoanalisis jangka panjang tidak sepenuhnya berhasil meringankan beban penderitaannya.Hubungan dengan Miller makin buruk yang diakhiri dengan perceraian pada 1961.

Pada tahun 1961 Marilyn bertemu dengan Robert Kennedy dan presiden John F Kennedy melalui seorang aktor dan ipar Kennedy,Peter Lawford.

19 Mei 1962 pada sebuah pertunjukan langsung yang kelak menjadi terkenal, Marilyn berpakaian gaun ketat dengan nuansa kulit dan dilapisi permata tiruan, muncul di Madison Square garden untuk menyanyikan "Happy Birthday" dengan suara mendesah dan menggoda bagi JFK pada acara gabungan partai demokrat dan ulang tahun presiden.

"Malam itu ia memperlihatkan betapa buruk dirinya.Ia membiarkan mereka menyaksikan akibat tindakan orang lain yang telah meninggalkan dirinya.Ia memperlihatkan apa yang akan terjadi" demikian dikatakan Greenson, psikolognya.

Keadaan emosional Marilyn semakin memburuk.Ia membintangi"Something's Got to Give" dan beberapa kali tidak muncul ditempat shooting, mengganggu jalannya produksi,dan marah kepada semua orang yang terlibat dalam film.

5 Agustus 1962 pembantu rumah tangga Marilyn Monroe mendapati dirinya meninggal di tempat tidur nya.

Terdapat banyak spekulasi tentang kematiannya apakah karena overdosis, bunuh diri atau dibunuh.

Penjelasan yang mungkin adalah bunuh diri, mengingat tekanan psikis yang dialaminya, upaya bunuh diri yang pernah dilakukan sebelumnya dan tindakan bunuh diri dalam sejarah keluarganya.[]


dari buku

100 WANITA PALING BERPENGARUH SEPANJANG MASA

SEKILAS CINTA DI LERENG CIREMAI

Tiap rapat kabinet digelar di Yogyakarta, Perdana menteri Sjahrir mengutus sekretarisnya,Siti Zoebaedah Osman,ke Puri Mangkunegaran khusus mengantar kado.

Isi kado yang dibeli di Jakarta itu macam-macam dan selalu yang terbagus mulai dari arloji sampai tas yang tentu saja ada surat yang menyertainya.

Kepada siapa lagi kado itu kalo bukan ke Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardhani,Putri keraton yang termasyhur kecantikannya sehingga membuat Bung Karno, Hamengkubuwono IX tertarik.

"Dia alim,cakep dan tidak angkuh" kata Ida, panggilan Siti Zoebaedah.

Saat Gusti Nurul menanyakan watak Sjahrir,Ida menjelaskannya kepada putri tunggal Mangkunegara VII tersebut.

Tapi hubungan mereka lebih banyak melalui korespondensi."Saya dioleh-olehi gelang,jam dan tas" kata Gusti Nurul."Tulisannya jelek" tambahnya.

"Saya ketemu di Linggarjati"kata Nurul, yang saat itu diundang bersama abangnya Mangkunegara VIII dan istri , bersama Ibunya."Kami nginep di rumah Perundingan Belanda-Indonesia "

Mereka lalu bertemu lagi di Jakarta, saat keraton Mangkunegaran diundang rapat ke istana Presiden."Ketemunya juga sebentar-sebentar".Nurul tidak ingat lagi apa yang dibicarakan.Yang dia ingat Sjahrir membelai pipinya.

Menurut sejarawan Rushdy Hoesein, pacaran Sjahrir dan Nurul berjalan tiga tahun sejak 1946.

Sejak kecil ,Nurul mengaku tidak berniat menikah dengan tokoh politik."Risikonya banyak", katanya.

Keinginan Gusti Nurul untuk menikah dengan tentara itu akhirnya terkabul. Sepupunya,Soerjo Soejarso, yang pernah menjabat Atase militer di Amerika serikat menikahinya pada 24 Maret 1951.Dan pada tahun itu juga Sutan Sjahrir menikah dengan Poppy,putri dr.Saleh- dokter Keraton.


Dari buku

SJAHRIR

Peran besar Bung Kecil



SEPENGGAL KEMESRAAN WOROSJILOV

Sebagai balasan kunjungan bung Karno ke  Uni Soviet setahun sebelumnya, maka pada  6-19 Mei 1957 Presiden Presidium Tertinggi Soviet melakukan kunjungan ke Indonesia.

Seminggu sebelum kedatangan Kliment Efremovitch Worosjilov, konsep kunjungan sudah disusun secara rapi oleh Menteri Pengerahan  Rakyat untuk Pembangunan,AM Hanafi.Diserukan kepada rakyat Indonesia untuk menyambut dengan hangat, sepadan dengan sambutan kepada Bung Karno saat ke Soviet.

"Lepas daripada segala ideologi kunjungan presiden Worosjilov hendaknya kita terima sebagai kunjungan seorang kepala negara" kata Hanafi.

Salah satu kelompok yang menyambut dengan antusias adalah PKl, bahkan Politbiro CC PKI mengeluarkan imbauan menyatakan kedatangan Worosjilov ke Indonesia merupakan peristiwa bersejarah yang sangat penting dalam pelaksanaan politik internasional Indonesia, karena sikap Politik Soviet yang memihak rakyat melawan penjajah.

Namun ada juga kelompok yang mengkritik kedatangan Worosjilov, karena menganggap kedatangannya akan memperkuat posisi PKI, khususnya perebutan kursi di DPRD.Rupanya suara terakhir ini kalah gaung dibandingkan dengan sambutan rakyat yang gegap gempita.

Harian "Minggu Merdeka" melansir disiapkan anggaran Rp.12 juta (yang setelah dikonfirmasikan ternyata 3 juta) untuk pembuatan bendera kertas Indonesia dan Uni Soviet sebanyak 5juta lembar, ongkosnya mencapai Rp.250 ribu.

Sejak awal 1957 harian 'Indonesia Raya','Abadi','Sin Po', Bintang Timur','Harian Rakyat','Pedoman' terus menyorot perhelatan kunjungan ini.

Pada kedatangan nanti,harian 'Republik' memperkirakan 4ribu buruh,1000 wanita,1000  pemuda,1000 petani,1000 veteran, mahasiswa, golongan Tionghoa di Jakarta akan menyambut kedatangannya.

Tak hanya itu,300 orang anggota ikatan sepeda kumbang Jakarta akan berjajar dipinggir jalan di pinggir jalan Kemayoran tempat tamu agung mendarat.Juga ada sambutan dengan 21 dentuman meriam yang dilanjutkan dengan salaman dengan anggota kabinet dan korps diplomatik.

Ternyata perkiraan tersebut meleset jauh...

Saat Worosjilov tiba pada 6 Mei 1957 pukul 16.15, sambutannya lebih meriah!

Ratusan ribu warga menyambut sambil mengibarkan bendera kedua negara.Lima ribu burung merpati diterbangkan.

"45 pesawat dari Angkatan Udara RI dari berbagai jenis menderu-deru di udara disusul dengan pesawat pembom dan jet pancar gas RI" demikian tulis harian 'Patriot'.

Presiden Sukarno mengatakan "Paduka sedang ada di Jakarta, tempat lahirnya Revolusi"

Di Yogyakarta sambutan rakyat tak kalah hebatnya.Puluhan ribu rakyat mengular dipinggir jalan sepanjang 10km.350 mobil disiagakan, ratusan ribu bendera kedua negara dicetak dan gending 'Kebo Giro' serta 'Sampak Sanga' mengalun  mengiringi kedatangan sang tamu.

Worosjilov juga mengadakan rapat raksasa di alun-alun kota Solo yang dihadiri ratusan ribu rakyat.Dalam kesempatan itu dia menegaskan kembali dukungan negaranya atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan Indonesia.Selain itu , dikatakan hubungan internasional harus dilandaskan asas-asas koeksistensi, tanpa memandang perbedaan politik yang dianut oleh masing-masing negara.

Pastilah, Worosjilov meninggalkan Indonesia dengan sejuta kenangan.Kunjungan penuh kehangatan.Kemesraan yang sangat sulit untuk ditorehkan dengan kata-kata.

Sebuah penggalan sejarah di masa lalu yang mungkin sudah dilupakan oleh anak bangsa di masa kini.


Dari buku

Segenggam Cinta dari

MOSKWA






NGOPI BERSAMA NGARSO DALEM

Gedung Rakyat Malang 1947,

Sidang KNIP yang pertama tengah berlangsung. Malam mulai larut, sidang terasa, bertele-tele. Sri Sultan duduk di pojok ruangan, saya di ujung yang lain. Dia kelihatan kesal, bosan, kedua kakinya diluruskan.


Ketika melihat saya, dia lantas bangun dan mendekat. "Saudara Baswedan, ayo kita keluar sebentar". Saya pun ikut, karena memang agak capek juga. Kami keluar, udara dingin. Sri Sultan merapatkan mantelnya, kami berjalan dan mampir di warung kecil di pinggir jalan. Duduk di bangku kayu bercahayakan lampu sentir, minum kopi panas dan makan dua potong pisang goreng. Saya hanya membayangkan, apa yang akan dilakukan si tukang warung itu jika dia tahu bahwa orang bermantel biru tua yang tengah diladeninya adalah Sri Sultan yang terkenal itu.


Sering kali kita enggan melakukan hal-hal yang dulu biasa kita kerjakan jika posisi kita sudah lain dari dulu. Sudah jadi "orang gede". Orang sering menyebutnya sebagai "mobilitas vertikal". Apalagi di jaman kemerdekaan, ketika orang bisa mendadak mendapat kedudukan yang besar, semacam menjadi Menteri, staf Kabinet atau memegang posisi di Departemen ini dan itu. Orang-orang yang naik mendadak ini kadang-kadang lantas bermacam-macamlah tingkahnya. Kebalikannyalah yang justru terlihat dan terjadi pada Sri Sultan. Kenangan di warung pinggir jalan kota Malang, di suatu malam yang gerimis, adalah kejadian kecil yang menjadi bukti besar akan sifat demokratis pribadi ini.[]


(Dikisahkan oleh Abdul Rahman Awad Baswedan, anggota KNIP Jakarta, anggota Konstituante dalam buku "Tahta untuk Rakyat")


Keterangan foto: Sri Sultan Hamengkubuwono IX saat sidang KNIP di Malang



Selasa, 16 Januari 2024

SRI MOELJONO HERLAMBANG DAN PELURUSAN SEJARAH AURI

Bersama Omar Dani dan Saleh Basarah,Sri Moeljono Herlambang adalah Angkatan pertama kadet penerbang TALOA California.Dia juga orang pertama yang menerbangkan pesawat jet tempur AURI buatan Inggris pada Februari 1958.

Sri berada di Medan saat di Jakarta terjadi pemberontakan,dan segera dia kembali ke Jakarta dengan pesawat Jetstar yg dipiloti Wage Mulyono.Ia turut  mengatur agar tidak terjadi pertumpahan darah di Halim antara RPKAD dan Yon 454 Raiders dari Jawa tengah.

Pasca peristiwa itu,Sri diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan udara.Tiga bulan menjabat,ia mengundurkan diri dan ditahan oleh militer.Mei 1967 ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dengan hak pensiun.Kemudian ia terjun ke dunia bisnis dan memimpin PP(Perhimpunan Purnawirawan) AURI.

"Menyingkap kabut Halim" adalah buku yg ditulis setelah pertemuan PP AURI pada 17 Desember 1998.Buku itu lalu diluncurkan pada 9 November 1999.

Buku itu menjelaskan

Pertama: latihan sukarelawan Dwikora diadakan di desa lubang buaya, Pondok Gede yang tidak termasuk wilayah Halim Perdanakusuma.

Kedua: AURI secara institusional tidak terlibat upaya kudeta tersebut,hanya ada beberapa anggotanya seperti mayor udara Sujono.

Ketiga: Keberadaan Bung Karno di Halim Perdanakusuma adalah sudah sesuai prosedur militer dalam keadaan darurat.

Dikatakan pula pada 1965 AURI merupakan salah satu kekuatan udara terkuat di Asia.Angkatan ini dipimpin oleh perwira² muda seperti Omar Dani,Sri Moeljono Herlambang.Kebanyakan dari mereka adalah dekat dan loyal kepada Bung Karno.Omar Dani pernah mengatakan ia ingin seluruh insan AURI adalah 'kleine Sukarnotjes' atau Sukarno² kecil.

Akibat G30S, AURI dituding terlibat dan Angkatan ini dijadikan bulan-bulanan.Hal ini melekat sampai masa orde Baru.

Dengan berakhirnya rezim itu keadaan kembali berangsur pulih.

Dengan penerbitan buku "Menyingkap kabut Halim" berbagai persoalan telah diklasifikasi dan ketangguhan Angkatan udara sebelum era orde baru diungkap.

Pelurusan sejarah AURI berjalan lancar dan tampaknya bisa menjadi model bagaimana persoalan masa lalu diselesaikan dengan baik.


Dari buku

1965

Orang-orang dibalik Tragedi



SAMPAI MAUT MEMISAHKAN...

1940,

Saat pendaftaran Pendidikan Perwira Cadangan Belanda, Halim memilih bagian Angkatan Laut dengan pertimbangan tempat pendidikannya yang dekat, yaitu Surabaya dan Probolinggo. Hanya selintas dia tertarik untuk memasuki dinas angkatan udara yang pendidikannya dilangsungkan di Kalijati Subang dan Andir Bandung.

Selama masa pendidikan itu, Halim menjalin hubungan dengan seorang gadis asal Madiun yang bernama Kussadalina yang saat itu menjalani pendidikan sebagai calon perawat. Kedekatan hubungan itu hingga sampai pada ikrar untuk membangun rumah tangga jika kelak keadaan sudah kembali normal.


"Aku akan menyelesaikan pendidikan taruna dan menjalankan tugas sebagai tentara. Semoga keadaannya lekas kembali normal seperti dahulu sehingga kita bisa membangun rumah tangga nanti, " ucap Halim. "lya Mas, semoga perang tidak jadi meletus dan keadaannya bisa kembali normal," jawab Kussadalina dengan sepenuh harap.


1945,

Misi pasukan Inggris AFNEI, yang bertugas menyelesaikan urusan pasca perang di Indonesia mendarat di Tanjung Priok, Jakarta pada 29 September.Di tengah kesibukan pendaratan ribuan pasukan yang mayoritas pasukan Inggris serta pasukan Gurkha dan Sikh dari India itu, nampak seorang berwajah melayu dengan atribut pangkat kapten RAF (Angkatan Udara Inggris). Sosok dan penampilannya mengundang keheranan dan rasa ingin tahu para anggota BKR (Badan Keamanan Rakyat) dan rakyat yang melakukan penyambutan. Pria berwajah Indonesia itu tidak lain Kapten RAF Halim Perdanakusuma. Akhirnya dia kembali ke tanah air yang lama ditinggalkan sejak diselamatkan pasukan Inggris dari pemboman tentara Jepang di Cilacap, diungsikan ke Australia sampai memasuki RAF.


Dari informasi yang diperoleh, Halim mengetahui Kussadalina saat ini sedang berada di Jakarta dan sedang menjalani pendidikan dan bertugas sebagai perawat di sebuah rumah sakit bersalin di kawasan Budi Kemuliaan. Begitu mendapat nomor telepon rumah sakit segera ia menghubunginya.

Sang kekasih tidak percaya akan panggilan itu dan segera meletakkan telepon.

Demi meyakinkan Kussadalina, Halim segera minta izin untuk pergi ke rumah sakit tersebut. Perempuan dengan baju perawat itu terperangah setengah tidak percaya melihat sosok laki-laki gagah yang berdiri di depannya itu. "Kamu masih tidak percaya kalau saya masih hidup?" ujar Halim kepada Kussadalina. Yang ditanya tidak bisa menjawab karena dihinggapi keharuan yang sangat. Sosok yang sebelumnya diyakini telah meninggal itu ternyata masih hidup dan sekarang berdiri gagah dengan balutan uniform seragam pilot RAF. Untuk selanjutnya keduanya dilanda perasaan haru dan bahagia.


"Setelah ini Mas mau bagaimana? Meneruskan karier sebagai perwira di AU Inggris atau bagaimana? Mas,bangsa Indonesia telah merdeka dan kemerdekaan ini jelas membutuhkan para tenaga muda untuk mempertahankannya." Kussudalina menyarankan apa yang sebaiknya dilakukan Halim.

Oktober tanggal 5, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) resmi berdiri dengan menggabungkan unsur-unsur militer peninggalan Jepang dan laskar rakyat.

Menteri Pertahanan Mr.Amir Sjarifuddin yang mengetahui karir Halim di RAF segera memanggilnya untuk mendampingi Komodor Suryadi Suryadarma yang memimpin Jawatan Penerbangan TKR.


1947

Selaku wakil II KSAU, Komodo Muda Halim Perdanakusuma mengupayakan pengembangan dalam tubuh AURI. Mereka berharap, Di masa mendatang AURI akan diisi para personil yang bisa diandalkan dengan pesawatpesawat modern serta fasilitas yang memadai. Rintisan membangun pangkalan lain di luar Yogya dapat diwujudkan pada tahun 1947 itu dengan berdirinya Pangkalan Udara Madiun yang menjadi pangkalan kedua di wilayah RI di Jawa. Sebagai Wakil KSAU, Halim turut terlibat dalam upaya pendirian pangkalan itu, sekaligus juga ia bertindak sebagai komandan pangkalan baru itu. Meskipun telah memiliki pangkalan kedua, AURI memiliki rencana menambah pangkalan di luar Jawa.


Ketika bertugas di Pangkalan Madiun itu, Halim mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Kussadalina. Pernikahan itu berlangsung pada 24 Agustus 1947. Umumnya pasangan yang baru menikah biasanya menjalani masa bulan madu. Tapi ini tidak berlaku bagi pasangan Halim Kussadalina. Suasana revolusi dan tanggung jawab terhadap tugas mengharuskan mereka melupakan keinginan untuk berbulan madu.


Beberapa hari setelah pernikahan, datang perintah dari KSAU kepada Halim agar dalam waktu dekat mempersiapkan diri untuk penugasan ke Bukittinggi guna membentuk Komandemen AURI Sumatera.


14 Desember 1947

Dalam penerbangan menuju Singapura dari Muang Thai, pesawat Avro Ansion RI-003 yang dipiloti oleh opsir I Iswahyudi dengan navigator Halim sebagai pilot mengalami kecelakaan di Tanjung Hantu Semenanjung Malaya. Kedua penerbang itu dinyatakan gugur melalui pernyataan KSAU Komodor S.Suryadarma di Yogyakarta.

Setelah peristiwa tragis itu istri Halim, Kussadalina, yang sedang hamil tua memutuskan pulang ke rumah orang tuanya di Madiun. la masih ingat perkataan sang suami, "Kelak jika anak kita lahir laki-laki, beri nama depan "lan". Itu nama seorang sahabat karibku di RAF yang gugur saat pulang dari penyerbuan udara terhadap wilayah Jerman." Kussadalina akan memenuhi permintaan Halim sebelum berangkat ke Muangthai.


Dengan ketabahan seorang calon ibu yang ditinggal mati suami, pada 17 Juli 1948 Kussadalina melahirkan anak pertama berjenis kelamin lakilaki. Memenuhi permintaan almarhum suaminya, bayi laki-laki itu diberi nama lan Santoso Perdanakusuma.


Nampaknya setelah besar, darah sebagai penerbang sang ayah menitis pada lan Santoso. Setelah lulus SMA lan masuk Akademi Angkatan Udara RI mengikuti jejak ayahnya sebagai penerbang. Dalam karier selanjutnya lan Santoso Perdanakusuma berhasil mencapai pangkat Marsekal Madya dan pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis (KABAIS) TNI di tahun 2000.[]


Sumber

Buku "HALIM PERDANAKUSUMA" Rajawali Persada Nusantara



DARI PENJARA KE PENJARA

Pejabat Inggris itupun membangunkan pria ringkih tua itu dan menyorotkan senter ke wajahnya. "Kami datang untuk menahan Mr. M.K. Gandhi"

"Saya Mohandas Karamchand Gandhi" sosok kecil itu menjawab dengan sopan. "Saya siap melayani Anda"

"Tolong, siapkan barang-barang Anda. Kami akan memberikan waktu yang Anda perlukan"

"Saya siap sekarang" jawab Gandhi, sambil menunjuk bungkusan kecil di lantai. "Cuma ini yang saya perlukan"

Seraya diawasi polisi, ia mulai menggosok beberapa giginya dengan cara yang biasa dilakukannya, tanpa terburu-buru. Lalu, setelah berdoa sebentar, ia berbalik kepada petugas yang bertanggung jawab, lalu berjalan dengan cepat menuju ke mobil di luar, sambil ngobrol riang dengan mereka yang mengawalnya. Ia tahu betul mungkin akan bertahun-tahun lamanya sebelum ia bisa kembali, tetapi tidak ada sedikitpun tanda-tanda kecemasan atau kebencian dalam sikapnya. Para polisi begitu terkesan dengan kehormatan yang sederhana dari pria kecil ini sehingga mereka terlihat seperti yang dipenjarakan, bukan yang memenjarakan. Ia berada dalam kondisi terbaiknya saat diadili. Ia berada dalam kondisi paling kuat saat dibawah tekanan. Dan, ia tetap merdeka, baik diluar maupun di dalam penjara.

Ia menyambut kemungkinan hukuman penjara dengan sukacita dan candaan sehingga orang-orang di seluruh negeri mulai menertawakan ketakutan mereka sendiri. Penjara Inggris menjadi tempat reuni yang meriah karena para pemimpin politik India yang dipenjarakan mendapati dirinya dipersatukan dengan keluarga dan teman-teman mereka. Gandhi mengirim mereka telegram berisi ucapan selamat. Ia sendiri begitu sering ditahan sampai-sampai ia tampaknya selalu berada didalam penjara, baru saja bebas dari penjara, atau hendak dipenjara lagi.

Gandhi begitu terlepas dari lingkungan fisiknya sehingga masuk penjara tidak menganggu pekerjaannya sama sekali. Ia mengendalikan beberapa tawar-menawar terberatnya dari balik dinding penjara. Biasanya dinding yang dimaksud adalah dinding penjara Yeravda, tempat ia merasa seperti di rumah sendiri. Sampai-sampai pernah seorang penyidik Inggris menanyakan alamatnya, ia menjawab "Yeravda".

Ketika seseorang melakukan segalanya dengan semangat beribadah, semua tempat yang ia kunjungi adalah sakral dan Gandhi biasa menandai surat penjaranya dengan 'Yeravda Mandir' yang berarti 'Kuil Yeravda'. Ia mengawali setiap hari sebelum fajar dengan meditasi dan doa, yang didalamnya ia menemukan kekuatan untuk bertahan dari cobaan yang dihadapinya. Ia sanggup membaca Injil, Al-Qur'an, dan Bhagavad Gita, serta melakukan korespondensi yang banyak sekali seperti biasa setiap hari.

Ada banyak pekerjaan fisik yang harus dilakukan dan banyak calon lawan, di kedua sisi jeruji yang harus dimenangkan sebagai kawan. Ia menjaga mereka semua, bahkan merawat mereka saat sakit dan setiap hari yang ia habiskan di penjara hanya menambah pertumbuhan spiritualnya dan mengubah lebih banyak orang kedalam nirkekerasan dan kemerdekaan.

Sumber:

1.buku "Gandhi the Man" Seorang pria yang mengubah dirinya demi dunia


2.https://ban.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mahatma_Gandhi_leaves_Presidency_Jail_in_Calcutta.jpg


Keterangan foto: Mahatma Gandhi meninggalkan Penjara Calcutta tahun 1938



MENJADI GURU

"Bagi seorang yang mengalami gelisah seperti Douwes Dekker, lebih baik bila diberi kesempatan untuk dapat bekerja secara tetap bagi penghidupannya, daripada ia dihalangi. Sebab ia akan lebih condong untuk menghasut rakyat." Demikian bunyi kalimat dalam surat bercap rahasia Gubernur Jenderal yang ditujukan pada Residen Priangan SA Reitsma bertanggal 15 Januari 1923.

DD, demikian panggilan EFE Douwes Dekker, setelah pulang dari pengasingan di negeri menyusul dibubarkannya Indische Partij lalu tinggal di Cibadak dan bekerja sebagai peternak ayam.

Dengan adanya surat itu DD lalu melalui hari-harinya dengan mengajar di sekolah dasar di sekolah asuhan Elenbaas. Berbekal semangat, ilmu tinggi, dan pikiran kritis ia menjalani masa percobaan hingga diangkat menjadi guru resmi pada 22 September 1923. Bahkan ia langsung dipercaya masuk jajaran pengurus Preanger Instituut van de Vereeniging Volksonderwijs (Institut Priangan dari Perkumpulan Pengajaran Rakyat).


Di lembaga baru itu, DD menjabat Direktur Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau setara dengan kepala SMP . DD lalu mengubah MULO, yang dipercayakan kepadanya itu menjadi sebuah yayasan bernama Schoolvereeniging Het Ksatrian Instituut pada 1924.

Awalnya Ksatrian Instituut hanya berupa sekolah dasar dengan murid kurang dari 50 orang. DD bertindak sebagai ketua yayasan. Sedangkan istrinya, Johanna Petronella, menjabat sekretaris merangkap bendahara.


Sebenarnya DD menginginkan sekolah yang berdasarkan ajaran lokal dan nasional, tetapi para orang tua murid banyak yang keberatan. Mereka ingin sekolah ini mengacu pada Europe Lagere School (ELS), di mana bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar pelajaran. DD mengalah demi cita-citanya membuat sekolah dan jadi guru.

Faktanya ia dan isterinya tidak mau berkompromi dengan Belanda

Hal itu dibuktikannya pada suatu pagi, 31 Agustus 1925. Sementara sekolah lain gegap-gempita merayakan hari kelahiran Ratu Belanda Wilhelmina, Ksatrian malah nampak sunyi senyap. Di depan DD dan murid-muridnya, Johanna lantang berpidato. "Tak perlu ada

perayaan apa pun. Dia (Wilhelmina) bukan ratu kita".


Ksatrian terus berkembang. Murid-murid berdatangan meski iuran sekolah tak murah. Ketika Ksatrian berusia setahun, DD memberi kepercayaan kepada istrinya untuk memimpin beberapa sekolah lain, yakni Nationale Lagere School di Ciwidey, Cianjur, dan Sukabumi. Ksatrian lalu dipecah menjadi beberapa sekolah kejuruan. Ada sekolah guru, sekolah dagang modern, dan yang terkenal adalah sekolah jurnalistik.[]


Sumber:

1. Buku "Douwes Dekker" Sang Inspirator Revolusi


2.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ernest_Douwes_Dekker



Senin, 15 Januari 2024

HAMPIR JADI MERTUA

Namanya Bopha Dewi. Wanita cantik ini adalah putri dari Pangeran Norodom Sihanouk dari Kamboja. Begitu cantiknya, banyak pria yang tertarik pada wanita yang pandai menari ini. Dan satu diantaranya adalah Sukarno, Presiden Republik Indonesia.

Kepada sang Ayah yang juga merupakan sahabatnya, bung Karno bermaksud melamar putrinya. Tentu saja Sihanouk terkejut mendengar lamaran itu. Karena sudah mengenal sifat sahabatnya ini, Sihanouk mencoba untuk memahami. Dia tidak mengatakan menerima atau menolak keinginan itu. Sihanouk mengatakan bahwa Bopha Dewi memilki suami sah Bruno Forsinetti, pria keturunan Khmer- Italia dan mereka saling mencintai. 

Untuk memghibur sahabatnya, Sihanouk mengatakan "Tuan Sukarno, saya harap Anda bersabar. Mungkin kalau Bopha Dewi sudah bosan dengan suami ketiganya ini Anda bisa melamarnya". Hartini yang saat itu mendengar menyatakan setuju.

Kepiawaiannya dalam menari klasik memang diantara yang membuat Sukarno menyukai Bopha. Tak hanya tarian klasik Kamboja, ia juga mahir membawakan tarian klasik Indonesia. Bahkan, Bopha Dewi pernah menari atas permintaan Ayahnya didepan bung Karno.[]


Dari buku

"Dunia dalam Genggaman Bung Karno"

Keterangan foto: Bopha Dewi berpakaian penari dan bersama ayahnya, Pangeran Norodom Sihanouk



"TOLE, TEKENA WAE"

Minggu Kliwon, 22 Oktober 1939 Hamengkubuwono VIII mangkat akibat penyakit diabetesnya yang parah.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, setiap kali ada pergantian Sultan harus disertai perubahan kontrak politik antara pemerintah Belanda dan calon Sultan Hamengkubuwono IX. Berdasarkan kesepakatan para kerabat putra Hamengkubuwono VII dan VIII maka semua mendukung Dorodjatun menjadi Hamengkubuwono IX.

Tibalah waktu untuk melakukan perundingan antara Gubernur Dr. Lucien Adam mewakili pemerintah kolonial Hindia Belanda dan Dorodjatun calon Sultan Hamengkubuwono IX.

Namun rupanya perundingan itu tidak berjalan lancar, karena adanya perbedaan prinsipil dari kedua pihak. Sejak November 1939 sampai Februari 1940 perundingan berjalan alot setiap hari pagi-sore-malam hanya diselingi jeda makan.

Saat perundingan mencapai jalan buntu pada akhir Februari 1940, menjelang maghrib Dorodjatun yang sedang berbaring beristirahat merenungkan langkah menjelang perundingan malam hari. Tiba-tiba ia dengar suara bisikan gaib berkata dalam bahasa Jawa, "Tole, tekena wae. Landa bakal lunga saka bumi kene (Nak, tanda tangani saja. Belanda akan pergi dari bumi sini)"

Semula Dorodjatun ragu menyambut 'bisikan gaib' itu. Namun, semakin malam hari semakin mantap hatinya dan semakin yakin bahwa bisikan itu memang datang dari nenek moyangnya dan memuat petunjuk untuk ia laksanakan.

Perundingan malam hari itu berjalan singkat, tak sampai seperempat jam. "Susunlah konsep kesepakatan" ujar Dorodjatun, "Saya akan menandatanganinya".

Gubernur Belanda pun heran melihat perubahan sikap Dorodjatun. Namun, Dorodjatun sudah berbulat tekad menyelesaikan perundingan segera.

Dan kontrak politik dirampungkan perumusannya dalam dua minggu untuk kemudian ditandatangani Dorodjatun, sebagai Sultan Hamengkubuwono IX, pada tanggal 12 Maret 1940. Enam hari kemudian Dorodjatun dinobatkan sebagai Sultan Hamengkubuwono IX. Upacara perayaan naik takhta Sultan ditetapkan dua bulan sesudah penobatan, yaitu pada 8 Mei 1940.

Dua hari setelah acara perayaan naik takhta ini, pada tanggal 10 Mei 1940 seluruh wilayah Belanda diduduki tentara Nazi Jerman.

Sumber:

1. Buku "SEPANJANG HAYAT BERSAMA RAKYAT"

2.https://kumeokmemehdipacok.blogspot.com/2017/10/penobatan-dan-sikap-sri-sultan.html?m=1

Keterangan foto : kirab penobatan Sultan Hamengkubuwono IX




KRAWANG- JAKARTA EMPAT JAM

 𝑼𝒔𝒂𝒊 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒌𝒊𝒂𝒏 𝒈𝒖𝒏𝒖𝒏𝒈 𝑺𝒍𝒂𝒎𝒆𝒕, 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒓𝒐𝒎𝒃𝒐𝒏𝒈𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝑺𝒐𝒆 𝑯𝒐𝒌-𝒈𝒊𝒆 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒏𝒂𝒑 𝒅𝒊 𝑪𝒊𝒓𝒆𝒃𝒐𝒏.

𝑲𝒆𝒆𝒔𝒐𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂 𝟐𝟐 𝑨𝒈𝒖𝒔𝒕𝒖𝒔 𝟏9𝟔𝟕 𝒑𝒂𝒈𝒊-𝒑𝒂𝒈𝒊 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝑪𝒊𝒓𝒆𝒃𝒐𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒕𝒂 𝒂𝒑𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒋𝒖 𝑪𝒊𝒌𝒂𝒎𝒑𝒆𝒌 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒈𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒋𝒖 𝑱𝒂𝒌𝒂𝒓𝒕𝒂.

𝑩𝒆𝒓𝒊𝒌𝒖𝒕 𝒄𝒂𝒕𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑺𝒐𝒆 𝑯𝒐𝒌-𝒈𝒊𝒆 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒎𝒖𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 𝑲𝒐𝒎𝒑𝒂𝒔:

Kira-kira pukul setengah dua kami sampai di Krawang. Keadaannya sepi. Tak ada penjual makanan, tidak ada gembel (yang biasanya banyak) dan pakaian para petugas KA bersih serta berdasi. Kami mulai heran, setelah setengah jam KA belum juga jalan. Beberapa orang akhirnya datang ke masinis dan bertanya. Jawabannya sungguh mengejutkan. "Kita tak boleh jalan sampai pukul lima, karena ada rombongan Paduka Presiden yang ke Jatiluhur." Dan ditambahkan pula bahwa terdapat ratusan "bapak- 

bapak" yang ikut Pak Harto. Beberapa kawan mulai mengerumuni masinis. Datang pula beberapa penumpang lain dan akhirnya menjadi obrolan-obrolan untuk melewatkan waktu.


"Memangnya negara inimilik mereka," kata salah seorang kawan dengan mendongkol. Pak Harto akan lewat pukul lima. Jarak antara Krawang-Jakarta paling lama hanya setengah jam. Tetapi sejak pukul satu semua telah ditutup. Seperti kalau Babe mau lewat saja. Para gembel dibersihkan, penjual-penjual makanan diusir. "Itu kan nipu diri sendiri."


Masinisnya diam saja dan tersenyum. "Kita cuma rakyat kecil. Kalau disuruh jalan, ya kita jalan. Disuruh tunggu, ya kita tunggu," jawaban khas dari seorang manusia yang telah patah semangatnya karena penderitaan.


Tindakan-tindakan kecil seperti ini kadang-kadang menyakitkan hati sekali. Kita semua mengerti bahwa untuk tindakan-tindakan keamanan harus ada sejumlah persiapan yang baik. Beberapa trayek KA harus ditunda. Akan tetapi menunda 4 jam padahal jalan yang mau ditempuh tinggal satu jam setengah sungguh-sungguh menjengkelkan. Sikap ala Sukarno betul-betul sangat memalukan.


Saya pribadi melihat, lebih baik Pak Harto diterima secara wajar. Biarlah beliau melihat gembel-gembel, tukang-tukang dagang, dan sisi-sisi hitam dari Indonesia. Janganlah semuanya ditutup-tutupi sehingga beliau punya kesan yang baik-baik saja tentang bangsa yang dipimpinnya. Soeharto bukan Sukarno. Dia lebih dewasa dari bekas Pemimpin Besar Revolusi kita. Makin banyak gembel, penganggur, pelacur, korupsi yang dilihatnya, makin baik.

Pukul setengah lima KA jalan lagi, karena rombongan para penggede telah lewat. Satu seperempat jam kemudian kami tiba kembali di Jakarta. Setelah 5 hari meninggalkannya, setelah melihat begitu banyak sisi lain dari negara Indonesia tercinta, setelah perjalanan yang begitu melelahkan. Semuanya akan menjadi ragi untuk diri masing-masing. Bangsa yang besar adalah bangsa yang sehat tubuhnya. Pemuda-pemuda sakitan tidak mungkin menyelesaikan tugas-tugas pembangunan. Dan untuk itulah saya selalu mau membawa rombongan mendaki gunung.


Dari buku

"Soe Hok-gie...Sekali lagi"


Keterangan foto: Presiden Soeharto bersama Ir. Sutami saat peresmian Bendungan Jatiluhur 22 Agustus 1967




B.M. dan E.F.E

Institut Ksatrian baru saja membuka sekolah kejuruan baru, Middelbare Journalisten School, Sekolah menengah Jurnalistik. Kesanalah Burhanudin mendaftar supaya kelak bisa bekerja sebagai seorang jurnalis.

Ada 19 mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut. Antara lain harus belajar enam bahasa. Belanda, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang dan bahasa Melayu. Nampaknya tahun 1935 - 1936, sekolah ini sudah memperkirakan bahwa bahasa Jepang akan menjadi bahasa yang penting. Bahasa Belanda dan Inggris harus dipelajari secara mendalam dibandingkan bahasa yang lain. Untuk dua bahasa itu murid-murid harus mempelajari tata bahasa, lafal dan bacaan, serta kesusasteraan.

Bidang jurnalistik ada tiga macam mata pelajaran. Mengarang, teknik reportase dan teknik wawancara. Selama dua tahun, setiap murid cukup digembleng dengan pekerjaan rumah untuk menulis dan menulis lagi. Dalam menulis inilah tampak bakat Burhanudin. Karena untuk pelajaran mengarang dan teknik reportase, Burhanudin selalu mendapat zeer goed, sangat bagus, angka 9. Ternyata Burhanudin seorang studen yang tekun dan bekerja keras untuk bisa lulus sesuai jadwal.

Pendiri Institut Ksatrian adalah EFE Douwes Dekker adalah wartawan yang pernah menerbitkan Bataavisch Nieuwsblad pada 1903 dan mendirikan Indische Partij bersama Dr Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi Soerjaningrat.

Douwes Dekker mengajar mata pelajaran Sejarah Hindia Belanda seperti yang tertulis pada kurikulum.Tetapi didepan kelas Dekker selalu mengajar sejarah Hindia Belanda dalam versinya sendiri, tidak mengikuti teks sejarah versi Belanda totok. Didepan kelas bahkan Dekker menggunakan sebutan 'Indonesia' untuk Hindia Belanda.

Suatu saat Burhanudin bertanya kepada Douwes Dekker bisakah dan kapan dia jadi wartawan terkenal? Dekker memandang Burhanudin dalam-dalam dan berkata,"Nanti, kalau kamu sudah berumur diatas 40 tahun." Burhanudin menarik napas dalam seakan tidak sabar, karena untuk mencapai itu harus menunggu dua dasawarsa lagi. Tetapi "ramalan" Douwes Dekker ternyata tidak meleset.

Petuah Douwes Dekker yang masih diingatnya adalah "Apabila kamu mau melawan orang barat, kamu harus menguasai ilmu pengetahuan yang mereka miliki". Ucapan ini merupakan cambuk bagi Burhanudin untuk menimba ilmu sebanyak mungkin.

Pada akhir masa studinya, Burhanudin mengalami kesulitan keuangan. Kakaknya yang biasa mengirim uang sekolah dan pondokan tidak memberikan kiriman lagi, sementara sebentar lagi ia menamatkan sekolah. Segera ia pergi ke Surabaya menemui Mohamad Judin, sang kakak tadi.

Burhanudin lalu mendapat surat dari Douwes Dekker yang bernada marah karena pergi tanpa pamit, tanpa melunasi uang sekolah dan pondokan. Rupanya uang kiriman dan surat berselisih jalan.

Dengan permintaan maaf, Burhanudin menerangkan uang sekolah dan pondokan sudah dikirim. Juga dijelaskan masalah kesulitan keuangan yang dihadapinya. Mengetahui itu, Douwes Dekker meminta maaf dan menyuruh Burhanudin kembali ke Bandung dan diangkat sebagai sekretaris pribadi Douwes Dekker.

"Saya sangat hormat kepada beliau. Orang kulit putih yang lebih berani dari rata-rata politikus Indonesia saat itu. Saya bangga sempat diajar beliau", demikian kenang Burhanudin. Sambil berkata begitu, diperlihatkannya rapor dan ijazahnya yang ditandatangani oleh anggota kurator merangkap Direktur dan sekretaris Institut Ksatrian, E.F.E. Douwes Dekker.


Dari buku

B.M. DIAH

Wartawan Serba Bisa



"SEMANGAT CAMARÓN"

"Pertempuran Camarón" adalah sebuah Pertempuran yang sangat terkenal yang dialami oleh Legiun asing Prancis di Meksiko. 

Tahun 1861-1867 Prancis melakukan intervensi ke Meksiko. Pada intervensi ini Prancis mengalami kegagalan namun bagi Légionnaire mereka mendapatkan nama yang harum.

Berawal dari konvoi Prancis yang meninggalkan pelabuhan Veracruz yang membawa logistik, perlengkapan pengepungan dan 3 juta franc tunai.

30 April 1863 dinihari enam puluh prajurit dan tiga perwira ke-3 Resimen Asing legiun Asing dikirim untuk menjemput konvoi tersebut. Kompi itu dipimpin oleh Kapten Danjou dibantu oleh Letnan Jean Vilain dan Letnan Maudet.

Setelah melewati Desa Camarón de Tereja (55 km di sebelah barat Veracruz), kompi tersebut tiba di Palo Verde pukul 7 pagi, setelah melakukan mars sejauh 24 kilometer.


Kemudian mereka melihat gerakan regu infanteri Meksiko pimpinan Kolonel Fransisco de Paula Milán. Mereka baru saja tiba ketika mendengar sebuah tembakan menyalak, melukai seorang legiuner. Pasukan kavaleri Kolonel Milán kemudian menyerang yang memaksa Kapten Danjou memutuskan untuk mundur ke Desa Camarón.


Setelah membuyarkan lagi serangan kavaleri kedua, Kapten Danjou dan anak buahnya berlindung di hacienda (rumah tinggal yang dikelilingi kebun luas). Mereka berharap bisa menunda upaya Kolonel Milán menyergap konvoi. Malang bagi para legiuner, ketika jalan menurun, dua bagal (binatang pengangkut) yang membawa makanan dan amunisi ketakutan karena kegaduhan sehingga lepas dari kendali mereka dan kabur.


Begitu sampai di hacienda, para legiuner cepat-cepat membuat barikade penutup sekuat yang mereka bisa.Pasukan Meksiko berhasil memasuki ruangan di lantai bawah dan dengan demikian menutup akses ke lantai tersebut. Sersan Morzycki memanjat atap bangunan utama untuk mengawasi gerakan musuh.


Saat itu sudah pukul sepuluh pagi dan orang-orang Kapten Danjou, yang belum makan sejak sehari sebelumnya, mulai didera kehausan dan panas. Seorang perwira Meksiko, Kapten Ramon Laisne menyerukan agar pasukan Prancis menyerah. Kapten Danjou menjawab: "Kami punya peluru dan kami tidak akan menyerah!" Dia lalu menyuruh anak buahnya bersumpah untuk bertempur sampai titik darah penghabisan.


Tentara Meksiko membakar hacienda, tetapi tidak berani menyerbu secara frontal. Sebagian, melalui tangga kamar tidur, mencoba memasuki ruangan yang dikuasai para legiuner. Pada tengah hari, sebuah peluru menyambar jantung Kapten Danjou dan Letnan Jean Vilain mengambil alih komando. Kemudian tentara Meksiko menyerbu bagian utama rumah perkebunan itu.

Sekitar pukul dua siang, giliran Letnan Jean Vilain yang roboh, tertembak dahinya. Letnan Maudet kemudian mengambil alih komando.

Pukul lima sore, di sekeliling Letnan Dua Maudet, hanya tersisa dua belas orang dengan kondisi masih sanggup bertempur. Saat itulah sang kolonel Meksiko mengumpulkan orang-orangnya dan mengatakan kepada mereka betapa tak tertanggungkan malu mereka jika tidak bisa menembak segelintir pahlawan itu.


Selama sembilan jam, para legiuner melawan pasukan Meksiko tanpa minum, dikurung panas Dataran Tinggi dan tercekik asap tembakan.

Menjelang malam, tinggal Letnan Maudet, Kopral Maine, legiuner Catteau, Wensel, Constantin, dan Leonhard yang masih sanggup bertempur. Atas perintah perwira, mereka menembakkan senapan dan memasang bayonet. Victor Catteau, seorang legiuner Belgia tewas dengan tubuh penuh lubang peluru karena melindungi letnan dengan tubuhnya; perwira itu sendiri terluka dua kali. Kolonel Combas, perwira Meksiko asal Prancis, lalu menyeru kepada yang masih hidup agar menyerah. Maine mengatakan: "Kami akan pergi jika Anda memberi kami janji formal untuk merawat letnan kami dan semua kawan kami yang, seperti dia, terluka; jika Anda membiarkan kami membawa tas dan senjata kami. Terakhir, kami akan pergi, jika Anda berjanji mengabarkan kepada semua orang bahwa kami sudah melaksanakan tugas kami." "Kami tidak menolak permintaan apa pun dari orang seperti kalian," kata perwira Meksiko itu kemudian. Dia menambahkan: "Tetapi tolong berbicaralah dalam bahasa Prancis. Orang-orangku mungkin menyangka kalian orang Spanyol Konservatif dan mereka akan membantai kalian."


Mereka yang masih hidup dihadapkan kepada Kolonel Milán: "Tetapi ini bukan manusia, mereka iblis," teriaknya marah. 

Perlawanan sengit legiuner di Camarón ini membuahkan hasil. Konvoi suplai berhasil mencapai Puebla.

Dengan keputusan tertanggal 4 Oktober 1863, Menteri Perang, Jenderal Randon, memerintahkan "Camarón" diterakan pada bendera Resimen Asing.

Tahun 1892 dibangun sebuah monumen di lokasi pertempuran. Tahun 1948 monumen itu ditinggalkan. Hal itu membuat otoritas Prancis mendirikan monumen baru yang dibuka resmi tahun 1963.

Sejak itu tentara Meksiko memberikan penghormatan kepada prajurit-prajurit Meksiko dan Prancis yang tewas pada hari itu dengan hormat senjata ketika melewati monumen. Menurut tata cara militer Meksiko hormat senjata itu dilakukan dalam hening, tanpa musik dan komando suara. Penghormatan itu masih dilakukan sampai sekarang dan kuburan prajurit-prajurit Prancis yang gugur dirawat oleh pemerintah Meksiko dengan pengawasan Duta Besar Prancis dan atase militernya.[]


Sumber

1.buku "LEGIUN ASING PRANCIS"

2.https://www.google.com/amp/s/militaryhistorynow.com/2020/09/26/truly-these-arent-men-theyre-demons-the-french-foreign-legions-desperate-defence-of-camaron/amp



AKADEMI MILITER BANDUNG 1941-1942

Serangan Nazi ke negeri Belanda tahun 1940, membuat Pemerintahan Belanda di pengasingan menyiapkan pembebasan

Untuk itu, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Tjarda Starkenborgh Stachouwer ditugaskan oleh pemerintahan darurat di London untuk menyiapkan perlawanan terhadap invasi Jepang dan mobilisasi umum untuk kelak membantu pembebasan Kerajaan Belanda.


Jenderal Hein Ter Poorten, yang menggantikan jenderal Berenschot yang meninggal karena kecelakaan pesawat, selaku komando militer di Hindia Belanda  segera menyiapkan reorganisasi dan modernisasi militer.

Salah satu kebijakan yang diambil adalah 

menyiapkan Akademi Militer di Bandung yang menjadi ibukota militer Hindia-Belanda dan Sekutu.

Selain itu keberadaan kota militer di Cimahi yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1896 juga turut memperkuat posisi Bandung sebagai salah satu pusat kekuatan militer Hindia Belanda saat itu. Maka tak mengherankan jika Bandung kemudian dipilih sebagai lokasi pendirian Akademi Militer


Pada bulan Mei 1940, koran-koran di Hindia-Belanda mengumumkan para pemuda lulusan SMA berdarah Belanda, Indo-Eropa, dan Bumiputra didorong untuk mendaftar di Akademi Militer Bandung. Komando KNIL memutuskan menerima pemuda Bumiputra untuk menutup kebutuhan perwira dalam persiapan perang menghadapi Jepang.


Sepanjang Juni-September 1941, para kadet menjalani penugasan sebagai sersan di batalyon reguler. Diantara kadet tersebut terdapat A.H. Nasution yang bertugas di Kompi Jawa di Batalyon 10 KNIL di Weltevreden.


Karena situasi Perang Dunia II di Eropa dan ketegangan di Asia-Pasifik, masa pendidikan dipersingkat bagi kadet di Akademi Militer Bandung, yang digabungkan ke organisasi

KMA pada tanggal 2 Oktober 1941.


Tanggal 7 Desember 1941 pecah Perang Pasifik dimana Jepang menyerang Pearl Harbour di Hawaii yang diikuti serbuan di Filipina, Malaya, dan Hongkong selang beberapa jam kemudian. Markas Komando Belanda memaklumi Kota Bandung menjadi sasaran utama Jepang sehingga pada Januari 1942, Akademi Militer dipindahkan ke Kota Garut. Namun, karena pesatnya serangan Jepang, pada akhir Januari Akademi Militer pun terpaksa ditutup.[]


Sumber:

1.Buku "KNIL" Perang Kolonial di Nusantara dalam catatan Prancis


2.https://bandungbergerak.id/article/detail/949/ngaleut-bandung-riwayat-ringkas-akademi-militer-kerajaan-di-bandung



R.A. KERKHOVEN BAPAK PENDIRI PERKEBUNAN ARJASARI

Rudolph Albertus Kerkhoven dilahirkan di Twello pada 9 Juli 1820 merupakan anak keempat dari 14 anak yang berada dalam trah The Hunderian. la menikah dengan Aleida Catharina van Delden dan dikaruniai enam anak.


Dengan menumpang kapal Eva Johana, keluarga Rudolph Albert Kerkhoven meninggalkan Belanda tanggal 29 September 1866 dan tiba di Batavia menjelang perayaan Tahun Baru tanggal 29 Desember tahun yang sama. 

Mula-mula mereka menetap di rumah NP van den Berg yang terletak di Koningsplein dan kemudian di rumah janda mendiang Pieter Holle yang tinggal di Gang Holle.


Selama di Batavia, ia mencoba menerima tawaran di Netherlands Indian Gas Company, sebuah perusahaan gas milik negara. Karena usahanya tidak memperoleh kemajuan, keluarga ini pindah ke Bandung. Mereka menempati bangunan yang terletak di pojok Pieterpark, kini Taman Dewi Sartika di depan Gedung Balai Kota.


Berkat hubungan baik KF Holle, salah seorang perintis perkebunan di Priangan (Preanger Planter), dengan penguasa pribumi, RA Kerkhoven berhasil membuka perkebunan di Arjasari. 

Perkebunan ini terletak di daerah Bandung yang berjarak kurang lebih 30 kilometer dari kota Bandung. Saat itu, Arjasari yang terletak di Afdelung Banjaran masih merupakan hutan belantara dengan banyak binatang buas diantaranya harimau.

Dengan ketinggian 700 meter diatas permukaan laut, Arjasari berhawa sejuk dan sering turun hujan sehingga cocok untuk dijadikan perkebunan.

Sayang, akses untuk menuju tempat itu tidak mudah. Dari Bandung hanya bisa menggunakan kuda atau kereta kuda yang kemudian disambung dengan menyeberangi sungai Citarum menggunakan rakit bambu.


Di tempat itulah keluarga dengan enam anak (salah satu meninggal di Batavia karena sakit) memulai hidup barunya sebagai pengusaha perkebunan.

