Rabu, 26 April 2023

AKHIR DARI SANG PENEMBAK



Minggu, 28 Juni 1914

Rombongan Putra Mahkota Austria-Hongaria, Franz Ferdinand dan istrinya selamat dari lemparan granat di Sarajevo. Pelaku pelemparan yang melukai beberapa orang itu dapat ditangkap oleh Polisi.

Diluar dugaan, beberapa jam kemudian Franz Ferdinand memutuskan untuk menjenguk para korban di Rumah Sakit setempat. Namun Petugas terlambat memberitahukan agar rombongan tidak melalui pusat kota. Saat menyadari itu dan mobil akan berbalik arah, Gavrilo Princip yang berdiri didepan cafe Moritz Schiller melihat peluang yang sempurna itu.

Gavrilo segera melangkah ke depan, mendekati mobil kerajaan dan mengeluarkan pistol FN Model 1910. Dalam jarak 1,5 meter tembakan nya mengenai Franz Ferdinand dan Sophie Cotek isterinya. Tidak lama kemudian Sang Putra Mahkota kerajaan Austria-Hongaria dinyatakan meninggal dunia.

Usai penembakan, sebenarnya Gavrilo Princip berusaha melakukan bunuh diri dengan cara menelan kapsul sianida, tapi kematian tidak segera menjemput. Gagal dengan usaha pertamanya, Gavrilo mencoba menembak dirinya sendiri, namun pihak keamanan segera bergerak sigap.

Gavrilo luput dari hukuman mati, karena saat itu ia berusia 19 tahun, sedangkan hukuman mati diberlakukan kepada tersangka yang berusia 20 tahun. Gavrilo Princip lalu dikenakan hukuman 20 tahun penjara. Sayang, kondisi penjara saat itu sangat memprihatikan. Gavrilo menderita kekurangan nutrisi, dan sanitasi yang buruk membuatnya terkena tuberculosis. Akibat infeksi yang akut juga membuat lengan kanannya harus diamputasi. Ditambah meletusnya Perang Dunia I pasca terbunuhnya Franz Ferdinand, maka kondisi Gavrilo semakin memburuk. Pada 28 April 1918 Gavrilo Princip dinyatakan meninggal dalam penjara akibat penyakit tuberculosis.

Pasca kematiannya, sipir penjara berniat menguburkan mayatnya di tempat yang tidak bertanda dengan maksud menghilangkan pengaruh kematiannya akan membuat perlawanan aktivis lainnya, dan terutama golongan nasionalis. Dua tahun kemudian atau tahun 1920, kuburan Gavrilo kembali digali , dan sisa jasadnya dibawa ke Sarajevo untuk dimakamkan secara layak.

Sampai saat ini secara umum ada dua pihak yang memandang tindakan Gavrilo Princip dalam dua sudut yang berbeda. Yang pertama menganggap Gavrilo sebagai seorang pahlawan serta pejuang kemerdekaan yang hendak membebaskan Yugoslavia dari penjajahan Austria-Hongaria. Sedangkan pihak lain menganggap Gavrilo Princip tak lebih dari 'teroris' yang hanya memperjuangkan terbentuknya kekuasaan Serbia untuk mendominasi seluruh kawasan Yugoslavia.


Dari buku

ENSIKLOPEDI PERANG BESAR DI DUNIA

PERANG DUNIA I

TANAH MERAH YANG MERAH

 

Berasal dari bahasa suku Jahir ,Sokanggo atau Sohokanggo.So atau soho artinya  bukit,kanggo berarti merah.Namun orang lebih mengenal tempat ini dengan nama Boven Digoel atau Digul Hulu atau tanah tinggi Digul.Karena ada tempat lain yg bernama Zuid Digoel atau Digul selatan yang disebut dengan nama Gudang Arang.

Boven Digoel berjarak 455km ke hulu sungai Digul.Jarak itu setara dengan Jakarta- Semarang atau Amsterdam-Paris, ditengah-tengah hutan lebat, rawa-rawa sarang nyamuk malaria dan sungai-sungai yang banyak buayanya.

Dilingkungi penduduk asli yang disebut orang kaya-kaya bertelanjang bulat dan masih pengayau serta kanibal.

Seluruh kamp nya tidak dikelilingi kawat berduri seperti kamp konsentrasi Jerman,justru tangsi militer nya yg berpagar kawat berduri untuk menghindari para orang buangan.

Digul adalah tempat pembuangan orang-orang politik di Indonesia dg rombongan pertama pada tahun 1927.

Sebelumnya masih berupa hutan belantara dengan kayu yg besar-besar.Tidak ada binatang buas seperti singa,gajah,badak,banteng.Yang ada adalah babi hutan,ular,tikus,kelabang dan macam-macam burung cantik.Ular yang paling berbahaya di seluruh Digul adalah ular berkaki empat seperti biawak dan tidak berlidah.

Saat rombongan pertama orang buangan datang tahun 1927,di Boven Digoel terdapat 14 barak berukuran 30x4 meter beratap rumbia berdinding perlak.Sebuah barak digunakan untuk Rumah Sakit, lainnya untuk orang buangan.Di dalam barak masingmasing orang mendapat ruangan 2x2m untuk tidur dan 2x2m untuk tempat makan dan barang.Karena rumah-rumah itu belum beratap, sedangkan daun Nipah yg didatangkan dari Ambon sudah habis, terpaksa orang buangan dikerahkan untuk mengambil daun gelagah untuk atap dari pinggir barat kali Digul.Tapi kemudian ada orang yg hilang disitu dengan sebab yg tidak jelas apakah dimakan buaya atau tenggelam.Sejak itu mereka bekerja dengan pengawasan militer...


Dari buku

TANAH MERAH YANG MERAH

Sabtu, 22 April 2023

KARENA LUKISAN

Cilacap 1942,

Halim selamat dari pemboman oleh tentara Jepang terhadap kapal Belanda yang diawakinya karena pertolongan Angkatan Laut Inggris kemudian diungsikan ke Australia.

Saat di Brisbane Halim mendengar adanya penyerahan tanpa syarat Belanda ke Jepang di Kalijati, Subang.

Meski resminya Halim Perdanakusuma tercatat sebagai anggota AL Belanda, pihak Inggris memintanya untuk bergabung dengan kesatuan militer Inggris, karena  pihak Hindia Belanda kini sudah tidak memiliki otoritas untuk menghimpun kekuatan militer dalam menghadapi Jepang.


Tidak lama bergabung dengan pasukan Inggris di Australia, Halim mendapat perintah berangkat ke India untuk bergabung dengan Komando Pertahanan Asia Tenggara (South East Asia Command, SEAC) dengan panglimanya Laksamana Louis Mountbatten, yang pernah menjabat sebagai Panglima AL Inggris untuk Asia. Dalam usaha melanjutkan perang menghadapi Jepang.


India 1943

Di sela waktu istirahatnya, Halim mengisi waktu dengan melukis, hobi dan bakat lamanya. Hobi ini dilakukan sekedar untuk membunuh kejenuhan. Banyak hal yang ia lukis untuk dijadikan obyek. 

Kekagumannya terhadap Panglima SEAC yang berwibawa, dekat dengan anak buah selain ahli strategi perang, membuat Halim menuangkan wajah Mountbatten keatas kanvas. Sebuah lukisan yang benar-benar hidup 

Oleh Halim lukisan itu dipajang pada dinding barak tempat tinggalnya. Hingga suatu hari terjadi hal yang tidak terduga yang mengawali perubahan besar dalam karier kemiliterannya.


Hari itu Mountbatten melakukan pemeriksaan terhadap barak-barak anak buahnya, tidak terkecuali barak Halim Perdanakusuma. 

Saat masuk ke barak Halim, Laksamana itu dibuat tertegun saat melihat ada gambar dirinya terpajang. Seingatnya ia tidak pernah memerintah atau memberikan foto untuk digambar anak buahnya, selain juga tidak melihat jika di antara sekian ribu pasukannya itu ada yang bisa melukis. 

"Siapa yang wajah saya itu. Apakah kamu?" tanya Mountbatten.

"Yes, Sir" jawab Halim.

Apresiasi terhadap lukisan dirinya membuat Halim memberikan lukisan itu kepada Mountbatten. Dari sinilah terjadi kedekatan antara Mountbatten dan anak buahnya dari Indonesia.

Suatu saat Mountbatten menanyakan rencana Halim kalau perang usai. Halim menjawab akan pulang ke Indonesia.

"Halim, bagaimana kalau you berkarier di kemiliteran saja? Saya tawari kamu mengikuti pendidikan lanjutan perwira di Inggris. Siapa tahu berguna bagi kariermu dan mungkin juga berguna bagi negaramu kelak," begitu Mountbatten mengajukan tawarannya. "Benarkah tawaran ini, Panglima?" Halim serasa tidak percaya dengan datangnya tawaran itu.


Sudah pasti Halim terkejut dan menyambut baik tawaran dari panglimanya itu. Baginya ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bisa belajar dan bergabung dengan kesatuan dari salah satu negara yang mempunya kekuatan tempur terkuat di dunia. Terlebih lagi jika mengingat, ia satu-satunya orang Indonesia yang mendapat kesempatan mengikuti pendidikan perwira lanjutan di Inggris.


Pada kesempatan yang baik ini digunakan Halim untuk meminta Mountbatten agar ia diberi keleluasaan pilihan. "Kalau bisa, mohon saya tidak dikirim ke pendidikan perwira lanjutan AL, Sir," pinta Halim. "Kamu ini perwira muda KL (Angkatan Laut Belanda)? 

"Saya ingin pendidikan di Angkatan Udara, saya ingin menjadi penerbang tempur, Sir," jawab Halim tegas dan mantap.


"Begitu? Good, Inggris saat ini sangat memerlukan tambahan pilot-pilot tempur baru guna menghadapi Jerman dalam perang udara di Eropa. Halim! bersiap untuk berkemas-kemas berangkat ke Inggris!"[]


Sumber

1. Buku"Halim Perdanakusuma" Rajawali Persada Nusantara


2.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Laut_Jawa


3.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Louis_Mountbatten





Sabtu, 15 April 2023

MISTERI HILANGNYA MICHAEL ROCKEFELLER

Michael Rockefeller adalah putra mantan Wakil presiden Amerika serikat. Dia belajar etnologi di Yale dan saat usia 22 tahun, tahun 1961 melakukan perjalanan pertamanya ke Nugini Indonesia dalam ekspedisi penghimpunan karya seni yang disponsori oleh Museum of Primitive Art di New York.

Selang beberapa bulan ia kembali kesana untuk menambah koleksi terbaiknya seni Asmat di dunia (kini disimpan di Metropolitan Museum of Art, New York.

Dari pangkalan misionaris dan pos pemerintahan di Agats, di pesisir timur tenggara Aru, Michael mengunjungi desa-desa terpencil untuk mencari 'bis' dimana ia menawar tiang-tiang berukir dengan mata uang yang 'disarankan' berupa tembakau dan kait pancing baja dengan separuh dibayarkan sebagai panjar dan sisanya saat tiang-tiang itu diantarkan ke pangkalannya di Agats. Metode itu mula-mula lancar bagi semua desa kecuali Otjanep -- masyarakat terisolir yang merupakan maestro pengukir dan pejuang, dimana Michael menemukan tak kurang 17 tiang bis yang tegak bagus sekali. Orang-orang Otjanep dengan datar menerima proses tawar menawar dan panjar yang besar, namun mereka tidak pernah mengantarkan pesanannya dan sejak itu Michael Rockefeller dinyatakan hilang.


Tiga belas tahun kemudian datanglah Lorne Blair, seorang pembuat film dokumenter untuk film suku Asmat ke Otjanep.

Mereka adalah orang-orang luar pertama yang betul-betul tinggal di Otjanep, dan menghabiskan berminggu-minggu tanpa busana diantara para penduduk desa, menjadi putra angkat para panglima perang, dan akhirnya menemukan apa yang sangat mungkin terjadi antara Michael dan suku Kayu.

Jejak petunjuk yang membawa Lorne dan rekan-rekannya sehingga mengetahui jam jam terakhir dia tuturkan:


...................

Sabtu pagi, 16 November 1961, Rockefeller meninggalkan Agats menuju Basiem di selatan, sebuah desa dengan dengan pos misionaris kecil. Ia menaiki sebuah perahu darurat berlambung dua yang digerakkan dengan mesin 18PK. Bersamanya ikut dua misionaris muda Leo dan Simon serta seorang antropolog Belanda Renee Wassing. Ketika mesin mereka mogok dimulut sungat Sireets, mereka mulai hanyut ke laut. Leo dan Simon segera berenang ke pantai, mencari pertolongan meninggalkan Wassing dan Michael terombang-ambing sepanjang malam. Wassing tidak mampu menggagalkan upaya Michael untuk berenang kepantai. Michael melepaskan semua pakaiannya hingga tinggal celana pendek saja. Dengan dua drum bensin yang kosong untuk menambah kemampuan mengambang, mulai berenang kearah Otjanep.

"Rasanya aku akan bisa sampai di pantai" itu kalimat terakhirnya kepada Wassing.

Saat Wassing diselamatkan dari rakit yang terombang-ambing 24 jam kemudian, ayah Michael (saat itu Gubernur New York) dan saudari kembarnya, Mary telah terbang menuju Nugini dengan jet carteran. Dua puluh pesawat Neptune mencari-cari dilaut lepas; kapal kapal angkutan laut dan misionaris Belanda menyisiri muara; sebuah Hercules milik angkatan udara Australia bersama kargo helikopter; dan angkatan laut Amerika serikat menawarkan kapal pembawa pesawat

 Suku Asmat yang tercengang, yang tidak langsung kabur dari serbuan orang asing itu menerima suap dalam bentuk tembakau dalam jumlah yang besar segera mengerahkan tim pencari  yang terdiri dari seribu sampan.

Setelah 10 hari pencarian diakhiri; segala sesuatu kembali seperti dulu yang sunyi dan yang tersisa adalah segelintir kabar burung tak jelas menunjuk orang orang Otjanep sebagai pihak yang bersalah.[]


Dari buku

RING OF FIRE

Indonesia Dalam Lingkaran Api



FREEPORT

 

Beberapa jutawan dari Amerika serikat, Inggris dan Belanda pada tahun 1935 membentuk perusahaan bersama NV Nederlandsch Nieuw Guinee Petroleum Maatschappij (NNGPM). Mereka terobsesi menemukan minyak di jajahan baru Belanda di tanah Papua Barat (Nieuw Guinea). Pemerintah Belanda lalu memberikan konsesi lahan seluas 10 juta hektar yang meliputi sepertiga wilayah Papua pada NNGPM. Ekplorasi minyak bumi oleh NNGPM mendorong ekplorasi lebih luas, diantaranya adalah datangnya para sarjana dan petualang yang terobsesi dengan keindahan salju abadi di puncak-puncak pegunungan tropis.

Tahun 1936, Dr. A.H. Colijn, seorang yang bekerja di perusahaan minyak Belanda, bersama Jean A Dozy (geolog), dan letnan H.Wissel melakukan Ekspedisi Papua yang didahului dengan penerbangan pesawat Amphibi S-38 Skorsky oleh Wissel untuk menurunkan barang-barang ekspedisi menggunakan parasut disepanjang jalur yang akan dilalui. Bersama ketiga orang itu, ikut pula 38 orang Dayak Kalimantan sebagai penunjuk jalan dan pembawa barang.

Rombongan itu mengikuti punggungan gunung dan menelusuri Sungai Otomona. Setelah merintis jalan selama 56 hari mereka sampai pada ketinggian 4000 meter. Dibantu 12 porter, mereka sampai di puncak Ngga Pulu (4.862m) pada dinding Utara Gletser Puncak Jaya, namun gagal mencapai puncak tertinggi Carstensz Pyramid. Ekspedisi Colijn banyak menamai tempat-tempat yang sebelumnya belum diberi nama, misalnya "East Carstensz", "Carstensz Glacier", "Glacier Meadow", "Meerendal" (Lembah Danau-danau). Bahkan sebagai penghargaan atas jasa para porter, sebuah  rute perjalanan diberi nama "Dayak Pass".

Pada pendakian itu, Dozy melihat sebuah bukit hitam yang menjulang tinggi di padang rumput di sebelah timur Carstensz Pyramid. Keping-keping batu yang dicungkilnya dari bukit itu menunjukkan adanya kandungan chalcopyrite atau bijih tembaga. Tebing itu lalu diberi nama Erstberg atau Ore Mountain.

Temuan biji tembaga itu sempat terbengkalai saat Perang Dunia II.  Perusahaan Freeport lalu mengadakan eksplorasi lebih lanjut yang dipimpin oleh Forbes Wilson  dan Del Flint.

Saat Wilson tiba di gunung Tembaga itu tahun 1960, ia terpesona menyaksikan kekayaan bijih tembaga yang terhampar luas diatas permukaan tanah. Dalam laporannya, Wilson menyebutkan tentang kekayaan alam yang ajaib, yaitu proses mineralisasi di kawasan yang begitu tinggi, atau lebih dari 2.000 meter diatas permukaan laut. Terdiri atas sekitar 40- 50 persen bijih besi, 3 persen tembaga serta perak dan emas. Keuntungan besar membayang.

Pasca pengesahan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UUPMA) tahun 1967, Freeport menjadi perusahaan Asing yang pertama kali kontraknya ditandatangani Presiden Soeharto.


Sumber

1.buku "Ekspedisi Tanah Papua" Laporan Jurnalistik Kompas

2. Buku "Jejak Sang Beruang Gunung" Hidup dan Petualangan Norman Edwin

DWI TUNGGAL SOEDIRMAN-OERIP


Meski hasil pemungutan suara pada 12 November 1945, telah menetapkan Soedirman sebagai panglima TKR, namun pelantikannya tidak segera dilakukan.

Akhirnya Bung Karno, bung Hatta dan Sutan Sjahrir serta anggota kabinet mengadakan pertemuan di MBT TKR Yogyakarta.

Pertemuan itu sendiri berjalan lambat dan kaku.

Akhirnya bung Karno mengajak Oerip untuk berbicara empat mata. Setelah itu dilakukan pula terhadap Soedirman. Ada yang menduga bung Karno belum bisa menentukan, sehingga perlu bicara dengan keduanya.

Setelah itu, bung Karno membawa kedua tokoh itu ke tempat upacara. Sambil memegang bahu Soedirman, yang naik pangkat menjadi letnan jenderal, bung Karno mengatakan kepada yang hadir "Inilah Panglima Besarmu". Cara yang sama juga dilakukan terhadap Oerip yang diangkat sebagai kepala staf TKR yang kemudian dilantik pada 18 Desember 1945.

Usai pelantikan kedua tokoh itu bekerja sama untuk menyempurnakan organisasi TKR. Soedirman mempercayakan penataan organisasi kepada Oerip yang lebih menguasai. Oerip disebut sebagai seorang teknokrat militer dan peletak dasar organisasi TNI.

Soedirman awam soal organisasi, karena ia hanya dilatih Jepang selama enam bulan sebagai daidancho (komandan batalyon). Untuk berperang yang akan memimpin adalah shidokan, perwira Jepang yang menjadi pemimpin dan pelatih tentara. Sedangkan Oerip adalah tentara profesional lulusan sekolah perwira KNIL di Jatinegara.

Terdapat pembagian tugas antara keduanya. Oerip menyelesaikan masalah teknis tentara, sedangkan Soedirman menyelesaikan soal politik militer. Dalam beberapa hal, Soedirman begitu bergantung kepada Oerip. Soedirman selalu menerima masukan dari Oerip.

Soedirman tidak akan memulai rapat apabila Oerip tidak hadir. Jika rapat dilakukan dirumah Soedirman, kemudian Oerip sakit, maka rapat dipindahkan ke rumah Oerip. Bila Oerip terpaksa tidak bisa hadir karena sakit yang serius, usai rapat mereka menjenguknya sambil menyampaikan hasil rapat.

Soedirman menghormati Oerip, sementara Oerip tahu diri. Meski lebih muda usianya, Soedirman adalah komandannya. Jadi tak ada masalah. Hubungan mereka cukup serasi. Soedirman memanggil Oerip dengan 'Kangmas' atau 'Pak Oerip', sementara Oerip memanggil "Dhimas" kepada Soedirman.

Perintah kepada tentara oleh Soedirman akan lebih diikuti, karena kharismanya. Itu adalah kualitas pribadi yang tidak dimiliki Oerip.

Profesionalisme Oerip yang disatukan dengan popularitas Soedirman menjadikan mereka saling mengisi dan menjadi sebuah Dwi Tunggal pimpinan tentara seperti Sukarno-Hatta selaku pimpinan negara.[]


Dari buku

OERIP SOEMOHADJO. Bapak Tentara Yang Dilupakan.

POMPEII


 Anjing itu tetap tidak beranjak pergi dari tuannya.Meski udara semakin panas dan topan abu menggelapkan ruangan .Aroma belerang tercium menyengat pada indera penciumannya yg tajam.Dia tak peduli apakah tuannya sudah meninggal atau belum.Anjing itu berbaring dengan kepala diatas cakarnya.Saat temperatur semakin meninggi dan dadanya mulai terbakar ia mulai menendang-nendang tak teratur, mulutnya menganga, mencoba menghirup udara bersih terakhir kalinya.Namun semua itu sia-sia dan anjing itu mati dalam posisi terakhirnya...


Pada tahun 63 gunung berketinggian 1220 mdpl itu sempat menimbulkan gempa yg cukup besar dan meruntuhkan gedung-gedung.Tapi itu tidak membuat orang-orang Pompeii kuatir,karena selama kejadian itu tidak ada kepulan asap dari gunung tersebut.

Enam belas tahun berlalu...

Pada pukul 13.00 waktu setempat tanggal 24 Agustus Vesuvius terbangun dan meletus selama delapan hari tanpa berhenti.Letusan itu berupa Plinian (semburan gas dan batu berbentuk pohon pinus) dan pyroclastic( aliran batu,abu dan batu apung).

Tidak ada aliran lava pada letusan ini.Air yg terjebak dalam kawah Vesuvius bercampur dengan abu panas yg pekat membentuk perekat yang mendidih meluncur menuju Pompeii dan Herculaneum, menyelimuti semua yg dilalui ,termasuk anjing yang sekarang dipertontonkan di museum.

Ribuan orang berusaha lari,tapi banyak juga yang tidak mau meninggalkan rumah dan barang-barang berharga mereka.

Penggalian Pompeii menyingkapkan seorang pemilik rumah berdiri diatas tumpukan emas perak dikelilingi oleh tubuh-tubuh perampok yg terbunuh.

Pada abad ke delapan belas,raja Napoli mengizinkan para arkeolog melakukan penggalian Pompeii, mereka menemukan roti dalam oven batu, anggur yang bisa diminum dalam kendi,buah zaitun yang terapung dalam minyak zaitun yang masih cair.Juga ditemukan dua prajurit Romawi bersenjata dalam posisi berjaga dan seorang ibu memeluk anak perempuannya yang ketakutan.

Kini Vesuvius - yang pernah merenggut 20ribu nyawa -  bangkit menjadi salah satu daya tarik paling populer bagi wisatawan Italia dan dunia..


Dari buku

100 bencana terbesar sepanjang masa

Kamis, 13 April 2023

SAM GIANCANA, SANG 'KING MAKER:

Tahun 1960 Wakil Presiden Richard M Nixon dari partai Republik mencalonkan Presiden bersaing dengan senator John F Kennedy dari Partai Demokrat.

Diam-diam, Joseph P Kennedy (Old Joe Kennedy) ayah JFK bergerak agar putranya bisa sampai ke Gedung Putih.

Old Joe ingin mendapat dukungan dari Outfit (Mafia Chicago) yang punya pengaruh besar agar JFK menang jadi Presiden. Segera ia mendekati Sam Giancana, sang bos gangster Chicago tersebut yang terkenal dengan sebutan "King Maker".

Old Joe juga mendekati penyanyi Frank Sinatra yang merupakan kawan dari Sam. Frank juga berteman dengan aktor Peter Lawford yang menikahi salah seorang putri keluarga Kennedy.

Sinatra juga memanfaatkan pengaruhnya di dunia kejahatan untuk meyakinkan Sam Giancana agar mendukung Kennedy.

Sinatra meyakinkan Sam bahwa JFK berbeda dengan adiknya Robert Kennedy yang anti terhadap para gangster.

Februari 1960, usai menonton pertunjukan Frank Sinatra di Hotel kasino Sands, Las Vegas Kennedy dikenalkan dengan seorang wanita berambut cokelat bernama Judith Campbell Exner. Perkenalan itu diatur oleh Johnny Roselli tokoh mafia dari Las Vegas.

Kepada Sam Giancana, Sinatra mengatakan jika Kennedy masuk gedung putih, mafia akan diuntungkan karena ia berutang kepada mereka.

Giancana  menerima dan mendorong semua bos gangster koleganya untuk mendukung JFK.

Old Joe Kennedy berhasil membuat para gangster memberi sumbangan kampanye yang besar pada Mei 1960 dengan cara lama: koper berisi penuh uang disodorkan dibawah meja.

Malam November 1960 adalah penentuan kemenangan. Saat itu hasil penghitungan suara menunjukkan bahwa Kennedy dan Nixon hampir sama banyak. Hasil akhirnya masih menggantung. Medan pertempuran terakhir adalah negara bagian Illinois dimana yang memenangkan akan melenggang ke gedung putih.

Richard Daley, walikota Chicago saat ditelepon Kennedy mengatakan "dengan sedikit keberuntungan dan bantuan dari beberapa teman dekat, Anda akan mendapat Illinois". Yang dimaksud teman dekat tentu saja para mafia Chicago yang menunggu saat-saat terakhir untuk membuat kubu Demokrat menang.

Kennedy terkejut, Nixon memutuskan untuk tidak melawan terhadap hasil akhir ini dan jatuhlah Gedung Putih ke tangan John Fitzgerald Kennedy...

Namun sukacita para gangster ini hanya berlangsung selama sebulan.

Desember 1960, JFK mengumumkan orang yang dia pilih menjadi jaksa agung adalah adiknya sendiri: Robert Kennedy.

Ini sama saja dengan meludahi mafia. Andai mereka tahu Robert 'Bobby' Kennedy akan menjadi jaksa agung, mereka pasti akan berusaha supaya Nixon yang menang.

Diangkatnya Bobby  sebagai jaksa agung tentu tidak akan menyelidiki kecurangan pemilu, tapi departemen kehakiman akan membersihkan dan menghancurkan kejahatan terorganisasi.

Akibatnya kini Giancana disalahkan oleh para koleganya yang mereka sebut dengan pengkhianatan Kennedy dan efeknya terasa ketika para gangster itu mulai menjauhi.

Giancana menyalahkan Sinatra atas penghinaan yang ia terima dan sesekali ia berpikir akan menghabisi Sinatra sebagai balas dendam. Namun hal itu diurungkan, meski bagi Sinatra sendiri keadaan itu jadi tidak menentu.

Juli 1961, saat Sam Giancana bertemu dengan musuh besarnya di Chicago, William Roemer dia katakan ia punya pesan untuk bos Roemer (Jaksa Agung Robert Kennedy) dan bos dari bosnya (JFK). "Aku tahu semua hal tentang klan Kennedy, dan suatu hari nanti, kami akan menceritakan semuanya" kata Giancana berapi-api. Ia berkata kepada Roemer "Kau baru saja memercikkan api yang tak akan padam"[]


Sumber

Buku "The Mafia's Greatest Hits" kisah nyata 10 pembunuhan paling masyhur di dunia mafia.

Keterangan foto: Judith Exner, JFK, Sam Giancana dan Frank Sinatra



Minggu, 09 April 2023

BENDERA- BENDERA DI SURIBACHI

 


Dengan menaiki LCT bersama Bill Hippie seorang koresponden majalah, Joe Rosenthal, wartawan dari Assosiated Press mendarat dekat Gunung Suribachi, Iwo Jima pada 23 Februari 1945 di mana seorang kepala kelasi mengatakan kepada mereka bahwa satu patroli akan bergerak naik ke Suribachi membawa bendera. Mereka pergi ke pos komando Resimen Ke-28 dan mengetahui bahwa satu detasemen berkekuatan 40 orang telah berangkat mengikuti dua patroli yang telah mencapai puncak pada pukul 09.40. Di pos komando ada BobCampbell, seorang juru foto perang, dan Sersan Bill Genaust, seorang juru film maka mereka bertiga memulai pendakian sukar, kadang berhenti sementara para Marinir menghadapi pasukan musuh yang berlindung di gua-gua.


Kira-kira setengah jalan mereka bertemu dengan empat orang Marinir yang berjalan turun. Salah satunya Lou Lowery, seorang juru foto untuk Leatherneck, majalah Korps Marinir, yang mengatakan kepada mereka bahwa bendera telah dikibarkan di puncak dan dia telah mengabadikan peristiwa tersebut. Joe bimbang apakah dia akan terus naik namun memutuskan untuk tetap naik untuk mengambil foto. Ketika mencapai kawah, dia melihat bendera berkibar dan sekelompok tentara menarik sebatang pipa besi panjang dan memegang bendera lain yang terlipat rapi. "Apa yang kalian lakukan?" tanya dia. "Kami akan mengibarkan bendera yang lebih besar dan menyimpan yang satunya sebagai kenang-kenangan," jawab mereka. Bendera kedua berasal dari LST 779 yang mendarat di pantai di kaki Suribachi.


Rosenthal mendapat ide untuk mengabadikan bendera pertama diturunkan dan yang kedua dikibarkan, namun ide itu dia serahkan kepada Campbell, lalu dia berkonsentrasi kepada bendera kedua yang dikibarkan. Dia bergerak mundur namun tanah yang miring menghalangi pandangannya dan dia harus membangun tumpuan dari kantong pasir dan batu. Dengan Genaust di sebelah kanannya, dia melihat para prajurit mulai mengibarkan bendera dan berseru, "Ini saatnya." Rosenthal membidikkan kameranya dan memotret adegan tersebut.


Ketika kembali ke USS Eldorado, dia memberi judul untuk fotonya hari itu dan menitipkan foto itu untuk dibawa pesawat pos harian ke Guam. Foto Rosenthal langsung menjadi sensasi begitu sampai di Amerika. Ironisnya, Joe tidak melihatnya sampai sembilan hari kemudian ketika dia kembali ke Guam dan diberi ucapan selamat oleh sekelompok wartawan. "Foto yang luar biasa," kata mereka.


Foto tersebut lalu dibuatkan menjadi monumen bagi korps marinir Amerika serikat di pemakaman Arlington, Washington DC pada 1954.[]


Sumber

Buku "IWO JIWA 1945"

Keterangan foto: Joe Rosenthal dengan foto monumentalnya

Sabtu, 08 April 2023

KEMBALI KE JAKARTA

19 Oktober 1999 Provinsi Timor Timur lepas dari wilayah NKRI setelah 24 tahun menjadi provinsi termuda

.......................

Senin, 27 September 1999,

Panglima Darurat Militer, Mayjen Kiki Syahnakri menyerahkan Komando Pengendalian (Kodal) keamanan Tim-tim ke Mayjen Peter Cosgrove pada sebuah upacara singkat dan berlangsung tertutup.

Penguasaan Tim-tim oleh INTERFET ternyata tetap menjadikan tidak aman dari kerusuhan. Gedung Makodim dan Satlantas dalam sekejap menjadi abu. Kondisi ini mencekam bagi warga negara Indonesia.

Atas saran Romo Josef Ageng Marwoto SJ, saya putuskan untuk pulang ke Jakarta ikut dengan pesawat ICRC.

Romo Ageng lalu menjemput saya di Rumah Tinggal Panglima dan setelah berpamitan dengan seluruh perwira yang baik hati itu saya dibawa ke markas ICRC di Bekora, Dili timur.

Meskipun Romo Ageng adalah tokoh sentral yang diterima semua pihak, tak urung perjalanan saya ke Bekora membuat jantung berdegup, apabila saya berpapasan pandang dengan warna Tim-tim yang tidak ramah.

"Romo, saya takut. Kali ini saya merasa takut" kata saya.

Sesampai di Bekora, kami disambut dengan pandangan dingin ratusan warga Tim-tim yang mengungsi di halaman markas ICRC

"Kamu masih takut,Rien?"

"Ya, Romo. Jangan-jangan ICRC tidak bisa membantu saya"

"Ya, kita coba dulu. Melihat posisimu seperti ini, saya yakin mereka mau membantu"

Di ruang tamu ICRC, saya duduk terdiam. Di pojok ruangan itu, saya melihat seorang lelaki berperawakan kekar dan berambut cepak. Saya terpaksa memalingkan muka saat pandangan kami bertumbukan.

Romo Ageng menemui dan berbicara dengan Symeon Antoulas Ph.D, kepala ICRC untuk Tim-tim.

"Sebetulnya kami sudah tidak diizinkan lagi untuk membawa warga Tim-tim keluar..." ujarnya.

"But, she's Indonesian. Dan saat ini nyawanya terancam" kata Romo Ageng.

"Can I see your passport?...So, you are not East Timoreese. I think, it won't be a problem to us" kata Symeon. Ia lalu melesat entah kemana. Sesaat kemudian ia kembali. Menyerahkan paspor hijau yang telah dilengkapi dengan secarik kertas dengan kop ICRC DILI

Di secarik kertas itu tertulis:

"To: Bob Mc.Kay

This is to authorize the below mentioned person/s to take ICRC plane back to Surabaya on 30.9.99 subject to availability..." Alinea selanjutnya diisi nama saya sesuai dengan paspor dan ditandatangani Symeon Antoulas lengkap dengan cap tinta merah ICRC.

"Ok,so, you're safe now...don't worry" kata Symeon.

Sesaat kemudian ia memanggil lelaki kekar berambut cepak di pojok ruangan. Hati saya berdegup kencang! Tetapi sesaat kemudian saya lega ketika melihat paspor hijau yang dia bawa. Akhirnya kami berkenalan. Ternyata dia adalah Herman G Mintapradja dan rupanya kami senasib.

"Oh, ternyata kita senasib. Sejak itu saya dikejar-kejar habis. Dari tadi saya pun mengamati Anda, karena saya juga khawatir dan bertanya tanya orang ini siapa" kata Mas German. 

Mas German adalah orang yang paling dicari, karena dia satu-satunya orang yang berhasil merekam prosesi pemakaman Agus Mulyawan dan kedelapan korban lain di Los Palos dan mengirimkannya ke RCTI.

"Romo, terimakasih"

Hanya kata itu yang bisa saya ungkapkan atas segala jasa dan kebaikan Romo Ageng. Saya tidak akan mampu membalas seluruh jasa dan kebaikan Romo Ageng. "Romo, mungkin ini lebih tepat jika Romo yang mengenakan. Meski ini bukan rompi anti peluru sesuai standar internasional, tetapi setidak-tidaknya ini bisa menahan bacokan". Romo tersenyum menerima rompi antibacok yang saya kenakan selama bertugas di Tim-tim. "Terimakasih, Romo, sekali lagi terimakasih..." bisik saya dalam hati.


(diceritakan CM Rien Kuntari dalam buku "TIMOR TIMUR SATU MENIT TERAKHIR")


Keterangan foto: wartawan Kompas CM Rien Kuntadi mewawancarai Xanana Gusmao



Rabu, 05 April 2023

RAISA

 KISAH-KISAH DARI MOSKWA (1970 - 1982)

Universitas "Lumumba", Moskwa, 1975

Literatur yang kuperoleh dari perpustakaan Lenin untuk penelitian 'micro vascular-surgery' kebanyakan berbahasa Inggris sedangkan kemampuan bahasa Rusiaku terbatas.

Suatu saat, datang seorang pasien ketempatku praktik dengan keluhan appendix akut. Melihat aku berbahasa Rusia tidak lancar, maka ia menggunakan bahasa Inggris yang fasih. Segera kutawarkan untuk membantu penerjemahan penelitianku. Tapi dia justru menyarankan agar aku bekerja sama dengan temannya di percetakan literatur bahasa asing.

"Dia pernah tinggal di Indonesia. Mungkin jadi lebih menarik" katanya.

Tak lama kemudian aku diajak kerumah wanita itu di perumahan Rakyat satu kamar. Raisa Ivanovna berumur 35 tahun berkulit sawo matang dengan tinggal dengan anak perempuannya berumur 11 tahun bernama Katia.

Dan terjadilah kesepakatannya: tiap pekan aku membawa fotokopi  artikel kedokteran berbahasa Inggris untuk dia terjemahkan kedalam bahasa Rusia. Beberapa hari kemudian aku mengambil terjemahan sambil membawakan artikel baru.

Setelah beberapa kali  bertemu, aku mengetahui kehidupan pribadinya yang berhubungan dengan Indonesia.

Raisa datang ke Indonesia bersama rombongan spesialis pupuk buatan superfosfat yang pabriknya didirikan di Cilacap. Raisa tinggal di perumahan karyawan pabrik pupuk itu dan berkenalan dengan seorang insinyur kimia. Hubungan dinas itu akhirnya berakhir dengan pernikahan mereka. Setahun kemudian Raisa hamil. Dalam cuti hamilnya bulan Agustus 1965, Raisa kembali ke Moskow dengan harapan anaknya lahir disana dan otomatis menjadi Warga Negara Uni Soviet. Awal Oktober 1965 anak mereka lahir bersamaan dengan tragedi G30S. Raisa masih sempat menerima sepucuk surat terakhir dari suaminya tertanggal akhir Oktober 1965, yang memberitahukan agar jangan kembali dulu ke Indonesia, menunggu kabar lebih lanjut. Surat itu tanpa nama pengirim dengan alamat sebuah rumah kelurahan di Cilacap.

Kami kemudian berunding, mencoba untuk menelusuri keberadaan suaminya. Dengan alamat tujuan kepada pak Lurah sesuai dengan alamat yang tertulis pada surat terakhir, Raisa mengucapkan dalam bahasa Rusia dan saya menuliskan dalam bahasa Indonesia yang kira-kira demikian:

𝑴𝒂𝒔, π’‚π’Œπ’– π’Žπ’†π’π’–π’π’Šπ’” 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒕 π’Šπ’π’Š π’”π’‚π’Žπ’ƒπ’Šπ’ π’Žπ’†π’π’‚π’π’ˆπ’Šπ’” π’…π’Šπ’„π’†π’Œπ’‚π’Ž π’Œπ’†π’”π’†π’…π’Šπ’‰π’‚π’ π’šπ’‚π’π’ˆ π’•π’‚π’Œ π’•π’†π’“π’•π’‚π’π’ˆπ’ˆπ’–π’π’ˆπ’Œπ’‚π’. π‘¨π’Œπ’– π’Žπ’†π’Žπ’ƒπ’‚π’šπ’‚π’π’ˆπ’Œπ’‚π’ π’Œπ’†π’Žπ’ƒπ’‚π’π’Š π’Œπ’†π’‰π’Šπ’…π’–π’‘π’‚π’ π’Œπ’Šπ’•π’‚ π’šπ’‚π’π’ˆ π’ƒπ’†π’“π’ƒπ’‚π’‰π’‚π’ˆπ’Šπ’‚ π’…π’Š π’Žπ’‚π’”π’‚ π’šπ’‚π’π’ˆ 𝒍𝒂𝒍𝒖, π’šπ’‚π’π’ˆ π’Œπ’Šπ’π’Š 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 π’‰π’Šπ’π’‚π’π’ˆ. π‘¨π’Œπ’– π’Žπ’‚π’”π’Šπ’‰ π’Žπ’†π’π’…π’†π’π’ˆπ’‚π’“ π’‘π’†π’”π’‚π’π’Žπ’– 𝒑𝒂𝒅𝒂 π’‘π’†π’“π’‘π’Šπ’”π’‚π’‰π’‚π’ π’Œπ’Šπ’•π’‚, π’–π’π’•π’–π’Œ π’Žπ’†π’π’‹π’‚π’ˆπ’‚ π’Œπ’†π’”π’†π’‰π’‚π’•π’‚π’ π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ-π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ π’Œπ’†π’”π’†π’‰π’‚π’•π’‚π’π’Œπ’–, π’Œπ’†π’”π’†π’‰π’‚π’•π’‚π’ π’ƒπ’‚π’šπ’Š π’Œπ’Šπ’•π’‚ π’šπ’‚π’π’ˆ π’‚π’Œπ’‚π’ π’Œπ’–π’π’‚π’‰π’Šπ’“π’Œπ’‚π’. 𝑺𝒆𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 π’Œπ’†π’…π’‚π’•π’‚π’π’ˆπ’‚π’π’Œπ’– π’…π’Š π‘΄π’π’”π’Œπ’˜π’‚, π’ƒπ’‚π’šπ’Š π’Šπ’•π’– π’π’‚π’‰π’Šπ’“, π’…π’Šπ’‚ π’”π’†π’π’“π’‚π’π’ˆ π’‘π’–π’•π’“π’Š π’šπ’‚π’π’ˆ π’Žπ’–π’π’ˆπ’Šπ’ π’”π’†π’‘π’†π’“π’•π’Š π’ƒπ’π’π’†π’Œπ’‚. π‘©π’†π’“π’Œπ’–π’π’Šπ’• π’„π’π’Œπ’π’‚π’• π’”π’†π’‘π’†π’“π’•π’Š π’Œπ’–π’π’Šπ’•π’Žπ’–, π’‹π’–π’ˆπ’‚ π’…π’Šπ’˜π’‚π’‹π’‚π’‰π’π’šπ’‚ π’Œπ’–π’π’Šπ’‰π’‚π’• π’”π’†π’ˆπ’–π’“π’‚π’• π’“π’‚π’–π’•π’Žπ’– π’•π’†π’“π’π’–π’Œπ’Šπ’” π’…π’Š 𝒔𝒂𝒏𝒂. π‘¨π’Œπ’– π’ƒπ’†π’“π’•π’†π’“π’Šπ’‚π’Œ π’ƒπ’†π’“π’ƒπ’‚π’‰π’‚π’ˆπ’Šπ’‚ 𝒐𝒍𝒆𝒉 π’Œπ’†π’π’‚π’‰π’Šπ’“π’‚π’ π’Šπ’•π’–, 𝒅𝒂𝒏 π’‚π’Œπ’– π’ƒπ’†π’“π’ˆπ’†π’ˆπ’‚π’” π’Žπ’†π’π’ˆπ’Šπ’“π’Šπ’Ž π’•π’†π’π’†π’ˆπ’“π’‚π’Ž π’ƒπ’–π’‚π’•π’Žπ’–, 𝒃𝒖𝒂𝒕 π’ƒπ’‚π’‘π’‚π’Œ π’‹π’‚π’ƒπ’‚π’π’ˆ π’ƒπ’‚π’šπ’Š, π’ƒπ’‚π’‰π’˜π’‚ π’‚π’π’‚π’Œ π’Œπ’Šπ’•π’‚ 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 π’π’‚π’‰π’Šπ’“ π’…π’†π’π’ˆπ’‚π’ π’”π’†π’π’‚π’Žπ’‚π’•.

π‘¨π’Œπ’– π’Žπ’†π’π’–π’π’ˆπ’ˆπ’–-π’π’–π’π’ˆπ’ˆπ’– 𝒃𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 π’•π’†π’π’†π’ˆπ’“π’‚π’Ž 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕, π’•π’‚π’‘π’Š π’•π’‚π’Œ π’Œπ’–π’π’‹π’–π’π’ˆ π’…π’‚π’•π’‚π’π’ˆ. π‘«π’‚π’π’‚π’Ž π’Œπ’†π’ƒπ’Šπ’π’ˆπ’–π’π’ˆπ’‚π’π’Œπ’–, π’‚π’Œπ’– π’‘π’†π’“π’ˆπ’Š π’Œπ’† π’Œπ’†π’Žπ’†π’π’•π’†π’“π’Šπ’‚π’ π’šπ’‚π’π’ˆ π’Žπ’†π’π’ˆπ’Šπ’“π’Šπ’Ž π’•π’Šπ’Ž π’‚π’‰π’π’Š 𝒑𝒂𝒅𝒂 π’‘π’‚π’ƒπ’“π’Šπ’Œ 𝒔𝒖𝒑𝒆𝒓-𝒇𝒐𝒔𝒇𝒂𝒕, π’‚π’Œπ’– π’ƒπ’‚π’‰π’Œπ’‚π’ π’”π’†π’Žπ’‘π’‚π’• π’Œπ’†π’•π’†π’Žπ’– π’Šπ’π’”π’Šπ’π’šπ’–π’“ π‘½π’‚π’”π’Šπ’π’Š π‘°π’—π’‚π’π’π’—π’Šπ’„, π’šπ’‚π’π’ˆ π’…π’Š π‘ͺπ’Šπ’π’‚π’„π’‚π’‘ π’Žπ’†π’π’‹π’‚π’…π’Š 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕 π’Œπ’‚π’“π’Šπ’ƒ π’Œπ’Šπ’•π’‚, π’…π’Šπ’‚ π’Žπ’†π’π’†π’“π’‚π’π’ˆπ’Œπ’‚π’ π’‚π’…π’‚π’π’šπ’‚ 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 π’‘π’π’π’Šπ’•π’Šπ’Œ π’šπ’‚π’π’ˆ π’Žπ’†π’π’ˆπ’ˆπ’–π’π’„π’‚π’π’ˆπ’Œπ’‚π’ π’…π’Š π‘°π’π’…π’π’π’†π’”π’Šπ’‚. 𝑺𝒂𝒂𝒕 π’Œπ’–π’•π’‚π’π’šπ’‚ π’•π’†π’π’•π’‚π’π’ˆπ’Žπ’– π’…π’Šπ’‚ π’…π’‚π’π’‚π’Ž π’Œπ’†π’ƒπ’Šπ’π’ˆπ’–π’π’ˆπ’‚π’π’π’šπ’‚ π’‰π’‚π’π’šπ’‚ π’Žπ’†π’π’†π’“π’‚π’π’ˆπ’Œπ’‚π’, π’Œπ’‚π’– 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 π’π’‚π’Žπ’‚ π’Žπ’†π’π’Šπ’π’ˆπ’ˆπ’‚π’π’Œπ’‚π’ π’‘π’‚π’ƒπ’“π’Šπ’Œ π’Šπ’•π’– 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 π’Œπ’†π’•π’†π’“π’‚π’π’ˆπ’‚π’ π’Œπ’†π’Žπ’‚π’π’‚ 𝒅𝒂𝒏 π’Žπ’†π’π’ˆπ’‚π’‘π’‚. 𝑻𝒆𝒏𝒕𝒖 π’‚π’Œπ’– π’•π’Šπ’…π’‚π’Œ 𝒑𝒖𝒂𝒔 𝒐𝒍𝒆𝒉 π’‹π’‚π’˜π’‚π’ƒπ’‚π’ 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 π’Œπ’†π’‘π’‚π’”π’•π’Šπ’‚π’ π’Šπ’•π’–. π‘΅π’‚π’Žπ’–π’ 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 π’Œπ’–π’…π’†π’”π’‚π’Œ, π’‚π’Œπ’‰π’Šπ’“π’π’šπ’‚ π’…π’Šπ’‚ π’Œπ’‚π’•π’‚π’Œπ’‚π’, π’Œπ’‚π’– π’…π’‚π’π’‚π’Ž π’Œπ’†π’‚π’…π’‚π’‚π’ π’šπ’‚π’π’ˆ π’‚π’Žπ’‚π’• π’”π’–π’π’Šπ’•, π’ƒπ’‚π’‰π’Œπ’‚π’ π’…π’‚π’π’‚π’Ž 𝒑𝒆𝒓𝒃𝒖𝒓𝒖𝒂𝒏. π‘―π’‚π’•π’Šπ’Œπ’– π’Žπ’†π’π’‹π’†π’“π’Šπ’• π’Žπ’†π’π’…π’†π’π’ˆπ’‚π’“ π’Œπ’‚π’ƒπ’‚π’“ π’Šπ’•π’–, 𝒅𝒂𝒏 π’‚π’Œπ’– π’Žπ’†π’π’ˆπ’ˆπ’Šπ’ˆπ’Šπ’ π’Œπ’†π’•π’‚π’Œπ’–π’•π’‚π’ π’Žπ’†π’Žπ’Šπ’Œπ’Šπ’“π’Œπ’‚π’ π’Œπ’†π’”π’†π’π’‚π’Žπ’‚π’•π’‚π’π’Žπ’–! 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂? 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 π’Œπ’‚π’– π’‹π’‚π’…π’Š 𝒃𝒖𝒓𝒐𝒏? 𝑨𝒑𝒂 π’…π’π’”π’‚π’Žπ’–? 𝑳𝒂𝒍𝒖 π’Œπ’‚π’– π’π’‚π’“π’Š π’Œπ’†π’Žπ’‚π’π’‚? π‘©π’–π’Œπ’‚π’π’Œπ’‚π’‰ π’Œπ’‚π’– π’”π’†π’π’“π’‚π’π’ˆ π’Šπ’π’”π’Šπ’π’šπ’–π’“ π’šπ’‚π’π’ˆ 𝒄𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒏 π’“π’‚π’‹π’Šπ’ π’ƒπ’†π’Œπ’†π’“π’‹π’‚? π‘©π’–π’Œπ’‚π’π’Œπ’‚π’‰ π’Œπ’‚π’– π’…π’Šπ’„π’Šπ’π’•π’‚π’Š 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒃𝒖𝒓𝒖𝒉-𝒃𝒖𝒓𝒖𝒉 π’‘π’‚π’ƒπ’“π’Šπ’Œ π’Šπ’•π’– 𝒅𝒂𝒏 π’”π’†π’Žπ’–π’‚ π’π’“π’‚π’π’ˆ π’Žπ’†π’π’‚π’“π’–π’‰ 𝒓𝒂𝒔𝒂 π’‰π’π’“π’Žπ’‚π’• π’Œπ’†π’‘π’‚π’…π’‚π’Žπ’–? π‘Ίπ’–π’π’ˆπ’ˆπ’–π’‰ π’‚π’Œπ’– π’•π’‚π’Œ π’ƒπ’Šπ’”π’‚ π’Žπ’†π’π’ˆπ’†π’“π’•π’Š 𝒐𝒍𝒆𝒉 π’Œπ’†π’ƒπ’†π’π’ˆπ’Šπ’”π’‚π’ π’šπ’‚π’π’ˆ π’Žπ’†π’π’Šπ’Žπ’‘π’‚π’Žπ’–.

𝑴𝒂𝒔, π’‚π’Œπ’– π’•π’Šπ’…π’‚π’Œ 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 π’Žπ’†π’Žπ’‚π’”π’•π’Šπ’Œπ’‚π’ π’‚π’‘π’‚π’Œπ’‚π’‰ π’”π’–π’“π’‚π’•π’Œπ’– π’Šπ’π’Š π’”π’‚π’Žπ’‘π’‚π’Š π’Œπ’†π’‘π’‚π’…π’‚π’Žπ’–. π‘¨π’Œπ’– π’•π’‚π’Œ π’ƒπ’†π’“π’‚π’π’Š π’Žπ’†π’π’„π’‚π’π’•π’–π’Žπ’Œπ’‚π’ π’‚π’π’‚π’Žπ’‚π’• π’π’‚π’π’ˆπ’”π’–π’π’ˆ π’Œπ’† π’“π’–π’Žπ’‚π’‰ π’Œπ’Šπ’•π’‚, π’ƒπ’–π’Œπ’‚π’π’Œπ’‚π’‰ π’Œπ’‚π’– π’…π’‚π’π’‚π’Ž 𝒑𝒆𝒓𝒃𝒖𝒓𝒖𝒂𝒏? 𝑺𝒖𝒓𝒂𝒕 π’Šπ’π’Š π’Œπ’–π’‚π’π’‚π’Žπ’‚π’•π’Œπ’‚π’ π’Œπ’†π’‘π’‚π’…π’‚ π’‘π’‚π’Œ 𝑳𝒖𝒓𝒂𝒉, π’šπ’‚π’π’ˆ π’Œπ’Šπ’•π’‚ π’Œπ’†π’π’‚π’ π’”π’‚π’π’ˆπ’‚π’• π’‚π’Œπ’“π’‚π’ƒ. π‘»π’‚π’‘π’Š π’‚π’Œπ’– π’Žπ’†π’π’ˆπ’Šπ’“π’‚ π’ƒπ’‚π’‰π’˜π’‚ π’”π’†π’Œπ’‚π’“π’‚π’π’ˆ 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 π’ƒπ’†π’“π’ˆπ’‚π’π’•π’Š π’…π’†π’π’ˆπ’‚π’ π’šπ’‚π’π’ˆ 𝒃𝒂𝒓𝒖. 𝑫𝒂𝒏 π’‚π’Œπ’– 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒐𝒂, π’”π’†π’Žπ’π’ˆπ’‚ π’‘π’‚π’Œ 𝑳𝒖𝒓𝒂𝒉 π’šπ’‚π’π’ˆ 𝒃𝒂𝒓𝒖 π’‚π’Œπ’‚π’ π’Žπ’†π’π’†π’“π’–π’”π’Œπ’‚π’ 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒕 π’Šπ’π’Š π’Œπ’†π’‘π’‚π’…π’‚π’Žπ’–, 𝒅𝒂𝒏 π’–π’π’•π’–π’Œ π’Šπ’•π’– π’Œπ’–π’”π’‚π’Žπ’‘π’‚π’Šπ’Œπ’‚π’ 𝒓𝒂𝒔𝒂 π’•π’†π’“π’Šπ’Žπ’‚ π’Œπ’‚π’”π’Šπ’‰π’Œπ’–.

𝑴𝒂𝒔, π’Œπ’‚π’–π’π’‚π’‰ π’Žπ’‚π’π’–π’”π’Šπ’‚ π’šπ’‚π’π’ˆ π’‘π’‚π’π’Šπ’π’ˆ π’Œπ’–π’„π’Šπ’π’•π’‚π’Š π’…π’Š π’ƒπ’–π’Žπ’Š π’Šπ’π’Š, 𝒅𝒂𝒏 π’Œπ’†π’‘π’‚π’…π’‚π’Žπ’–π’π’‚π’‰ π’‚π’Œπ’– π’Žπ’†π’π’‚π’π’ˆπ’Šπ’”. π‘²π’Šπ’•π’‚ 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 π’…π’Šπ’‘π’Šπ’”π’‚π’‰π’Œπ’‚π’ π’π’†π’ƒπ’Šπ’‰ 𝒔𝒆𝒑𝒖𝒍𝒖𝒉 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒂𝒅𝒂 π’Œπ’‚π’ƒπ’‚π’“ π’”π’‚π’Žπ’‚ π’”π’†π’Œπ’‚π’π’Š. π‘¨π’π’‚π’Œ π’Œπ’Šπ’•π’‚ π’Œπ’–π’ƒπ’†π’“π’Š π’π’‚π’Žπ’‚ π‘²π’‚π’•π’†π’“π’Šπ’π’‚, 𝒅𝒂𝒏 π’Œπ’–π’‘π’‚π’π’ˆπ’ˆπ’Šπ’ π‘²π’‚π’•π’Šπ’‚. π‘«π’Šπ’‚ 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 π’ˆπ’‚π’…π’Šπ’” 𝟏𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏, π’‚π’π’‚π’Œ π’šπ’‚π’π’ˆ π’“π’‚π’‹π’Šπ’ 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒅𝒂𝒏 π’”π’‚π’π’ˆπ’‚π’• 𝒄𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔. π‘«π’Šπ’‚ 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 π’Œπ’†π’π’‚π’” πŸ’ π‘Ίπ’†π’Œπ’π’π’‚π’‰ 𝑫𝒂𝒔𝒂𝒓, 𝒅𝒂𝒏 π’Žπ’†π’π’‹π’‚π’…π’Š 𝒋𝒖𝒂𝒓𝒂 π’Œπ’†π’π’‚π’”. π‘«π’Šπ’‚ π’”π’†π’“π’Šπ’π’ˆ π’Žπ’†π’π’‚π’π’šπ’‚π’Œπ’‚π’ π’•π’†π’π’•π’‚π’π’ˆπ’Žπ’– "π‘Ίπ’Šπ’‚π’‘π’‚ π‘©π’‚π’‘π’‚π’Œπ’Œπ’– 𝒅𝒂𝒏 π’…π’Šπ’Žπ’‚π’π’‚ π’…π’Šπ’‚?" π‘»π’‚π’‘π’Š π’…π’Šπ’‚ π’•π’Šπ’…π’‚π’Œ π’ƒπ’Šπ’”π’‚ π’Žπ’†π’π’ˆπ’†π’“π’•π’Š π’‘π’†π’π’‹π’†π’π’‚π’”π’‚π’π’Œπ’–, π’Žπ’†π’π’ˆπ’‚π’‘π’‚ π’ƒπ’‚π’‘π’‚π’Œπ’π’šπ’‚ π’•π’Šπ’…π’‚π’Œ π’ƒπ’†π’“π’”π’‚π’Žπ’‚ π’Œπ’Šπ’•π’‚, 𝒅𝒂𝒏 π’Žπ’†π’π’ˆπ’‚π’‘π’‚ π’ƒπ’‚π’‘π’‚π’Œ π’•π’‚π’Œ 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 π’Œπ’†π’Žπ’ƒπ’‚π’π’Š π’Œπ’†π’‘π’‚π’…π’‚ π’Œπ’Šπ’•π’‚. π‘²π’Šπ’“π’Šπ’Žπ’Œπ’‚π’π’π’‚π’‰ π’Œπ’‚π’ƒπ’‚π’“, 𝑴𝒂𝒔, π’˜π’‚π’π’‚π’–π’‘π’–π’ π’‰π’‚π’π’šπ’‚ π’”π’Šπ’π’ˆπ’Œπ’‚π’• 𝒔𝒂𝒋𝒂. π‘²π’‚π’Žπ’Š π’”π’‚π’π’ˆπ’‚π’• π’Žπ’†π’π’„π’Šπ’π’•π’‚π’Šπ’Žπ’–, π’”π’‚π’π’ˆπ’‚π’• π’Žπ’†π’“π’Šπ’π’…π’–π’Œπ’‚π’π’Žπ’–. π‘²π’‚π’Žπ’Š π’”π’‚π’π’ˆπ’‚π’• π’Žπ’†π’π’…π’‚π’Žπ’ƒπ’‚π’Œπ’‚π’ π’‘π’†π’“π’•π’†π’Žπ’–π’‚π’ 𝒅𝒂𝒏 π’•π’†π’“π’‹π’‚π’π’Šπ’π’π’šπ’‚ π’Œπ’†π’Œπ’†π’π’–π’‚π’“π’ˆπ’‚π’‚π’ π’Œπ’Šπ’•π’‚ π’Œπ’†π’Žπ’ƒπ’‚π’π’Š.

𝑴𝒂𝒔,π’‚π’Œπ’– 𝒅𝒂𝒏 π‘²π’‚π’•π’Šπ’‚ π’Žπ’†π’Žπ’†π’π’–π’Œ 𝒅𝒂𝒏 π’Žπ’†π’π’„π’Šπ’–π’Žπ’Žπ’– π’…π’†π’π’ˆπ’‚π’ π’”π’†π’ˆπ’†π’π’‚π’‘ π’Œπ’‚π’”π’Šπ’‰.

π‘Ήπ’‚π’Šπ’”π’‚

(π’Œπ’†π’‘π’‚π’…π’‚ π’šπ’‚π’π’ˆ π’Žπ’†π’π’…π’‚π’‘π’‚π’•π’Œπ’‚π’ π’”π’–π’“π’‚π’•π’Œπ’– π’Šπ’π’Š, π’Žπ’π’‰π’π’ π’ƒπ’‚π’π’•π’–π’‚π’π’π’šπ’‚ π’–π’π’•π’–π’Œ π’Žπ’†π’π’†π’“π’–π’”π’Œπ’‚π’ π’Œπ’†π’‘π’‚π’…π’‚ π’šπ’‚π’π’ˆ π’ƒπ’†π’“π’”π’‚π’π’ˆπ’Œπ’–π’•π’‚π’, 𝒅𝒂𝒏 π’•π’†π’“π’Šπ’Žπ’‚ π’Œπ’‚π’”π’Šπ’‰)

Surat itu kukirim lewat pos dengan untung-untungan. Rasanya, hanya keajaiban saja yang bisa meneruskan surat itu, dan memperoleh balasan ataupun pencerahan dari pihak ketiga tentang bapaknya Katia. Namun, sampai aku meninggalkan Moskwa di akhir tahun 1981, surat itu tak pernah ada balasannya.

Raisa tetap dalam kegelapan, tak tahu dimana suaminya, juga tak tahu apakah dia masih hidup atau telah menjadi korban pembantaian. Bukankah Raisa telah mengatakan, suaminya aktivis gerakan buruh pro-komunis.

Raisa korban tragedi 1965. Dan Katia, gadis yang ketika itu umurnya memasuki 11 tahun, tumbuh tanpa pernah mengenal bapaknya, tanpa mengerti apakah gerangan yang telah terjadi, mengapa dia tak memiliki bapak seperti teman-temannya yang lain? Raisa telah kehilangan suami, dan Katia telah kehilangan Bapak, dan di Rusia mereka masih dihinakan oleh sanak saudaranya sendiri. []


(diceritakan oleh Waloejo Sedjati, mahasiswa kiriman pemerintah Indonesia yang sedang tugas belajar kedokteran di Pyongyang, Korea Utara yang kemudian dicabut paspornya sehingga tak bisa pulang ke tanah air, kemudian pindah ke Uni Soviet, lalu ke Perancis)


Sumber:

1. Buku "BUMI TUHAN

orang buangan di Pyongyang, Moskwa, dan Paris"


2.https://cielsorra.wordpress.com/tag/waloejo-sedjati/

Keterangan foto: Waloejo Sedjati mengenakan topi berwarna merah



Selasa, 04 April 2023

PHILADELPHIA

Didirikan pada 1681 oleh William Markham. Sepupunya, William Penn membantu merancang kota yang berarti "Kasih Persaudaraan" ini.

Impiannya sebagian besar terwujud. Philadelphia sejak lama mempunyai reputasi kota paling toleran di Amerika.

Saat tidak ada koloni Inggris lain bersedia bersedia menerima imigran katolik Roma dan Yahudi, dengan tangan terbuka Philadelphia menampung mereka. Kota ini juga mendukung komunitas kulit hitam yang memerangi perbudakan, yang menyembunyikan budak-budak yang melarikan diri dan mengusahakan perdamaian dan hak azasi manusia sebelum Perang saudara.

Tahun 1744 di Philadelphia dilakukan Kongres Kontinental Pertama, dan tahun berikutnya Kongres Kontinental Kedua. Tahun 1790 Philadelphia menjadi ibukota Amerika Serikat. Tiga tahun sebelumnya, Konvensi Konstitusional bertemu di Philadelphia dan mengesahkan Konstitusi.

Tidak kurang 7500 bangunan mempunyai sertifikasi resmi, beberapa berasal dari tahun 1643. Diantaranya adalah gedung-gedung di bagian tertua Kota seperti wilayah Southwark, Society Hill, dan Independence Hall. Baik Liberty Bell Pavilion dan Independence Hall berada dalam Independence National Historical Park (1956).

Jalanan tertua yang senantiasa dihuni di Amerika Serikat adalah Elfreth's Alley terletak di Philadelphia. Benjamin Franklin membuka perpustakaan bebas pertama, Rumah Sakit pemerintah pertama, dan American Philisopical Society di Philadelphia. Kota ini merupakan pusat Teater pertama di Amerika, yang menarik bakat-bakat dari Eropa, yang belakagan lebih tertarik ke New York.

New York juga mengambil alih pusat Finansial dan jantung pusat Perbankan dari Philadelphia pada 1850 an


Dari

1.buku "100 KOTA PENTING DI DALAM SEJARAH DUNIA"

2.https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/potongan-nostalgia/philadelphia-kota-paling-toleran-di-amerika-serikat-1543994975364887623


Keterangan foto : salah satu sudut kota Philadelphia tahun1900 an



Minggu, 02 April 2023

GERBONG MAUT STOLYPIN

 

Kepulauan Gulag terdiri dari ribuan pulau yang membentang dari selat Bering sampai laut Bosphorus.Untuk mengangkut para tahanan kesana digunakan kapal-kapal laut berlapis baja dan gerbong kereta api.

Gerbong Stolypin adalah gerbong penumpang biasa yang terdiri dari 9 kamar dan 4 kamar digunakan sebagai kamar tahanan. Pintu kamarnya menggunakan terali yang terdiri batangan-batangan besi yang dipasang menyilang sehingga memudahkan pemeriksaan. Jendela kamar yang menghadap lorong koridor adalah jendela biasa yang diperkuat dengan teralis. Tidak ada jendela yang menghadap keluar, sehingga mirip gerbong barang. Pintu tiap kamar berupa pintu geser dari sebuah bingkai yang berteralis.

Dilihat dari luar gerbong ini mirip kandang hewan dan dicat warna merah.

Pada masa perang dari Petropavlovsk (di Kazakhstan) sampai ke Karaganda sebuah gerbang Stolypin perlu waktu tujuh hari dengan setiap kamar berisi 25 orang. Dari  Karaganda sampai Sverdlovsk perlu 8 hari dengan 26 penumpang tiap kamarnya.

Agustus 1945 untuk menempuh jarak Kuybyshev - Chelyabinsk, Susi memerlukan waktu beberapa hari dengan kapasitas 35 orang setiap kamar saling bertumpuk, menggapai dan saling berkelahi. Pada musim gugur 1946, N.V Timofeyev-Ressovsky menempuh Petropavlovsk ke Moskwa dengan penumpang 36 orang tiap kamar. Selama beberapa hari dia bergelantungan pada tubuh orang lain dengan kaki tidak menyentuh lantai gerbong dan satu persatu penumpang mati dan para penjaga menyereti mayat-mayat yang berjatuhan ke lantai. Tentu saja, karena seharusnya tiap kamar berisi 11 orang!. Perjalanan itu sendiri memakan waktu selama tiga minggu.

Selama perjalanan, para tahanan diberi makan ikan haring yang diasinkan dan Kerapu Kaspia yang diasapi. Karena tidak membawa air minum, penjaga mengambil air tandon untuk pendingin lokomotif yang berwarna kuning dan bercampur oli untuk para tahanan. Karena mereka tidak membawa gelas atau mangkok, penjaga menyediakan gelas milik pemerintah yang jumlahnya terbatas sehingga para tahanan harus mengantri untuk minum sedangkan hausnya sudah tak tertahankan.


dari buku

GULAG

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...