Giacomo Colosimo lahir tahun 1877 di Calabria, daerah selatan Italia yang miskin dan keras.
Tahun 1895 keluarga Colosimo hijrah ke Amerika Serikat dan tinggal di Chicago.
Mereka diam di First Ward, daerah terkorup di kota tersebut dimana terkenal dengan daerah 'lampu merah' nya.
Bisnis prostitusi di kawasan itu dikuasai oleh dua orang anggota Mafia, Michael Kenna dan John Coughlin. Duet itu bisa dengan teratur mengirimkan banyak suara kepada para kandidat dari kedua partai di hari pemilu.
Giacomo yang mengamerikakan namanya dengan julukan"Big Jim" dengan reputasinya sebagai pencuri, germo, pelaku bisnis pemerasan (Black Hand) segera diberikan posisi sebagai 'bagman' (pengumpul uang bayaran dari rumah bordil dan para penjaga bar) oleh duet Kenna- Coughlin.
Maraknya bisnis prostitusi menjadikan lahan baru, yaitu perdagangan budak putih atau penyediaan wanita muda untuk keperluan tersebut. Dan Big Jim ikut terjun disitu. Nama Colosimo beberapa kali tersangkut perbudakan putih, tapi dia selalu lolos dari jerat hukum.
Hidup Big Jim semakin makmur dan lancar di industri prostitusi ini, sehingga pada 1910 perlu menyewa seseorang untuk membantunya, termasuk melindungi dari teror 'black hander'. Dan tibalah Johny Torio, orang yang membantu itu ke Chicago. Torio juga adalah sepupu dari isteri Big Jim, Victoria Moresco, yang namanya diabadikan pada salah satu rumah bordil kelas atasnya: "Victoria's".
Dengan adanya John Torio, maka hidup Big Jim semakin menyenangkan dan masa keemasan itu terjadi pada 1910 - 1920.
Jim kemudian bertemu dengan Dale Winter, gadis rupawan berusia 19 tahun yang jadi penyanyi di salah satu klub miliknya dan menikahinya.
Kekesalan John Torio kepada Big Jim bukan karena diceraikannya Victoria, tapi ketidakpedulian buta Big Jim terhadap pengesahan amandemen ke-18 UUD AS.
Amandemen itu berisi pelarangan penjualan, distribusi dan mengkonsumsi minuman keras yang dikenal dengan Prohibition.
Otak cerdas Torio menangkap hal itu menjadikan bisnis yang punya prospek bagus, tapi sang bos tidak mau beranjak dan semakin nyaman dengan bisnis prostitusinya. Bagi Torio, kalau bisnis itu tidak segera diambil, maka geng lawan akan melakukannya.
Awal 1920, John Torio memanggil seorang pria rekannya dari Brooklyn, seorang penjahat muda, kekar bernama Alphonse Capone, dan Capone pun lebih suka bekerja pada Torio. Maka terdapat perebutan pengaruh antara Colosimo, John Torio dan Al Capone ditambah dengan Frankie Yale.
.................
11 Mei 1920 sore hari,
Big Jim bertandang ke tempat favoritnya, Colosimo's Cafe di South Wabash Avenue.
Tempat itu adalah bangunan yang terdiri dari dua bagian, utara dan selatan dan sebuah pintu masuk yang sama. Terdapat ruang menggantung jaket dan bilik telpon umum ditempat tersebut.
Colosimo menghabiskan waktu sesaat membicarakan menu makan malam hari itu dengan kepala pelayan. Colosimo berkata bahwa ia punya janji bertemu dengan seseorang di tempat itu pada jam 4 sore. Ia tidak menyebutkan siapa tamunya. Sesekali, ia memandangi jam tangannya dan sikapnya menandakan bahwa orang yang ditunggunya terlambat datang.
Ia berjalan ke pintu keluar. Suara tembakan membahana.
Para Staf Klub berlarian ke pintu masuk dan menemukan Big Jim terbaring di lantai, dengan luka di kepala yang mengalirkan darah, tewas. Si Pembunuh sudah menghilang.
Pembunuhnya pasti masuk dalam bangunan itu dan bersembunyi didalam ruang gantungan jaket. Saat Colosimo memasuki daerah pintu masuk itu, si pembunuh menembak dua kali. Sebuah tembakan tepat mengenai sasaran, tembakan kedua luput. Pembunuh lalu keluar lewat pintu depan dan menghilang di keramaian Wabash Avenue. Tidak diketahui apakah ia berjalan kaki atau naik mobil.
Dari buku
The Mafia's Greatest Hits
Tidak ada komentar:
Posting Komentar