Senin, 15 Januari 2024

"SEMANGAT CAMARÓN"

"Pertempuran Camarón" adalah sebuah Pertempuran yang sangat terkenal yang dialami oleh Legiun asing Prancis di Meksiko. 

Tahun 1861-1867 Prancis melakukan intervensi ke Meksiko. Pada intervensi ini Prancis mengalami kegagalan namun bagi Légionnaire mereka mendapatkan nama yang harum.

Berawal dari konvoi Prancis yang meninggalkan pelabuhan Veracruz yang membawa logistik, perlengkapan pengepungan dan 3 juta franc tunai.

30 April 1863 dinihari enam puluh prajurit dan tiga perwira ke-3 Resimen Asing legiun Asing dikirim untuk menjemput konvoi tersebut. Kompi itu dipimpin oleh Kapten Danjou dibantu oleh Letnan Jean Vilain dan Letnan Maudet.

Setelah melewati Desa Camarón de Tereja (55 km di sebelah barat Veracruz), kompi tersebut tiba di Palo Verde pukul 7 pagi, setelah melakukan mars sejauh 24 kilometer.


Kemudian mereka melihat gerakan regu infanteri Meksiko pimpinan Kolonel Fransisco de Paula Milán. Mereka baru saja tiba ketika mendengar sebuah tembakan menyalak, melukai seorang legiuner. Pasukan kavaleri Kolonel Milán kemudian menyerang yang memaksa Kapten Danjou memutuskan untuk mundur ke Desa Camarón.


Setelah membuyarkan lagi serangan kavaleri kedua, Kapten Danjou dan anak buahnya berlindung di hacienda (rumah tinggal yang dikelilingi kebun luas). Mereka berharap bisa menunda upaya Kolonel Milán menyergap konvoi. Malang bagi para legiuner, ketika jalan menurun, dua bagal (binatang pengangkut) yang membawa makanan dan amunisi ketakutan karena kegaduhan sehingga lepas dari kendali mereka dan kabur.


Begitu sampai di hacienda, para legiuner cepat-cepat membuat barikade penutup sekuat yang mereka bisa.Pasukan Meksiko berhasil memasuki ruangan di lantai bawah dan dengan demikian menutup akses ke lantai tersebut. Sersan Morzycki memanjat atap bangunan utama untuk mengawasi gerakan musuh.


Saat itu sudah pukul sepuluh pagi dan orang-orang Kapten Danjou, yang belum makan sejak sehari sebelumnya, mulai didera kehausan dan panas. Seorang perwira Meksiko, Kapten Ramon Laisne menyerukan agar pasukan Prancis menyerah. Kapten Danjou menjawab: "Kami punya peluru dan kami tidak akan menyerah!" Dia lalu menyuruh anak buahnya bersumpah untuk bertempur sampai titik darah penghabisan.


Tentara Meksiko membakar hacienda, tetapi tidak berani menyerbu secara frontal. Sebagian, melalui tangga kamar tidur, mencoba memasuki ruangan yang dikuasai para legiuner. Pada tengah hari, sebuah peluru menyambar jantung Kapten Danjou dan Letnan Jean Vilain mengambil alih komando. Kemudian tentara Meksiko menyerbu bagian utama rumah perkebunan itu.

Sekitar pukul dua siang, giliran Letnan Jean Vilain yang roboh, tertembak dahinya. Letnan Maudet kemudian mengambil alih komando.

Pukul lima sore, di sekeliling Letnan Dua Maudet, hanya tersisa dua belas orang dengan kondisi masih sanggup bertempur. Saat itulah sang kolonel Meksiko mengumpulkan orang-orangnya dan mengatakan kepada mereka betapa tak tertanggungkan malu mereka jika tidak bisa menembak segelintir pahlawan itu.


Selama sembilan jam, para legiuner melawan pasukan Meksiko tanpa minum, dikurung panas Dataran Tinggi dan tercekik asap tembakan.

Menjelang malam, tinggal Letnan Maudet, Kopral Maine, legiuner Catteau, Wensel, Constantin, dan Leonhard yang masih sanggup bertempur. Atas perintah perwira, mereka menembakkan senapan dan memasang bayonet. Victor Catteau, seorang legiuner Belgia tewas dengan tubuh penuh lubang peluru karena melindungi letnan dengan tubuhnya; perwira itu sendiri terluka dua kali. Kolonel Combas, perwira Meksiko asal Prancis, lalu menyeru kepada yang masih hidup agar menyerah. Maine mengatakan: "Kami akan pergi jika Anda memberi kami janji formal untuk merawat letnan kami dan semua kawan kami yang, seperti dia, terluka; jika Anda membiarkan kami membawa tas dan senjata kami. Terakhir, kami akan pergi, jika Anda berjanji mengabarkan kepada semua orang bahwa kami sudah melaksanakan tugas kami." "Kami tidak menolak permintaan apa pun dari orang seperti kalian," kata perwira Meksiko itu kemudian. Dia menambahkan: "Tetapi tolong berbicaralah dalam bahasa Prancis. Orang-orangku mungkin menyangka kalian orang Spanyol Konservatif dan mereka akan membantai kalian."


Mereka yang masih hidup dihadapkan kepada Kolonel Milán: "Tetapi ini bukan manusia, mereka iblis," teriaknya marah. 

Perlawanan sengit legiuner di Camarón ini membuahkan hasil. Konvoi suplai berhasil mencapai Puebla.

Dengan keputusan tertanggal 4 Oktober 1863, Menteri Perang, Jenderal Randon, memerintahkan "Camarón" diterakan pada bendera Resimen Asing.

Tahun 1892 dibangun sebuah monumen di lokasi pertempuran. Tahun 1948 monumen itu ditinggalkan. Hal itu membuat otoritas Prancis mendirikan monumen baru yang dibuka resmi tahun 1963.

Sejak itu tentara Meksiko memberikan penghormatan kepada prajurit-prajurit Meksiko dan Prancis yang tewas pada hari itu dengan hormat senjata ketika melewati monumen. Menurut tata cara militer Meksiko hormat senjata itu dilakukan dalam hening, tanpa musik dan komando suara. Penghormatan itu masih dilakukan sampai sekarang dan kuburan prajurit-prajurit Prancis yang gugur dirawat oleh pemerintah Meksiko dengan pengawasan Duta Besar Prancis dan atase militernya.[]


Sumber

1.buku "LEGIUN ASING PRANCIS"

2.https://www.google.com/amp/s/militaryhistorynow.com/2020/09/26/truly-these-arent-men-theyre-demons-the-french-foreign-legions-desperate-defence-of-camaron/amp



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...