Pada saat pembukaan perkebunan, RA Kerkhoven dan anak-anaknya dan rombongan pejabat setempat berjalan paling depan dengan dinaungi payung, melewati deretan barisan penduduk setempat yang hadir. Yang membuat pesona hadirin dan sekaligus kagum, pada kesempatan itu KF Holle berusaha memperlihatkan kedekatan emosionalnya dengan masyarakat pribumi. Sebagai "sesepuh" keluarga, ia menyampaikan sambutannya dalam bahasa Sunda.


Upacara peresmian Perkebunan Arjasari diakhiri dengan pembacaan doa dan dilanjutkan makan bersama, sebuah tradisi yang masih berlangsung hingga kini. Dalam doanya mereka memohon agar Perkebunan Arjasari yang luasnya sekitar 3.000 hektar akan sesuai dengan namanya. Dalam bahasa Sunda, Arjasari berarti "Inti Kemakmuran".[]


Sumber:

1. Buku "Kisah Para Preanger Planters"

2. Buku "Sang Juragan Teh"

3.https://www.wikitree.com/wiki/Kerkhoven-53



THE ANGEL FROM DIEN BIEN PHU

Dengan dihancurkannya pesawat ambulans C-47 terakhir di landasan oleh pasukan Vietminh,maka seluruh awaknya, termasuk seorang perawat ,Genevieve de Galard menjadi bagian dari Garnisun yang terkepung itu.
Perawat wanita itu lalu mengenang,"Mereka yang terluka mempunyai harapan besar saat itu karena mengira akan meninggalkan Dien Bien Phu untuk selamanya.Ternyata tidak demikian"
Dien Bien Phu pun berubah menjadi neraka.Rumah Sakit bawah tanah pasukan Prancis terpaksa diperluas hingga ke batas bekas pemakaman, sehingga tidak jarang ditemukan cacing-cacing putih bergerak leluasa diantara kaki dan tangan pasien yang tidak berdaya.
Melihat itu kolonel Langlais memerintahkan kepada yang sehat untuk keluar bunker agar bisa ditempati prajurit yang terluka.
Genevieve de Galard, yang terdampar di tempat yang tidak memiliki kelengkapan bagi wanita, mendapat sebuah tempat khusus "Saya tidur di atas usungan yang bisa saya lipat kembali di waktu pagi" kenangnya.
Perawat wanita yang masih berdarah biru itu sendiri adalah anak dari Vicomte Oger de Galard Terraube.Garis keturunannya dapat dilacak hingga abad ke-5, dimana salah satu leluhurnya adalah seorang ksatria bangsawan yang berjuang bersama Jeanne D'Arc , pahlawan wanita yang legendaris.Meski begitu,ia meminta semua rekannya memanggilnya Genevieve saja atau jika tidak mengenal namanya cukup dengan menyapanya sebagai "nona saja".Tapi wartawan Amerika lebih suka memanggilnya dengan :"Bidadari dari Dien Bien Phu"
Pada 3 Mei 1954 majalah TIME menulis:
"Apakah ada kesempatan untuk mendatangkan bantuan bagi Dien Bien Phu? Apakah kondisi Pasukan Jenderal Giap sama dengan yang dialami oleh anggota garnisun Dien Bien Phu? Banyak pilihan untuk Dien Bien Phu, hancur lebur dibantai oleh Vietminh atau menyerah tanpa syarat, tetapi terhormat.
Keadaan Dien Bien Phu samar-samar dan tidak menentu!"
Menjelang kejatuhan Dien Bien Phu ,Letkol Bigeard berusaha memompa semangat anak buahnya dengan seruan:"Kita harus mampu bertahan satu hari lagi.Amerika serikat tidak akan membiarkan kita seperti ini.Mereka akan datang membantu kita!"
Pada saat kritis itu, pemerintah Prancis menaikkan pangkat de Castries, pimpinan Garnisun menjadi Brigadir jenderal dan setiap prajurit mendapatkan tanda jasa khusus.Bigeard menggerutu dengan nada getir:"Mereka kira kita akan tewas dalam pertempuran ini sehingga perlu memberikan tanda jasa dan bintang!".
Para perwira di Dien Bien Phu memutuskan akan memberikan penghargaan kepada Genevieve de Galard.Mereka meminta agar perawat tersebut hadir di Pos Komando.
Saat perawat itu datang,de Castries berkata:"Kami tidak memiliki apa-apa kecuali ini..."
Tanpa diduga-duga oleh Genevieve, tanda jasa 'Legion de Honor' disematkan di dadanya oleh sang Brigadir jenderal.
Peristiwa itu berlangsung sangat cepat dan itulah cara orang Prancis memberikan penghargaan kepada seseorang dalam keadaan yang sangat kritis.

Dari buku
LEMBAH KEMATIAN
Tragedi Kekalahan Prancis di Dien Bien Phu


UANG BELANJA PEMBERIAN SULTAN

Yogyakarta Desember 1948,

Dua tahun setelah Ibukota RI berpindah ke Yogyakarta, Presiden dan Wakilnya menjalani pengasingan di Prapat dan Bangka. 

Tentu saja hal tersebut menjadi beban bagi keluarga yang ditinggalkan, diantaranya adalah nyonya Rahmi Hatta yang juga sempat ditahan oleh tentara Belanda.

Lebih lanjut bu Rahmi berkisah:

Tentara Belanda menyediakan sebuah rumah di Sagan untuk tempat tinggal saya dan keluarga, terdiri dari anak saya Meutia yang baru berumur satu tahun, Ibu dan Bapak saya. Keluar daritahanan, saya tidak mempunyai apa-apa kecuali sedikit pakaian dan uang pun tidak seberapa. Karena itu saya sudah menggambarkan akan menghadapi kesulitan hidup selama Yogyakarta diduduki tentara Belanda.


Tetapi kira-kira setelah tiga minggu saya tinggal di Sagan, pada suatu hari pukul 2 siang datang Saudara Wangsa Widjaja, Sekretaris Wakil Presiden, ke rumah saya dengan tergopohgopoh. Setelah masuk ke rumah dan duduk dengan tidak banyak bicara, ia membuka tasnya dan mengeluarkan bungkusan sambil berkata: "Zus, inilah uang sumbangan dari Sri Sultan, banyaknya 500 gulden".


Setengah tidak percaya, saya menerima dan membuka bungkusan itu dan ternyata isinya uang perakan Belanda mulai dari satu rupiah (perak) sampai seringgit (dua setengah rupiah Belanda). Dengan perasaan haru saya termenung sejenak dan saya hanya dapat mengatakan kepada Saudara Wangsa Widjaja: "Sampaikanlah ucapan terima kasih saya kepada Sri Sultan".


Menurut keterangan Saudara Wangsa Widjaja, yang diberi uang oleh Sri Sultan itu bukan saya saja tetapi juga Nyonya Fatmawati Sukarno, pegawai Kepresidenan dan Wakil Presiden dan juga pegawai-pegawai lainnya. Saudara Wangsa Widjaja juga menceritakan bahwa hari itu pagi-pagi ia diminta datang ke Keraton Paku Alam. Sampai di sana ia diterima oleh Sekretaris Sri Sultan dan dialah yang menyampaikan uang dari Sri Sultan itu.


Dengan uang pemberian Sri Sultan saya terlepas dari kesukaran hidup selama pendudukan tentara Belanda. Sampai sekarang saya masih menyimpan beberapa gulden dari uang pemberian itu sebagai kenang-kenangan.[]


Sumber

Buku "Tahta untuk Rakyat"


Keterangan foto: nyonya Rahmi Hatta di sebelah kiri Siri Sultan mengikuti Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-36, 17 Agustus 1981 di Istana Merdeka



SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...