Tidak hanya siswi-siswi kelas III sebuah SMA Negeri di Jl.Dago saja yang naksir pemuda ini. Ada juga beberapa mahasiswi IKIP Bandung yang menyambangi Atekad atau dikenal dengan nama Bumi Panorama untuk mencari Pierre. Atas berita tersebut, kepada kawan-kawannya, Pierre berseloroh ia sedang mengajar Bahasa Indonesia di Fakip (Fakultas Ilmu Keguruan) jurusan Ledeng.
Komandan Peleton 1 Sersan mayor taruna Setiadi menceritakan kisah jenaka lain tentang hubungan para pemuda dari Benteng Panorama ini dengan mahasiswi asrama IKIP.
Suatu hari, Setiadi mengajak pesiar anggota peletonnya yang di dalamnya termasuk Pierre Tendean dan Try Sutrisno untuk lari pagi melewati asrama wanita IKIP. Para taruna ini mempunyai kebiasaan yang bisa dibilang usil, karena setiap melewati asrama wanita, mereka berlari sambil berteriak keras-keras bersama-sama, "Bangun pagi ... Bangun pagi .... " Tentu saja kejahilan ini mengganggu ketenangan penghuni asrama yang sebagian mungkin masih terlelap di hari Minggu pagi itu.
Setelah beberapa kali kejadian, para penghuni asrama wanita IKIP pun menyiapkan balas dendam dengan caranya sendiri. Ketika datang saatnya para taruna berlari melewati asrama mereka, teriakan bangun pagi ini disambut dengan guyuran air dari setiap jendela yang ada di asrama. Semakin mereka berlari, semakin pula para taruna usil ini diguyur air dari ember-ember yang sudah disiapkan. Pierre dan rekan-rekannya akhirnya pulang kembali ke asrama Bumi Panorama dengan kondisi basah kuyup.Sejak itu mereka kapok dan tidak mau mengusili lagi mahasiswa putri IKIP.
Dari buku
"SANG PATRIOT" Kisah Seorang Pahlawan Revolusi. Biografi Resmi Pierre Tendean
Tidak ada komentar:
Posting Komentar