Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merupakan lembaga pemikir (think tank) yang didirikan, antara lain, oleh Jusuf Wanandi, Harry Tjan Silalahi, Sudjati Djiwandono dan Daoed Joesoef pada 1971. Mereka kemudian menggandeng dua tentara asisten pribadi Soeharto, Letnan Jenderal Purnawirawan Ali Moertopo dan Mayor Jenderal Purnawirawan Soedjono Hoemardani. Gagasan mendirikan CSIS muncul setelah Jusuf dan teman-temannya bertemu dengan Soeharto tak lama setelah pelantikannya sebagai Presiden RI kedua pada 1968. Jusuf, saat itu aktivis antikomunis, menawari Soeharto membentuk think tank untuk membantu dia menjalankan pemerintahan baru. Soeharto menyambut gagasan itu.
Sejak itu, diminta atau tidak, Jusuf rutin mengirimkan memo berupa analisis atas berbagai perkembangan politik langsung ke ruang kerja Soeharto melalui Ali dan Soedjono. Sebaliknya, Ali dan Soedjono aktif menimba dan menyumbangkan gagasan dalam pelbagai pertemuan di CSIS.
Pada 1974, ketika Benny dipanggil pulang Soeharto dari Korea Selatan, hubungan Jusuf cs di CSIS dan Benny kian dekat. Ia kerap datang ke kantor Jusuf untuk meminta masukan.Tapi, setelah Benny menjadi Panglima ABRI, Jusuf dan kawan-kawanlah yang rutin datang ke kantornya untuk memberi masukan.
Dalam perjalanannya, kedekatan hubungan Benny dan CSIS kemudian menimbulkan desas-desus yang sumir. Misalnya keakraban CSIS dan Benny itu merupakan bagian dari dibentuknya aliansi Katolik-militer. Itu berangkat dari asumsi bahwa pemikiran-pemikiran CSIS sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh seorang romo bernama Josephus Gerardus Beek (1917-1984) atau biasa dikenal dengan Pater Beek.
Dia adalah jesuit yang secara keras antikiri. Romo Beek dikenal memiliki grup diskusi yang secara kontinu mengeluarkan dokumen-dokumen analisis politik mutakhir yang kemudian disebar di kalangan Katolik.
Atas pernyataan ini Jusuf menegaskan "Sama sekali tak benar. Tidak ada sangkut pautnya antara Benny dan Pater Beek. Sangkut paut pemikiran pun tidak ada. Wong Ali Moertopo saja satu kali ketemu Romo Beek, apalagi Benny. Tidak pernah sama sekali!"
Namun, Jusuf mengakui bahwa Romo Beek memang pastor yang menjadi mentornya ketika masa-masa dia menjadi aktivis di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Keduanya membentuk Biro Dokumentasi pada 1963 bersama aktivis mahasiswa lain, seperti Harry Tjan Silalahi dan Sudjati Djiwandono. "Biro itu dibentuk atas permintaan para uskup dan berkantor di Majelis Agung Wali Gereja Indonesia," ujarnya.
Biro Dokumentasi bertugas mengumpulkan kliping, data, dan informasi untuk memberikan bahan kepada pemimpinpemimpin gereja Katolik dan Partai Katolik dalam melawan komunisme serta semua yang kekiri-kirian pada era Bung Karno.
Apakah Biro Dokumentasi itu cikal-bakal CSIS? "Bukan!" jawab Jusuf, tegas. Kebetulan saja, menurut Jusuf, orang-orang yang dulu aktif di Biro Dokumentasi-dia, Harry Tjan, dan Sudjati-kemudian mendirikan CSIS pada 1971.
"Setelah CSIS berdiri, Pater Beek tidak ikut kami lagi. Kami jalan sendiri," ujarnya.[]
Sumber:
buku "Benny Moerdani" Yang Belum Terungkap