Berasal dari bahasa suku Jahir ,Sokanggo atau Sohokanggo.So atau soho artinya bukit,kanggo berarti merah.Namun orang lebih mengenal tempat ini dengan nama Boven Digoel atau Digul Hulu atau tanah tinggi Digul.Karena ada tempat lain yg bernama Zuid Digoel atau Digul selatan yang disebut dengan nama Gudang Arang.
Boven Digoel berjarak 455km ke hulu sungai Digul.Jarak itu setara dengan Jakarta- Semarang atau Amsterdam-Paris, ditengah-tengah hutan lebat, rawa-rawa sarang nyamuk malaria dan sungai-sungai yang banyak buayanya.
Dilingkungi penduduk asli yang disebut orang kaya-kaya bertelanjang bulat dan masih pengayau serta kanibal.
Seluruh kamp nya tidak dikelilingi kawat berduri seperti kamp konsentrasi Jerman,justru tangsi militer nya yg berpagar kawat berduri untuk menghindari para orang buangan.
Digul adalah tempat pembuangan orang-orang politik di Indonesia dg rombongan pertama pada tahun 1927.
Sebelumnya masih berupa hutan belantara dengan kayu yg besar-besar.Tidak ada binatang buas seperti singa,gajah,badak,banteng.Yang ada adalah babi hutan,ular,tikus,kelabang dan macam-macam burung cantik.Ular yang paling berbahaya di seluruh Digul adalah ular berkaki empat seperti biawak dan tidak berlidah.
Saat rombongan pertama orang buangan datang tahun 1927,di Boven Digoel terdapat 14 barak berukuran 30x4 meter beratap rumbia berdinding perlak.Sebuah barak digunakan untuk Rumah Sakit, lainnya untuk orang buangan.Di dalam barak masingmasing orang mendapat ruangan 2x2m untuk tidur dan 2x2m untuk tempat makan dan barang.Karena rumah-rumah itu belum beratap, sedangkan daun Nipah yg didatangkan dari Ambon sudah habis, terpaksa orang buangan dikerahkan untuk mengambil daun gelagah untuk atap dari pinggir barat kali Digul.Tapi kemudian ada orang yg hilang disitu dengan sebab yg tidak jelas apakah dimakan buaya atau tenggelam.Sejak itu mereka bekerja dengan pengawasan militer...
Dari buku
TANAH MERAH YANG MERAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar