Beberapa jutawan dari Amerika serikat, Inggris dan Belanda pada tahun 1935 membentuk perusahaan bersama NV Nederlandsch Nieuw Guinee Petroleum Maatschappij (NNGPM). Mereka terobsesi menemukan minyak di jajahan baru Belanda di tanah Papua Barat (Nieuw Guinea). Pemerintah Belanda lalu memberikan konsesi lahan seluas 10 juta hektar yang meliputi sepertiga wilayah Papua pada NNGPM. Ekplorasi minyak bumi oleh NNGPM mendorong ekplorasi lebih luas, diantaranya adalah datangnya para sarjana dan petualang yang terobsesi dengan keindahan salju abadi di puncak-puncak pegunungan tropis.
Tahun 1936, Dr. A.H. Colijn, seorang yang bekerja di perusahaan minyak Belanda, bersama Jean A Dozy (geolog), dan letnan H.Wissel melakukan Ekspedisi Papua yang didahului dengan penerbangan pesawat Amphibi S-38 Skorsky oleh Wissel untuk menurunkan barang-barang ekspedisi menggunakan parasut disepanjang jalur yang akan dilalui. Bersama ketiga orang itu, ikut pula 38 orang Dayak Kalimantan sebagai penunjuk jalan dan pembawa barang.
Rombongan itu mengikuti punggungan gunung dan menelusuri Sungai Otomona. Setelah merintis jalan selama 56 hari mereka sampai pada ketinggian 4000 meter. Dibantu 12 porter, mereka sampai di puncak Ngga Pulu (4.862m) pada dinding Utara Gletser Puncak Jaya, namun gagal mencapai puncak tertinggi Carstensz Pyramid. Ekspedisi Colijn banyak menamai tempat-tempat yang sebelumnya belum diberi nama, misalnya "East Carstensz", "Carstensz Glacier", "Glacier Meadow", "Meerendal" (Lembah Danau-danau). Bahkan sebagai penghargaan atas jasa para porter, sebuah rute perjalanan diberi nama "Dayak Pass".
Pada pendakian itu, Dozy melihat sebuah bukit hitam yang menjulang tinggi di padang rumput di sebelah timur Carstensz Pyramid. Keping-keping batu yang dicungkilnya dari bukit itu menunjukkan adanya kandungan chalcopyrite atau bijih tembaga. Tebing itu lalu diberi nama Erstberg atau Ore Mountain.
Temuan biji tembaga itu sempat terbengkalai saat Perang Dunia II. Perusahaan Freeport lalu mengadakan eksplorasi lebih lanjut yang dipimpin oleh Forbes Wilson dan Del Flint.
Saat Wilson tiba di gunung Tembaga itu tahun 1960, ia terpesona menyaksikan kekayaan bijih tembaga yang terhampar luas diatas permukaan tanah. Dalam laporannya, Wilson menyebutkan tentang kekayaan alam yang ajaib, yaitu proses mineralisasi di kawasan yang begitu tinggi, atau lebih dari 2.000 meter diatas permukaan laut. Terdiri atas sekitar 40- 50 persen bijih besi, 3 persen tembaga serta perak dan emas. Keuntungan besar membayang.
Pasca pengesahan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UUPMA) tahun 1967, Freeport menjadi perusahaan Asing yang pertama kali kontraknya ditandatangani Presiden Soeharto.
Sumber
1.buku "Ekspedisi Tanah Papua" Laporan Jurnalistik Kompas
2. Buku "Jejak Sang Beruang Gunung" Hidup dan Petualangan Norman Edwin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar