Rabu, 24 Januari 2024

SEPENGGAL KEMESRAAN WOROSJILOV

Sebagai balasan kunjungan bung Karno ke  Uni Soviet setahun sebelumnya, maka pada  6-19 Mei 1957 Presiden Presidium Tertinggi Soviet melakukan kunjungan ke Indonesia.

Seminggu sebelum kedatangan Kliment Efremovitch Worosjilov, konsep kunjungan sudah disusun secara rapi oleh Menteri Pengerahan  Rakyat untuk Pembangunan,AM Hanafi.Diserukan kepada rakyat Indonesia untuk menyambut dengan hangat, sepadan dengan sambutan kepada Bung Karno saat ke Soviet.

"Lepas daripada segala ideologi kunjungan presiden Worosjilov hendaknya kita terima sebagai kunjungan seorang kepala negara" kata Hanafi.

Salah satu kelompok yang menyambut dengan antusias adalah PKl, bahkan Politbiro CC PKI mengeluarkan imbauan menyatakan kedatangan Worosjilov ke Indonesia merupakan peristiwa bersejarah yang sangat penting dalam pelaksanaan politik internasional Indonesia, karena sikap Politik Soviet yang memihak rakyat melawan penjajah.

Namun ada juga kelompok yang mengkritik kedatangan Worosjilov, karena menganggap kedatangannya akan memperkuat posisi PKI, khususnya perebutan kursi di DPRD.Rupanya suara terakhir ini kalah gaung dibandingkan dengan sambutan rakyat yang gegap gempita.

Harian "Minggu Merdeka" melansir disiapkan anggaran Rp.12 juta (yang setelah dikonfirmasikan ternyata 3 juta) untuk pembuatan bendera kertas Indonesia dan Uni Soviet sebanyak 5juta lembar, ongkosnya mencapai Rp.250 ribu.

Sejak awal 1957 harian 'Indonesia Raya','Abadi','Sin Po', Bintang Timur','Harian Rakyat','Pedoman' terus menyorot perhelatan kunjungan ini.

Pada kedatangan nanti,harian 'Republik' memperkirakan 4ribu buruh,1000 wanita,1000  pemuda,1000 petani,1000 veteran, mahasiswa, golongan Tionghoa di Jakarta akan menyambut kedatangannya.

Tak hanya itu,300 orang anggota ikatan sepeda kumbang Jakarta akan berjajar dipinggir jalan di pinggir jalan Kemayoran tempat tamu agung mendarat.Juga ada sambutan dengan 21 dentuman meriam yang dilanjutkan dengan salaman dengan anggota kabinet dan korps diplomatik.

Ternyata perkiraan tersebut meleset jauh...

Saat Worosjilov tiba pada 6 Mei 1957 pukul 16.15, sambutannya lebih meriah!

Ratusan ribu warga menyambut sambil mengibarkan bendera kedua negara.Lima ribu burung merpati diterbangkan.

"45 pesawat dari Angkatan Udara RI dari berbagai jenis menderu-deru di udara disusul dengan pesawat pembom dan jet pancar gas RI" demikian tulis harian 'Patriot'.

Presiden Sukarno mengatakan "Paduka sedang ada di Jakarta, tempat lahirnya Revolusi"

Di Yogyakarta sambutan rakyat tak kalah hebatnya.Puluhan ribu rakyat mengular dipinggir jalan sepanjang 10km.350 mobil disiagakan, ratusan ribu bendera kedua negara dicetak dan gending 'Kebo Giro' serta 'Sampak Sanga' mengalun  mengiringi kedatangan sang tamu.

Worosjilov juga mengadakan rapat raksasa di alun-alun kota Solo yang dihadiri ratusan ribu rakyat.Dalam kesempatan itu dia menegaskan kembali dukungan negaranya atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan Indonesia.Selain itu , dikatakan hubungan internasional harus dilandaskan asas-asas koeksistensi, tanpa memandang perbedaan politik yang dianut oleh masing-masing negara.

Pastilah, Worosjilov meninggalkan Indonesia dengan sejuta kenangan.Kunjungan penuh kehangatan.Kemesraan yang sangat sulit untuk ditorehkan dengan kata-kata.

Sebuah penggalan sejarah di masa lalu yang mungkin sudah dilupakan oleh anak bangsa di masa kini.


Dari buku

Segenggam Cinta dari

MOSKWA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...