Sabtu, 15 April 2023

MISTERI HILANGNYA MICHAEL ROCKEFELLER

Michael Rockefeller adalah putra mantan Wakil presiden Amerika serikat. Dia belajar etnologi di Yale dan saat usia 22 tahun, tahun 1961 melakukan perjalanan pertamanya ke Nugini Indonesia dalam ekspedisi penghimpunan karya seni yang disponsori oleh Museum of Primitive Art di New York.

Selang beberapa bulan ia kembali kesana untuk menambah koleksi terbaiknya seni Asmat di dunia (kini disimpan di Metropolitan Museum of Art, New York.

Dari pangkalan misionaris dan pos pemerintahan di Agats, di pesisir timur tenggara Aru, Michael mengunjungi desa-desa terpencil untuk mencari 'bis' dimana ia menawar tiang-tiang berukir dengan mata uang yang 'disarankan' berupa tembakau dan kait pancing baja dengan separuh dibayarkan sebagai panjar dan sisanya saat tiang-tiang itu diantarkan ke pangkalannya di Agats. Metode itu mula-mula lancar bagi semua desa kecuali Otjanep -- masyarakat terisolir yang merupakan maestro pengukir dan pejuang, dimana Michael menemukan tak kurang 17 tiang bis yang tegak bagus sekali. Orang-orang Otjanep dengan datar menerima proses tawar menawar dan panjar yang besar, namun mereka tidak pernah mengantarkan pesanannya dan sejak itu Michael Rockefeller dinyatakan hilang.


Tiga belas tahun kemudian datanglah Lorne Blair, seorang pembuat film dokumenter untuk film suku Asmat ke Otjanep.

Mereka adalah orang-orang luar pertama yang betul-betul tinggal di Otjanep, dan menghabiskan berminggu-minggu tanpa busana diantara para penduduk desa, menjadi putra angkat para panglima perang, dan akhirnya menemukan apa yang sangat mungkin terjadi antara Michael dan suku Kayu.

Jejak petunjuk yang membawa Lorne dan rekan-rekannya sehingga mengetahui jam jam terakhir dia tuturkan:


...................

Sabtu pagi, 16 November 1961, Rockefeller meninggalkan Agats menuju Basiem di selatan, sebuah desa dengan dengan pos misionaris kecil. Ia menaiki sebuah perahu darurat berlambung dua yang digerakkan dengan mesin 18PK. Bersamanya ikut dua misionaris muda Leo dan Simon serta seorang antropolog Belanda Renee Wassing. Ketika mesin mereka mogok dimulut sungat Sireets, mereka mulai hanyut ke laut. Leo dan Simon segera berenang ke pantai, mencari pertolongan meninggalkan Wassing dan Michael terombang-ambing sepanjang malam. Wassing tidak mampu menggagalkan upaya Michael untuk berenang kepantai. Michael melepaskan semua pakaiannya hingga tinggal celana pendek saja. Dengan dua drum bensin yang kosong untuk menambah kemampuan mengambang, mulai berenang kearah Otjanep.

"Rasanya aku akan bisa sampai di pantai" itu kalimat terakhirnya kepada Wassing.

Saat Wassing diselamatkan dari rakit yang terombang-ambing 24 jam kemudian, ayah Michael (saat itu Gubernur New York) dan saudari kembarnya, Mary telah terbang menuju Nugini dengan jet carteran. Dua puluh pesawat Neptune mencari-cari dilaut lepas; kapal kapal angkutan laut dan misionaris Belanda menyisiri muara; sebuah Hercules milik angkatan udara Australia bersama kargo helikopter; dan angkatan laut Amerika serikat menawarkan kapal pembawa pesawat

 Suku Asmat yang tercengang, yang tidak langsung kabur dari serbuan orang asing itu menerima suap dalam bentuk tembakau dalam jumlah yang besar segera mengerahkan tim pencari  yang terdiri dari seribu sampan.

Setelah 10 hari pencarian diakhiri; segala sesuatu kembali seperti dulu yang sunyi dan yang tersisa adalah segelintir kabar burung tak jelas menunjuk orang orang Otjanep sebagai pihak yang bersalah.[]


Dari buku

RING OF FIRE

Indonesia Dalam Lingkaran Api



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...