Cilacap 1942,
Halim selamat dari pemboman oleh tentara Jepang terhadap kapal Belanda yang diawakinya karena pertolongan Angkatan Laut Inggris kemudian diungsikan ke Australia.
Saat di Brisbane Halim mendengar adanya penyerahan tanpa syarat Belanda ke Jepang di Kalijati, Subang.
Meski resminya Halim Perdanakusuma tercatat sebagai anggota AL Belanda, pihak Inggris memintanya untuk bergabung dengan kesatuan militer Inggris, karena pihak Hindia Belanda kini sudah tidak memiliki otoritas untuk menghimpun kekuatan militer dalam menghadapi Jepang.
Tidak lama bergabung dengan pasukan Inggris di Australia, Halim mendapat perintah berangkat ke India untuk bergabung dengan Komando Pertahanan Asia Tenggara (South East Asia Command, SEAC) dengan panglimanya Laksamana Louis Mountbatten, yang pernah menjabat sebagai Panglima AL Inggris untuk Asia. Dalam usaha melanjutkan perang menghadapi Jepang.
India 1943
Di sela waktu istirahatnya, Halim mengisi waktu dengan melukis, hobi dan bakat lamanya. Hobi ini dilakukan sekedar untuk membunuh kejenuhan. Banyak hal yang ia lukis untuk dijadikan obyek.
Kekagumannya terhadap Panglima SEAC yang berwibawa, dekat dengan anak buah selain ahli strategi perang, membuat Halim menuangkan wajah Mountbatten keatas kanvas. Sebuah lukisan yang benar-benar hidup
Oleh Halim lukisan itu dipajang pada dinding barak tempat tinggalnya. Hingga suatu hari terjadi hal yang tidak terduga yang mengawali perubahan besar dalam karier kemiliterannya.
Hari itu Mountbatten melakukan pemeriksaan terhadap barak-barak anak buahnya, tidak terkecuali barak Halim Perdanakusuma.
Saat masuk ke barak Halim, Laksamana itu dibuat tertegun saat melihat ada gambar dirinya terpajang. Seingatnya ia tidak pernah memerintah atau memberikan foto untuk digambar anak buahnya, selain juga tidak melihat jika di antara sekian ribu pasukannya itu ada yang bisa melukis.
"Siapa yang wajah saya itu. Apakah kamu?" tanya Mountbatten.
"Yes, Sir" jawab Halim.
Apresiasi terhadap lukisan dirinya membuat Halim memberikan lukisan itu kepada Mountbatten. Dari sinilah terjadi kedekatan antara Mountbatten dan anak buahnya dari Indonesia.
Suatu saat Mountbatten menanyakan rencana Halim kalau perang usai. Halim menjawab akan pulang ke Indonesia.
"Halim, bagaimana kalau you berkarier di kemiliteran saja? Saya tawari kamu mengikuti pendidikan lanjutan perwira di Inggris. Siapa tahu berguna bagi kariermu dan mungkin juga berguna bagi negaramu kelak," begitu Mountbatten mengajukan tawarannya. "Benarkah tawaran ini, Panglima?" Halim serasa tidak percaya dengan datangnya tawaran itu.
Sudah pasti Halim terkejut dan menyambut baik tawaran dari panglimanya itu. Baginya ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bisa belajar dan bergabung dengan kesatuan dari salah satu negara yang mempunya kekuatan tempur terkuat di dunia. Terlebih lagi jika mengingat, ia satu-satunya orang Indonesia yang mendapat kesempatan mengikuti pendidikan perwira lanjutan di Inggris.
Pada kesempatan yang baik ini digunakan Halim untuk meminta Mountbatten agar ia diberi keleluasaan pilihan. "Kalau bisa, mohon saya tidak dikirim ke pendidikan perwira lanjutan AL, Sir," pinta Halim. "Kamu ini perwira muda KL (Angkatan Laut Belanda)?
"Saya ingin pendidikan di Angkatan Udara, saya ingin menjadi penerbang tempur, Sir," jawab Halim tegas dan mantap.
"Begitu? Good, Inggris saat ini sangat memerlukan tambahan pilot-pilot tempur baru guna menghadapi Jerman dalam perang udara di Eropa. Halim! bersiap untuk berkemas-kemas berangkat ke Inggris!"[]
Sumber
1. Buku"Halim Perdanakusuma" Rajawali Persada Nusantara
2.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Laut_Jawa
3.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Louis_Mountbatten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar