Sejak berdirinya kerajaan Mataram, pertunjukkan pertarungan antara penjahat dan macan sudah pernah diadakan dan sudah dikenal secara umum.
Pertunjukan ini menjadi semacam metode untuk membuat sebuah beban hukuman pengadilan menjadi barang tontonan. Namun, sekarang dengan adanya perusakan dan kekejaman yang diakibatkannya, maka pertunjukan ini dihapuskan dengan undang-undang.
Selama pemerintahan sultan Yugyakerta masih melakukannya sampai dihilangkan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1812.
Pada pertunjukkan semacam ini, dua orang penjahat diminta untuk membuat api di tempat macan. Mereka diberi senjata keris yang panjang namun patah atau tumpul pada bagian ujungnya, dan macannya dibiarkan bebas berkeliaran di kandangnya yang telah dibangun untuk acara ini. Orang yang pertama segera terbantai, sedang orang yang kedua, setelah bertarung selama kurang lebih dua jam, berhasil membunuh macan tersebut, dengan beberapa potongan di kepala, dan di bawah mata serta telinga. Macan kecil atau leopard ini diberikan kepadanya, dan penjahat yang telah berhasil tersebut dibiarkan bebas. Keberhasilannya menghadapi siksaan yang berat seperti pada pengadilan pada masa kegelapan, dianggap sebagai wujud pembuktian dari Tuhan bahwa dia tidak bersalah, dan tidak hanya mendapatkan ampunan, tapi juga menaikkan tingkatannya sederajat dengan mantri, sebagai imbalan atas bahaya yang telah dihadapinya, yang membuatnya mendapatkan pemulihan nama baik. Meskipun tindakan barbar ini dilakukan, tapi tidak dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan tersebut sebagai pertunjukkan yang diadakan dalam tingkatan semua orang Jawa pada umumnya.[]
Dari buku
"THE HISTORY OF JAVA" Thomas Stamford Raffles
Keterangan foto: Pertunjukan manusia melawan macan di Jawa abad XIX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar