Selasa, 16 Januari 2024

SAMPAI MAUT MEMISAHKAN...

1940,

Saat pendaftaran Pendidikan Perwira Cadangan Belanda, Halim memilih bagian Angkatan Laut dengan pertimbangan tempat pendidikannya yang dekat, yaitu Surabaya dan Probolinggo. Hanya selintas dia tertarik untuk memasuki dinas angkatan udara yang pendidikannya dilangsungkan di Kalijati Subang dan Andir Bandung.

Selama masa pendidikan itu, Halim menjalin hubungan dengan seorang gadis asal Madiun yang bernama Kussadalina yang saat itu menjalani pendidikan sebagai calon perawat. Kedekatan hubungan itu hingga sampai pada ikrar untuk membangun rumah tangga jika kelak keadaan sudah kembali normal.


"Aku akan menyelesaikan pendidikan taruna dan menjalankan tugas sebagai tentara. Semoga keadaannya lekas kembali normal seperti dahulu sehingga kita bisa membangun rumah tangga nanti, " ucap Halim. "lya Mas, semoga perang tidak jadi meletus dan keadaannya bisa kembali normal," jawab Kussadalina dengan sepenuh harap.


1945,

Misi pasukan Inggris AFNEI, yang bertugas menyelesaikan urusan pasca perang di Indonesia mendarat di Tanjung Priok, Jakarta pada 29 September.Di tengah kesibukan pendaratan ribuan pasukan yang mayoritas pasukan Inggris serta pasukan Gurkha dan Sikh dari India itu, nampak seorang berwajah melayu dengan atribut pangkat kapten RAF (Angkatan Udara Inggris). Sosok dan penampilannya mengundang keheranan dan rasa ingin tahu para anggota BKR (Badan Keamanan Rakyat) dan rakyat yang melakukan penyambutan. Pria berwajah Indonesia itu tidak lain Kapten RAF Halim Perdanakusuma. Akhirnya dia kembali ke tanah air yang lama ditinggalkan sejak diselamatkan pasukan Inggris dari pemboman tentara Jepang di Cilacap, diungsikan ke Australia sampai memasuki RAF.


Dari informasi yang diperoleh, Halim mengetahui Kussadalina saat ini sedang berada di Jakarta dan sedang menjalani pendidikan dan bertugas sebagai perawat di sebuah rumah sakit bersalin di kawasan Budi Kemuliaan. Begitu mendapat nomor telepon rumah sakit segera ia menghubunginya.

Sang kekasih tidak percaya akan panggilan itu dan segera meletakkan telepon.

Demi meyakinkan Kussadalina, Halim segera minta izin untuk pergi ke rumah sakit tersebut. Perempuan dengan baju perawat itu terperangah setengah tidak percaya melihat sosok laki-laki gagah yang berdiri di depannya itu. "Kamu masih tidak percaya kalau saya masih hidup?" ujar Halim kepada Kussadalina. Yang ditanya tidak bisa menjawab karena dihinggapi keharuan yang sangat. Sosok yang sebelumnya diyakini telah meninggal itu ternyata masih hidup dan sekarang berdiri gagah dengan balutan uniform seragam pilot RAF. Untuk selanjutnya keduanya dilanda perasaan haru dan bahagia.


"Setelah ini Mas mau bagaimana? Meneruskan karier sebagai perwira di AU Inggris atau bagaimana? Mas,bangsa Indonesia telah merdeka dan kemerdekaan ini jelas membutuhkan para tenaga muda untuk mempertahankannya." Kussudalina menyarankan apa yang sebaiknya dilakukan Halim.

Oktober tanggal 5, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) resmi berdiri dengan menggabungkan unsur-unsur militer peninggalan Jepang dan laskar rakyat.

Menteri Pertahanan Mr.Amir Sjarifuddin yang mengetahui karir Halim di RAF segera memanggilnya untuk mendampingi Komodor Suryadi Suryadarma yang memimpin Jawatan Penerbangan TKR.


1947

Selaku wakil II KSAU, Komodo Muda Halim Perdanakusuma mengupayakan pengembangan dalam tubuh AURI. Mereka berharap, Di masa mendatang AURI akan diisi para personil yang bisa diandalkan dengan pesawatpesawat modern serta fasilitas yang memadai. Rintisan membangun pangkalan lain di luar Yogya dapat diwujudkan pada tahun 1947 itu dengan berdirinya Pangkalan Udara Madiun yang menjadi pangkalan kedua di wilayah RI di Jawa. Sebagai Wakil KSAU, Halim turut terlibat dalam upaya pendirian pangkalan itu, sekaligus juga ia bertindak sebagai komandan pangkalan baru itu. Meskipun telah memiliki pangkalan kedua, AURI memiliki rencana menambah pangkalan di luar Jawa.


Ketika bertugas di Pangkalan Madiun itu, Halim mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Kussadalina. Pernikahan itu berlangsung pada 24 Agustus 1947. Umumnya pasangan yang baru menikah biasanya menjalani masa bulan madu. Tapi ini tidak berlaku bagi pasangan Halim Kussadalina. Suasana revolusi dan tanggung jawab terhadap tugas mengharuskan mereka melupakan keinginan untuk berbulan madu.


Beberapa hari setelah pernikahan, datang perintah dari KSAU kepada Halim agar dalam waktu dekat mempersiapkan diri untuk penugasan ke Bukittinggi guna membentuk Komandemen AURI Sumatera.


14 Desember 1947

Dalam penerbangan menuju Singapura dari Muang Thai, pesawat Avro Ansion RI-003 yang dipiloti oleh opsir I Iswahyudi dengan navigator Halim sebagai pilot mengalami kecelakaan di Tanjung Hantu Semenanjung Malaya. Kedua penerbang itu dinyatakan gugur melalui pernyataan KSAU Komodor S.Suryadarma di Yogyakarta.

Setelah peristiwa tragis itu istri Halim, Kussadalina, yang sedang hamil tua memutuskan pulang ke rumah orang tuanya di Madiun. la masih ingat perkataan sang suami, "Kelak jika anak kita lahir laki-laki, beri nama depan "lan". Itu nama seorang sahabat karibku di RAF yang gugur saat pulang dari penyerbuan udara terhadap wilayah Jerman." Kussadalina akan memenuhi permintaan Halim sebelum berangkat ke Muangthai.


Dengan ketabahan seorang calon ibu yang ditinggal mati suami, pada 17 Juli 1948 Kussadalina melahirkan anak pertama berjenis kelamin lakilaki. Memenuhi permintaan almarhum suaminya, bayi laki-laki itu diberi nama lan Santoso Perdanakusuma.


Nampaknya setelah besar, darah sebagai penerbang sang ayah menitis pada lan Santoso. Setelah lulus SMA lan masuk Akademi Angkatan Udara RI mengikuti jejak ayahnya sebagai penerbang. Dalam karier selanjutnya lan Santoso Perdanakusuma berhasil mencapai pangkat Marsekal Madya dan pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis (KABAIS) TNI di tahun 2000.[]


Sumber

Buku "HALIM PERDANAKUSUMA" Rajawali Persada Nusantara



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...