Kamis, 29 Juni 2023

AKHIR DARI SANG RUBAH GURUN

Pukul 12 siang 14 Oktober 1944.

Saat Rommel kembali dari jalan-jalan bersama anaknya, Manfred datanglah dua orang tamu.

Mereka diperkenalkan dengan keluarga Rommel sebagai jenderal Wilhelm Burgdorf dan jenderal Ernst Maisel. Kedua tamu itu lalu masuk ke ruang kerja Rommel. Satu jam kemudian Maisel keluar dan beberapa menit kemudian Burgdorf menyusul.

Tak lama kemudian, Rommel menceritakan pertemuannya dengan dua jenderal tadi kepada Manfred.

Berikut penuturan Manfred yang juga anggota Pasukan Artileri Anti serangan Udara yang saat itu sedang izin cuti guna merawat ayahnya:

..........

+ Baru saja saya beritahu ibumu, bahwa saya harus mati dalam seperempat jam lagi. Memang sakit rasanya mati ditangan bangsa sendiri. Namun, rumah kita sudah dikepung, dan Hitler menuduh saya melakukan pengkhianatan tingkat tinggi. Saya diberi kesempatan mati dengan racun. Kedua jenderal itu membawa kapsul sianida yang akan mematikan dalam tiga detik. Jika saya mau , tidak ada apapun dilakukan atas keluarga termasuk kamu. Mereka juga membiarkan staf saya hidup.

-- Ayah percaya?

+ Tentu. Saya tahu pasti mereka tidak ingin persoalan ini sampai keluar.

-- Tidak bisakah kita melawan?

+ Tidak mungkin. Lebih baik satu saja yang mati daripada semuanya. Lagipula kita tidak punya cukup amunisi. Sekarang panggilkan Aldinger (Ajudan)

Segera saya memanggil Ajudan yang segera berlari naik tangga. Ia juga langsung pucat pasi mendengar penjelasan Ayah. Namun, kembali ditegaskan tidak ada gunanya melawan.

+ Semua sudah diatur hingga detail. Saya akan dimakamkan secara militer. Saya sudah minta untuk dimakamkan di Ulm. Seperempat jam lagi, kamu, Aldinger, akan menerima telepon dari Rumah Sakit Wagnerschule di Ulm yang mengabarkan kalau saya terkena stroke otak dalam perjalanan rapat.

Ayah melihat jam dan berkata, "Saya harus pergi. Mereka hanya memberi waktu 10 menit" Iapun langsung keluar.

Kami sempat membantunya mengenakan mantel kulit.

Kami berjalan keluar rumah. Suara tapak kaki ke tanah liat terdengar lebih nyaring dari biasanya. Kedua jenderal berdiri di gerbang. Mereka memberi hormat saat kami mendekat. "Tuan Marsekal Medan" kata Burgdorf.

Mobil pun bersiap. Pengemudi membukakan pintu dan memberi hormat. Ayah memegang tongkat kehormatan Marsekal Medan. Ia menyalami saya dan Aldinger sebelum masuk ke mobil.

Kedua jenderal masuk ke mobil dan pintu ditutup. Ayah tidak menengok lagi saat mobil bergerak dan menghilang dibalik tikungan. Saya dan Aldinger kembali ke rumah.

Dua puluh menit kemudian telepon berdering.Aldinger mengangkat dan mendapat kabar Ayah sudah meninggal.

Tak jelas apa yang terjadi sesungguhnya saat Ayah meninggalkan kami. Belakangan diketahui mobil itu berhenti di bukit yang terbuka beberapa ratus meter dari rumah kami. Pasukan Gestapo yang didatangkan khusus dari Berlin mengawasi area itu dengan instruksi menembak mati Ayah dan menyerbu rumah kami jika ayah melawan. Maisel dan pengemudi keluar dari mobil, meninggalkan Ayah dan Burgdorf di dalam. Saat pengemudi diperbolehkan kembali setelah 10 menit, ia melihat Ayah sudah tertunduk, topinya lepas, dan tongkat kehormatan Marsekal Medan pun jatuh dari tangannya.

............


18 Oktober dilangsungkan upacara militer penghormatan terakhir pada Marsekal Medan Erwin Rommel yang dipimpin oleh Marsekal Medan Gerd von Runstedt. Tidak ada yang tahu bahwa Rommel meninggal karena dipaksa bunuh diri menelan racun. Tapi laporan resmi menyebutkan bahwa ia meninggal karena stroke otak.

Jenazah Rommel dikremasikan dan abunya dimakamkan di Herrlingen.


Dari buku

MENANTANG DIKTATOR

Konspirasi Rahasia Anti Hitler



SEDERHANA DAN PANDAI MEMASAK

Suatu hari,tahun 1973 saya dipanggil sekretaris militer Presiden,Mayjend Tjokropranolo.Saya diberi tahu bahwa saya ditugaskan sebagai ADC (ajudan) Sri Sultan Hamengku Buwono lX yang baru saja dilantik menjadi Wakil Presiden RI.Pak Nolly berpesan agar saya bertugas sebaik mungkin.Untuk itu saya melengkapi diri dengan berbagai informasi tentang Sri Sultan HB IX dari berbagai sumber.

Saat mulai bertugas,saya bersikap sebagaimana seorang ADC yang siap ngladeni Wakil Presiden.

Ketika tim dokter kepresidenan memutuskan untuk menindaklanjuti kondisi mata Wakil presiden, maka dirujuklah "Eye and Ear Infirmary Hospital", Boston dan berangkatlah kami ke sana.

Untuk keperluan itu,maka Wakil presiden harus dirawat inap guna keperluan observasi.Saya bersama Dr.Sarengat, dokter pribadi Sultan beserta prof.Salim tinggal di hotel Holiday inn yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit tersebut.

Selama itulah saya melakukan pekerjaan rutin ngladeni dengan membawakan kaus dan celana dalam untuk ganti.

Sungguh mengharukan, ketika saya membawa pakaian dalam yang kotor dan harus dicuci, saya dapati kaus dalam yang dipakai beliau adalah kaus cap Lombok yang murah meriah.Selain itu, nampak jelas ada beberapa lubang pada kaus tersebut.

Memang, saya merasakan sikap Sri Sultan kalau beliau berada di luar negeri, Beliau melepas batas-batas protokoler,baik sebagai Wakil presiden maupun sebagai Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Usai observasi,kami semua dipindahkan ke sebuah Apartemen.Beliau meminta kepada Ibu Nicklany,istri DCM (Deputy Chief de Mission) KBRI Washington untuk belanja karena beliau ingin memasak.Ketika semuanya sudah siap, tiba-tiba Sultan bertanya kepada saya,"Pak Muhtaryono,steaknya mau medium atau Welldome?"

Saya kaget.Maka  saya segera berdiri dan menjawab,"Mohon saya mau medium saja..."

Tawaran serupa ditanyakan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang lain.Setelah steak selesai dimasak dan saya makan, dagingnya benar-benar perfectly medium dengan cita rasa tidak kalah dengan masakan chef profesional hotel besar.

Observasi dan pengobatan selesai,kami langsung ke New York dan kami menginap di hotel Waldorf Astoria -sebuah hotel mewah di kota tersebut.

Kamar ADC mempunyai connecting door dengan guest room, yang berhubungan langsung dengan kamar Wapres.Saya kagum ketika KBRI Washington menjadwalkan pertemuan wapres dengan sejumlah pengusaha Amerika serikat, beliau tidak canggung menjelaskan kebijakan pemerintah Indonesia di bidang politik, ekonomi dan keamanan dengan lancar selama hampir dua jam dalam bahasa Inggris tanpa teks.


(Diceritakan oleh Muhtaryono, Laksamana (Purn), Ajudan Sultan HB lX)


Dari buku

SEPANJANG HAYAT BERSAMA RAKYAT



AKHIR DARI SANG LEGENDARIS

Tahun 1931, Al Capone didakwa atas kasus penggelapan pajak penghasilan dan berbagai pelanggaran konstitusi. Meski dibela oleh pengacara handal, namun hakim ketua telah memberikan peringatan bahwa dia tidak mungkin mendapatkan keputusan tidak bersalah. Capone berusaha menyuap calon juri, tapi orang-orang Elliot Ness mengetahui dan segera mengganti sehingga Capone tidak berkutik.

Hakim memberinya hukuman sebelas tahun ditambah denda US $ 50.000 ditambah biaya pengadilan. Permintaan bandingnya ditolak.
Pada Mei 1932, Capone dikirim ke penjara di Atlanta meskipun mendapatkan hak-hak istimewa. Kemudian ia dipindahkan ke penjara Lincoln Heights, hingga akhirnya masuk Alcatraz. Disana terdapat sistem keamanan dimana Capone tidak dapat berkomunikasi dengan dunia luar.
Meskipun Capone mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, tapi kesehatan tetap memburuk. Ia terdiagnosis Sifilis dan belum ada pengobatan yang mampu menanganinya. Ia menghabiskan setahun perawatan di rumah sakit penjara. Masa tahanannya berakhir pada 6 Januari 1939 dan dipindahkan ke penjara federal California, untuk menjalani masa tahanan selama setahun. Al Capone bebas pada 19 November 1939.
Selepas dari penjara, Capone tidak dapat kembali seperti semula. Hal ini membuat Gang Outfit terbengkalai dan makin terpuruk. Capone makin terlihat kurus dan mentalnya terkikis oleh penyakit Neurosifilis. Dia sering mengoceh tentang komunis, orang-orang yang tidak dikenal, dan George Moran, sosok yang dibunuhnya.
Pada 21 Januari 1947, Capone mengidap stroke. Beberapa waktu kemudian, ia sadar dan mulai membaik tetapi tertular pneumonia pada 24 Januari. Sehari kemudian ia mendapat serangan jantung yang mengakhiri hidupnya.
Al Capone dimakamkan di Mount Oliver Cemetery, Chicago diantara makam ayahnya dan Frank, saudaranya. Namun, pada bulan Maret 1950, makam ketiganya dipindahkan ke Mount Carmel Cemetery, di Illinois

Dari:
1.Buku "My Name is Capone!"

2.https://internasional.kompas.com/read/2019/01/24/23441481/biografi-tokoh-dunia-al-capone-gangster-paling-dikenal-di-amerika?page=3



SEBUTIR PELURU UNTUK BIG JIM

Giacomo Colosimo lahir tahun 1877 di Calabria, daerah selatan Italia yang miskin dan keras.

Tahun 1895 keluarga Colosimo hijrah ke Amerika Serikat dan tinggal di Chicago.

Mereka diam di First Ward, daerah terkorup di kota tersebut dimana terkenal dengan daerah  'lampu merah' nya.

Bisnis prostitusi di kawasan itu dikuasai oleh dua orang anggota Mafia, Michael Kenna dan  John Coughlin. Duet itu bisa dengan teratur mengirimkan banyak suara kepada para kandidat dari kedua partai di hari pemilu.

Giacomo yang mengamerikakan namanya dengan julukan"Big Jim" dengan reputasinya sebagai pencuri, germo, pelaku bisnis pemerasan (Black Hand) segera diberikan posisi sebagai 'bagman' (pengumpul uang bayaran dari rumah bordil dan para penjaga bar) oleh duet Kenna- Coughlin.

Maraknya bisnis prostitusi menjadikan lahan baru, yaitu perdagangan budak putih atau penyediaan wanita muda untuk keperluan tersebut. Dan Big Jim ikut terjun disitu. Nama Colosimo beberapa kali tersangkut perbudakan putih, tapi dia selalu lolos dari jerat hukum.

Hidup Big Jim semakin makmur dan lancar di industri prostitusi ini, sehingga pada 1910 perlu menyewa seseorang untuk membantunya, termasuk melindungi dari teror 'black hander'. Dan tibalah Johny Torio, orang yang membantu itu ke Chicago. Torio juga adalah sepupu dari isteri Big Jim, Victoria Moresco, yang namanya diabadikan pada salah satu rumah bordil kelas atasnya: "Victoria's".

Dengan adanya John Torio, maka hidup Big Jim semakin menyenangkan dan masa keemasan itu terjadi pada 1910 - 1920.

Jim kemudian bertemu dengan Dale Winter, gadis rupawan berusia 19 tahun yang jadi penyanyi di salah satu klub miliknya dan menikahinya.

Kekesalan John Torio kepada Big Jim bukan karena diceraikannya Victoria, tapi ketidakpedulian buta Big Jim terhadap pengesahan amandemen ke-18 UUD AS.

Amandemen itu berisi pelarangan penjualan, distribusi dan mengkonsumsi minuman keras yang dikenal dengan Prohibition.

Otak cerdas Torio menangkap hal itu menjadikan bisnis yang punya prospek bagus, tapi sang bos tidak mau beranjak dan semakin nyaman dengan bisnis prostitusinya. Bagi Torio, kalau bisnis itu tidak segera diambil, maka geng lawan akan melakukannya.

Awal 1920, John Torio memanggil seorang pria rekannya dari Brooklyn, seorang penjahat muda, kekar bernama Alphonse Capone, dan Capone pun lebih suka bekerja pada Torio. Maka terdapat perebutan pengaruh antara Colosimo, John Torio dan Al Capone ditambah dengan Frankie Yale.

.................

11 Mei 1920 sore hari,

Big Jim bertandang ke tempat favoritnya, Colosimo's Cafe di South Wabash Avenue.

Tempat itu adalah bangunan yang terdiri dari dua bagian, utara dan selatan dan sebuah pintu masuk yang sama. Terdapat ruang menggantung jaket dan bilik telpon umum ditempat tersebut.

Colosimo menghabiskan waktu sesaat membicarakan menu makan malam hari itu dengan kepala pelayan. Colosimo berkata bahwa ia punya janji bertemu dengan seseorang di tempat itu pada jam 4 sore. Ia tidak menyebutkan siapa tamunya. Sesekali, ia memandangi jam tangannya dan sikapnya menandakan bahwa orang yang ditunggunya terlambat datang.

Ia berjalan ke pintu keluar. Suara tembakan membahana.

Para Staf Klub berlarian ke pintu masuk dan menemukan Big Jim terbaring di lantai, dengan luka di kepala yang mengalirkan darah, tewas. Si Pembunuh sudah menghilang.

Pembunuhnya pasti masuk dalam bangunan itu dan bersembunyi didalam ruang gantungan jaket. Saat Colosimo memasuki daerah pintu masuk itu, si pembunuh menembak dua kali. Sebuah tembakan tepat mengenai sasaran, tembakan kedua luput. Pembunuh lalu keluar lewat pintu depan dan menghilang di keramaian Wabash Avenue. Tidak diketahui apakah ia berjalan kaki atau naik mobil.


Dari buku

The Mafia's Greatest Hits



PERTARUNGAN PENJAHAT DAN MACAN

Sejak berdirinya kerajaan Mataram, pertunjukkan pertarungan antara penjahat dan macan sudah pernah diadakan dan sudah dikenal secara umum. 

Pertunjukan ini menjadi semacam metode untuk membuat sebuah beban hukuman pengadilan menjadi barang tontonan. Namun, sekarang dengan adanya perusakan dan kekejaman yang diakibatkannya, maka pertunjukan ini dihapuskan dengan undang-undang. 

Selama pemerintahan sultan Yugyakerta  masih melakukannya sampai dihilangkan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1812. 

Pada pertunjukkan semacam ini, dua orang penjahat diminta untuk membuat api di tempat macan. Mereka diberi senjata keris yang panjang namun patah atau tumpul pada bagian ujungnya, dan macannya dibiarkan bebas berkeliaran di kandangnya yang telah dibangun untuk acara ini. Orang yang pertama segera terbantai, sedang orang yang kedua, setelah bertarung selama kurang lebih dua jam, berhasil membunuh macan tersebut, dengan beberapa potongan di kepala, dan di bawah mata serta telinga. Macan kecil atau leopard ini diberikan kepadanya, dan penjahat yang telah berhasil tersebut dibiarkan bebas. Keberhasilannya menghadapi siksaan yang berat seperti pada pengadilan pada masa kegelapan, dianggap sebagai wujud pembuktian dari Tuhan bahwa dia tidak bersalah, dan tidak hanya mendapatkan ampunan, tapi juga menaikkan tingkatannya sederajat dengan mantri, sebagai imbalan atas bahaya yang telah dihadapinya, yang membuatnya mendapatkan pemulihan nama baik. Meskipun tindakan barbar ini dilakukan, tapi tidak dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan tersebut sebagai pertunjukkan yang diadakan dalam tingkatan semua orang Jawa pada umumnya.[]


Dari buku

"THE HISTORY OF JAVA" Thomas Stamford Raffles

Keterangan foto: Pertunjukan manusia melawan macan di Jawa abad XIX



Selasa, 27 Juni 2023

MAFIA HAJI ABAD XIX

Dalam sebuah laporannya kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 20 Juni 1889, Snouck Hurgronje mengungkapkan adanya penipuan-penipuan yang dilakukan oleh para syekh. Menurut catatan Snouck Hurgronje, para syekh dan kaki tangannya sering membujuk penduduk suatu desa agar mengutus seorang atau beberapa wakil untuk menunaikan ibadah haji dengan perantaraan mereka. Pembiayaan untuk haji utusan tersebut ditanggung bersama. Kerja sama tersebut pada kenyataannya justru mengakibatkan calon haji harus mengeluarkan biaya ekstra sebagai imbalannya tanpa adanya jaminan yang pasti terhadap keamanan dan kelancaran mereka selama menunaikan ibadah haji.

Menurut perhitungan Snouck Hurgronje, perjalanan dari Jawa ke Jeddah menggunakan kapal perusahaan Nederland menghabiskan uang sebesar f.95. Dari jumlah tersebut, terdapat uang komisi sebesar f.5 untuk para syekh di luar pungutan tidak resmi. Sering pula terjadi karcis perjalanan yang berharga f.65 diserahkan oleh para syekh dan kaki tangannya dengan harga f.85 kepada para jamaah. Sedangkan untuk perjalanan pulang ke Jawa dengan menggunakan sarana tersebut dikenakan biaya sebesar f.92,50 termasuk di dalamnya f.17,50 sebagai upah para syekh yang dipungut oleh para agen perusahaan kapal. Snouck Hurgronje mencatat, setidaknya seorang jamaah akan membelanjakan sekitar f.300 untuk seluruh perjalanan haji, di mana jumlah sebesar itu banyak teralokasikan untuk hal-hal yang tidak jelas.

Hal yang lebih menyedihkan adalah bahwa kesulitan yang dialami seorang calon haji tidak hanya datang dari para syekh haji yang licik, tetapi juga datang dari para penghulu. Pada abad ke-19 para penghulu diangkat dengan surat keputusan Gubernur Jenderal, di mana hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mendapatkan upah dalam bentuk gulden. Pada umumnya mereka mendapatkan gaji dalam bentuk zakat. Namun di daerah Preanger (Priangan) sebagian penghulu berusaha mencari "penghasilan tambahan" dengan cara menarik dua setengah persen dari ongkos naik haji sebagai zakat untuk mereka. Kalau zakat ini tidak dibayar, menurut mereka uang hajinya menjadi tidak halal dan haji yang dibiayai dengan uang tersebut menjadi tidak sah. Mengomentari hal ini, Snouck Hurgronje mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan larangan untuk mengumpulkan zakat haji, sebab para penghulu tersebut diangkat oleh pemerintah kolonial, sehingga penyalahgunaan posisi mereka harus diawasi sedemikian rupa oleh pemerintah atau pihak yang berwenang.[]

Dari buku
"HADJI TEMPO DOELOE" Kisah Klasik Perjalanan Haji Zaman Dahulu



HAJI SINGAPUR

Melihat pemilik kapal dari Arab dan Inggris mengurus jemaah haji Indonesia, Pemerintah Hindia Belanda pun memberikan izin monopoli pengangkutan jamaah haji kepada Kongsi Tiga, yaitu Rotterdamsche Lloyd, Stoomvaartmatschappij Nederland, dan Stoomvaart-matschappi Ocean tahun 1873, tepat satu tahun setelah dibukanya kantor Perwakilan Hindia Belanda di Jeddah. Para jemaah haji Hindia Belanda menyebut kapal dari kongsi itu dengan nama "Kapal Dines".


Tetapi masih ada juga jamaah haji yang menggunakan kapal haji milik perusahaan Inggris yang bermarkas di Singapura. Hal ini terjadi karena perjalanan melalui Semenanjung Malaya dan Singapura merupakan tempat yang sangat baik bagi para jamaah asal Hindia Belanda untuk menghindari pengawasan dan paspor pemerintah. Faktor pendukung lainnya adalah harga tiket yang lebih murah dan adanya kebebasan untuk memilih makanan selama di perjalanan.


Walaupun demikian, berhaji dengan mengambil jalur Singapura bukannya tanpa risiko. Sejak tahun 1870 Pemerintah Hindia Belanda banyak mendapatkan laporan kalau di Singapura terdapat oknum-oknum yang mengaku bekerja untuk kepentingan jamaah padahal kenyataan berbicara lain. Mereka berusaha menjerumuskan jamaah calon haji, yang umumnya tanpa curiga diperas kekayaannya, untuk masuk ke dalam jeratan utang selama persinggahan di Singapura. Jamaah yang dari segi keuangan tidak mampu membiayai seluruh perjalanan haji, akan tetapi dibujuk untuk tetap melaksanakannya oleh para oknum, pada akhirnya banyak menjadi korban. Alih-alih bisa berangkat ke Tanah Suci, untuk bisa makan dan pulang ke kampung halamannya pun menjadi hal yang sangat sulit karena semua perbekalannya habis akibat penipuan. Karena hanya sampai Singapura, mereka pun dilabeli sebagai "Haji Singapur". 

Persoalan tidak selesai sampai di sini, para calon haji korban pemerasan ini pun harus menolong dirinya sendiri di Singapura untuk melunasi utang dan sekadar bertahan hidup. Atas dasar perjanjian dengan para syeikh, mereka akhirnya harus bekerja di perkebunan-perkebunan yang dimiliki oleh orang-orang yang memberi pinjaman utang. Mereka pun melakukan aneka pekerjaan kasar lainnya yang dapat menghasilkan uang. Karena besarnya utang atau pemerasan yang berulang kali terjadi, mereka harus bekerja bertahun-tahun lamanya.[]


Dari buku:

"HADJI TEMPO DOELOE" kisah Klasik Perjalanan Haji Zaman Dahulu



Rabu, 14 Juni 2023

ANTARA BUMI SILIWANGI DAN BUMI PANORAMA

Tidak hanya siswi-siswi kelas III sebuah SMA Negeri di Jl.Dago saja yang naksir pemuda ini. Ada juga beberapa mahasiswi IKIP Bandung yang menyambangi Atekad atau dikenal dengan nama Bumi Panorama untuk mencari Pierre. Atas berita tersebut, kepada kawan-kawannya, Pierre berseloroh ia sedang mengajar Bahasa Indonesia di Fakip (Fakultas Ilmu Keguruan) jurusan Ledeng. 

Komandan Peleton 1 Sersan mayor taruna Setiadi menceritakan kisah jenaka lain tentang hubungan para pemuda dari Benteng Panorama ini dengan mahasiswi asrama IKIP.

Suatu hari, Setiadi mengajak pesiar anggota peletonnya yang di dalamnya termasuk Pierre Tendean dan Try Sutrisno untuk lari pagi melewati asrama wanita IKIP. Para taruna ini mempunyai kebiasaan yang bisa dibilang usil, karena setiap melewati asrama wanita, mereka berlari sambil berteriak keras-keras bersama-sama, "Bangun pagi ... Bangun pagi .... " Tentu saja kejahilan ini mengganggu ketenangan penghuni asrama yang sebagian mungkin masih terlelap di hari Minggu pagi itu.


Setelah beberapa kali kejadian, para penghuni asrama wanita IKIP pun menyiapkan balas dendam dengan caranya sendiri. Ketika datang saatnya para taruna berlari melewati asrama mereka, teriakan bangun pagi ini disambut dengan guyuran air dari setiap jendela yang ada di asrama. Semakin mereka berlari, semakin pula para taruna usil ini diguyur air dari ember-ember yang sudah disiapkan. Pierre dan rekan-rekannya akhirnya pulang kembali ke asrama Bumi Panorama dengan kondisi basah kuyup.Sejak itu mereka kapok dan tidak mau mengusili lagi mahasiswa putri IKIP.


Dari buku

"SANG PATRIOT" Kisah Seorang Pahlawan Revolusi. Biografi Resmi Pierre Tendean



MAHASISWA PRIBUMI YANG PANDAI DAN PERLENTE

24 Maret 1923, Sukarno melakukan pernikahan dengan Inggit Garnasih di Jalan Japapim (Java Veem) yang letaknya tidak jauh dari viaduct jalur kereta api.


Inggit tampaknya tidak memperoleh hak gono-gini dari perceraiannya dengan haji Sanusi. Sementara Sukarno sebagai mahasiswa yang baru sembilan bulan berkuliah tidak memiliki penghasilan. Karena tidak memiliki cukup uang untuk membiayai keluarganya, pasangan pengantin baru ini menyewa rumah dan berpindah-pindah tempat. Mereka pernah tinggal di Jalan Kebon Sirih yang letaknya tidak jauh dari Gedung Pakuan.

Tempat-tempat lain yang pernah ditinggali mereka antara lain, Gang Jaksa, Jalan Pungkur nomor 6, Regentweg nomor 22 (Jl.Dewi Sartika) 


Terakhir  mereka tinggal di Jalan Ciateul (kini Jalan Ibu Inggit Garnasih) nomor 8.sejak tahun 1926.


Meski hidup dalam keadaan tidak berkecukupan, mahasiswa Sukarno selain pandai, juga dikenal sebagai pesolek.


Pakaiannya selalu perlente dan necis. Diantara 12 - 15 mahasiswa pribumi yang sama-sama belajar di TH Bandung, Sukarno satu-satunya mahasiswa yang memakai jas "gabardine wool". Jenis kain ini termasuk yang paling top pada zamannya. la memiliki pulpen dan menaiki sepeda Fongers berpersneling dari rumahnya ke kampus. Pergi-pulang tidak akan dirasa berat karena saat itu Kota Bandung masih sejuk.


Seorang penduduk Jalan Kejaksan di daerah Braga, menyaksikan saat Sukarno melewati Jalan Braga dengan rasa kagum. la kelihatan gagah.

Kelebihan lainnya, di balik penampilannya yang selalu perlente itu, tersimpan kecerdasannya. Kecepatannya dalam membaca sangat luar biasa. Buku-buku di perpustakaan kampus habis dilalap. Dan buku-buku itu bukan yang menyangkut ilmu yang diajarkan di kampus. la melahap buku-buku tentang sastra, politik, dan humaniora.

Tak hanya membaca, kemampuan Sukarno dalam menulis tidak kalah hebat. 

Suatu pagi di tahun 1925, Sukarno diminta Wartawan AID-Preanger Bode menulis artikel tentang implikasi kemenangan perang Jepang atas Rusia terhadap Asia. Sambil ditunggu langsung oleh editornya, Sukarno menulis dengan lancar. Sejak menuliskan judulnya sampai kalimat terakhir, tulisannya dalam bahasa Belanda sudah dalam keadaan pressklaar (Siap cetak). la tidak berhenti menulis tanpa coretan atau koreksi sedikit pun.[]


Sumber:

Buku "Jejak Soekarno di Bandung (1921-1934)

Keterangan foto: Sukarno (keempat dari kiri) bersama teman-temannya dari THS



Minggu, 11 Juni 2023

DUA GANDHI

Usai ditahan tanpa pengadilan selama tiga tahun, Abdul Ghaffar Khan bersama kakaknya, Dr.Khan Saheb dibebaskan dari penjara Pusat Hazaribagh pada 27 Agustus 1934. Tetapi mereka tidak boleh kembali ketanah airnya di perbatasan Pathan.

Kedua kakak beradik ini lalu mendapat undangan dari Mahatma Gandhi untuk tinggal di ashram barunya di India Tengah.

Sebulan kemudian keduanya tiba di ashram tersebut dan mulai menyesuaikan dengan lingkungan barunya.

Kehidupan di sana sederhana dan berat, tetapi mereka menikmati. Mereka berbagi makanan seadanya dan bekerja serta mengunjungi desa-desa disekitar ashram bersama Gandhi. Ghaffar Khan yang kadang disebut dengan Gandhi dari perbatasan sering risih dengan sebutan tersebut. Dr.Khan membuka klinik kecil dan secara rutin mengunjungi desa-desa untuk memberi pelayanan kesehatan.

Sikap terbuka mereka berdua yang seperti kanak-kanak membuat warga ashram terpesona. Gandhi meminta sekretarisnya, Mahadev Desai untuk berbicara pada mereka dan menyiapkan biografi berjudul "Two servants God"

"Semakin aku tertarik kepada mereka. Aku tersentuh oleh kejujuran mereka yang tulus, keterusterangan, kesederhanaan mereka yang mendalam. Aku juga mengamati bahwa mereka telah percaya pada kebenaran dan sikap anti kekerasan bukan hanya sebagai sikap politik, melainkan sebagai jalan hidup. Aku mendapati sang adik, adalah penganut agama yang taat. Agamanya bukanlah jalan hidup yang sempit. Di mataku, dia seorang universalis. Sikap politiknya, jika dia punya, diperolehnya dari agamanya tersebut" demikian tulis Gandhi pada pengantar buku tersebut.

Pada sore hari, penghuni dan pengunjung ashram biasanya berkumpul di sekitar pohon neem untuk berdoa bersama. Puji-pujian dilantunkan dan doa-doa dari berbagai naskah dibacakan. Ghaffar Khan duduk di samping Gandhi dan membaca Al-Qur'an, kadangkala dia meminjam kacamata Gandhi ketika dia lupa membawa kacamatanya. Sementara matahari tenggelam, mata Gandhi akan tertutup ketika dia terhanyut dalam kata-kata suci.

Dua kakak beradik itu cukup menarik. Dr.Khan adalah seorang yang supel, yang menghabiskan waktunya di Eropa sehingga temperamennya lebih luwes. Ghaffar memandang hidup pada intinya sebagai hal yang religius, sementara kakaknya memandangnya lebih duniawi. Ghaffar sangat bersahaja dan disiplin, Dr.Khan menikmati hidup tanpa rasa bersalah. "Ghaffar menjalankan 'namaz' (shalat dalam bahasa Persia) untuk kami berdua" demikian ia seringkali bercanda.

Mereka bertiga jauh lebih sering tidak membicarakan politik. Gandhi ingin belajar lebih banyak tentang Khudai Khidmatgar (gerakan anti kekerasan) mereka.

Gandhi terusik oleh ketaatan Ghaffar sebagai seorang muslim dengan pemikiran yang luas. Suatu ketika dia bertanya kepada Ghaffar mengenai istri kakaknya yang berkebangsaan Inggris. Apakah istri Dr.Khan itu beralih memeluk Islam?. "Engkau pasti terkejut karena aku tidak dapat mengatakan apakah dia menjadi Muslim atau tetap Kristen" jawab Ghaffar. Bahkan, orang seperti Gandhi pun pasti terkesan oleh ketidakterlibatannya pada titik yang terlihat mendasar bagi seorang Muslim. "Dia tidak pernah beralih - sejauh yang saya tahu - dan dia sepenuhnya bebas mengikuti keyakinannya sendiri. Aku tidak pernah bertanya mengenai hal itu. Untuk apa? Kenapa suami-istri tidak boleh berpegang teguh pada keyakinan mereka masing-masing? Kenapa pernikahan harus mengubah keyakinan seseorang?".

"Aku setuju" kata Gandhi "Tapi, apakah demikian menurut kebanyakan orang Muslim?"

"Tidak, aku tahu mereka tidak akan melakukannya. Tapi, untuk masalah ini, belum tentu satu diantara seratus ribu orang yang mengerti semangat Islam yang sejati. Aku pikir dibalik semua pertentangan kita terdapat satu kesalahan untuk dapat mengenali bahwa semua keyakinan mengandung cukup inspirasi bagi para penganutnya. Al-Qur'an berkata dalam banyak ayat bahwa Tuhan mengirim utusanNya kepada segala suku dan bangsa. Mereka semua adalah ahli kitab"

Keterangan foto: Abdul Ghaffar Khan dengan Mahatma Gandhi Oktober 1938

Sari buku

NONVIOLENT

SOLDIER OF ISLAM

Biografi Badshah Khan



Selasa, 06 Juni 2023

INDONESIA MENGGUGAT

 .


...................

"𝑷𝒆𝒓𝒈𝒆𝒓𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖 𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓. 𝑻𝒐𝒉 .... 𝑫𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒉𝒂𝒌-𝒉𝒂𝒌 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒉𝒂𝒌-𝒉𝒂𝒌; 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏; 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒂𝒕 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒂𝒕, - 𝒕𝒊𝒂𝒑-𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒎𝒂𝒄𝒉𝒍𝒖𝒌, 𝒕𝒊𝒂𝒑-𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒖𝒎𝒎𝒂𝒕, 𝒕𝒊𝒂𝒑-𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒔𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌, 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒂𝒄𝒉𝒊𝒓𝒏𝒋𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊𝒕, 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒂𝒄𝒉𝒊𝒓𝒏𝒋𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏, 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒂𝒄𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒆𝒓𝒂𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒂𝒈𝒂𝒏𝒋𝒂, 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒊𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒋𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂𝒏𝒋𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒏𝒊𝒂𝒋𝒂 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒅𝒂𝒋𝒂 𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒓𝒂 𝒎𝒖𝒓𝒌𝒂! 𝑫𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂, 𝒅𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒔𝒂 - 𝒘𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒕𝒋𝒂𝒕𝒋𝒊𝒏𝒈 𝒑𝒖𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒈𝒆𝒓𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒆𝒍𝒖𝒈𝒆𝒕-𝒌𝒆𝒍𝒖𝒈𝒆𝒕 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕!"

(Indonesia Menggugat)

Tuduhan terhadap Sukarno dengan pasal Haatzai artikelen (penyebarluasan rasa kebencian) cukup serius.

Selain itu, Sukarno, bersama tiga rekannya: Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata dituduh memakai organisasi yang dipimpin, yaitu Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) untuk menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda.

Persidangan itu berlangsung 18 Agustus 1930 di Jl.Landraad Bandung dengan saksi utama untuk penuntut umum Komisaris Polisi Albreghs.

Sementara itu, Bung Karno, dan kawan-kawan. didampingi pengacara Suyudi S.H ., Mr. Sartono, dan Mr. Sastromulyono. Ketiganya melakukan tugasnya tanpa dibayar, bahkan rela mengongkosi seluruh pengeluaran.

Meski sudah didampingi oleh tim pengacara, Sukarno tetap menyiapkan pembelaannya dari dalam sel penjara di Banceuy.

Sekalipun naskah pembelaan itu disiapkan dengan sangat memprihatinkan, menggunakan alas tempat buang air di selnya yang sempit, tetapi justru menghasilkan sebuah pemikiran brilian. Ini bukan semata karena tingkat kecerdasan seorang Sukarno yang memang di atas rata-rata, tetapi Sukarno sendiri menyiapkan pembelaan itu dengan sangat matang.


"Indonesia Menggugat" demikian judul pidato pembelaan Sukarno didepan persidangan kolonial tadi. Naskah ditulis dengan tangan Sukarno setiap malam hingga larut, selama tak kurang dari 45 hari. Yang mengalir melalui otak dan tangannya, adalah hasil kajian mendalam dari sedikitnya 80 buku dan pidato tokoh terkemuka dari Barat yang ditulis dalam bahasa Inggris, Prancis, maupun Jerman. Tak hanya itu, sebanyak 10 pemikiran tokoh dari Timur juga dijadikan rujukan pembelaan politik tersebut.

Sukarno menggambarkan secara terperinci penderitaan rakyat sebagai penghisapan tiga setengah abad oleh penjajahan Belanda. Tesis tentang kolonialisme itu, kemudian diterbitkan dalam selusin bahasa di beberapa negara.

Pada saat "Indonesia Menggugat" dibacakan, suasana ruang sidang dan di halaman gedung Landraad sangat hening, senyap kecuali suara pembaca pembelaan yang gegap gempita.[]


Sumber:

Buku "Total Bung Karno" Serpihan Sejarah yang Tercecer


ARTHUR RIMBAUD, PENYAIR PRANCIS DESERTIR TENTARA KNIL

Belgia 1876,

Usai pertengkaran dengan Verlaine (teman sesama penyair) yang berujung cedera pada tangannya, Arthur Rimbaud menggelandang di Eropa.

Rimbaud lalu bertemu seorang Belanda perekrut serdadu KNIL yang kala itu ada di seantero Eropa. Markas Besar Militer Kerajaan Belanda kekurangan tenaga prajurit untuk menuntaskan perang di Aceh yang memeras kekuatan militer kolonial Belanda. Uang kontrak yang dibayarkan di muka memang menarik, 300 gulden untuk masa dinas selama enam tahun. Saat ditanya, apa tugas prajurit KNIL, pihak yang menawarkan kontrak enggan menjelaskan dan justru mempromosikan Pulau Jawa adalah surga tropis dengan penari ronggeng cantik, arak, dan rokok kretek yang beraroma rempah.

Sebuah kesenangan duniawi untuk orang Eropa berkantong cekak dengan menjadi serdadu Kolonial. 

Rimbaud lalu mencari informasi soal KNIL dengan mendatangi konsulat Belanda di Brussel. Dari informasi yang diperoleh, Rimbaud ke Hardewijk, dekat Rotterdam yang menjadi pusat persiapan pemberangkatan KNIL.


Hardewijk Belanda,

Selama 20 hari, hingga 10 Juni Arthur Rimbaud menjalani pendidikan dasar dan seluk-beluk disiplin militer. Semua bisa dijalani dengan baik oleh para calon prajurit. Setiap senja hari, mereka diizinkan meninggalkan barak dan bisa mengunjungi barataupun rumah bordil di Harderwijk yang sebagian besar warganya tergolong religius. Pada malam menjelang keberangkatan, setiap kompi pasukan menerima bonus uang, Esok harinya, aparat militer di Harderwjik mengawasi agar tidak ada desertir ataupun prajurit baru yang mabuk berat sehingga ketinggalan kapal.

Akhirnya 200 prajurit baru tersebut diberangkatkan dengan kereta api ke Nieuw Diep lalu menaiki kapal uap Prins van Oranje menuju Hindia Belanda.


Semarang,

Setelah berlayar delapan pekan melaui Selat Gibraltar, Southampton, Naples, terusan Suez dan Padang, Rimbaud tiba di Batavia pada 22 Juli.

Minggu, delapan hari kemudian, bersama para prajurit lain, Rimbaud berkemas untuk berangkat ke Semarang menumpang kapal Fransen van de Putte yang tiba di Semarang tanggal 2 Agustus. Semarang adalah pusat bisnis yang berkembang pesat lebih maju dari Batavia. Jalan raya terlihat ramai dan banyak pemukim Tionghoa di penjuru kota. Gudang-gudang di pelabuhan dipenuhi tumpukan karung gula pasir salah satu komoditas utama yang akan dibawa ke Batavia untuk diekspor.

Perjalanan tidak berakhir di Semarang. Rombongan prajurit tersebut diperintahkan bergabung dengan tangsi di Salatiga.

Setelah menempuh perjalanan dengan kereta api dengan pemandangan pedesaan yang mempesona bagi seorang penyair seperti Rimbaud, mereka tiba di stasiun Tuntang dan berbaris menuju Tangsi di Salatiga.

Ternyata Rimbaud tidak ditugaskan pada batalyon organik (pengamanan), tapi pada batalyon tempur.

Banyak veteran Perang Aceh dan tidak sedikit yang gugur dalam pertempuran di Aceh dari batalyon tersebut. Prajurit di batalyon tersebut berasal dari beragam daerah seperti Jawa, Maluku, dan Madura. Mereka membawa keluarga tinggal bersama-sama di tangsi. Prajurit yang pulang dari penugasan di Aceh kerap berbicara soal keganasan pertempuran, perut yang terburai, sabetan kelewang memecah tengkorak kepala, perjalanan menembus rimba-belantara, kehausan, lapar, dan beragam penyakit tropis yang tidak bisa disembuhkan; hal ini menjadi pembicaraan sehari-hari di tangsi. Sungguh berbeda dengan situasi Kota Semarang yang aman, tenteram, damai ....

Sesudah bertemu beberapa prajurit tua - kemungkinan besar sesama orang Prancis Rimbaud akhirnya memutuskan untuk desersi (melarikan diri dari dinas)

Rimbaud pun kasak-kusuk mencari jalan melarikan diri ke Semarang. Didapatinya sebuah jalan yang biasa dilewati para petani turun dari Salatiga ke Kota Semarang.

Pada tanggal 15 Agustus, 12 hari setelah tiba di Jawa, saat perayaan hari besar Santa Maria naik ke surga, Rimbaud mendatangi komandan untuk meminta izin mengikuti misa di Kapel Santo Dionisius di luar tangsi. Dia menanggalkan seragam biru KNIL dan perlengkapan militer di sebuah peti di kolong ranjangnya. Dia memakai baju biasa, memakai topi petani, dan memanggil dokar yang dimintanya mengantarkan ke Semarang. Perjalanan ditempuh selama tiga jam hingga tiba di Pelabuhan Semarang.


Rimbaud bertemu dengan seorang pelaut Inggris dan -kemungkinan besar menumpang perahu Skotlandia bernama Chief Wandering. Dia pun membayar ongkos kapal dan membantu bongkar muat barang. Kapal bertolak dari Semarang tanggal 29 Agustus dan tiba di Queenstown Inggris, tanggal 6 Desember, setelah dihantam badai di Tanjung Harapan. Rimbaud pun tiba di Charleville, Prancis tanggal 9 Desember 1876.


Rimbaud kemudian melanjutkan hidup di Etiopia, berjualan senjata dan memimpin sebuah pabrik. Dia lari dari masa lalunya di Jawa dan di Prancis dan meninggal di usia 37 tahun di Marseille, Prancis, akibat didera sakit.[]


Sumber:

1.buku "KNIL" Perang Kolonial di Nusantara dalam Catatan Prancis 

2.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peringatan_Kehadiran_Arthur_Rimbaud_di_Kompleks_Rumah_Dinas_Wali_Kota_Salatiga.jpg


Keterangan foto: Plakat yang menunjukkan keberadaan Penyair Arthur Rimbaud di Rumah Dinas Walikota Salatiga



SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...