Kekalahan Jepang yang dipercepat oleh bom atomyang dijatuhkan di kota Hiroshima dan tidak adanya persiapan sekutu untuk cepat-cepat memasuki kawasan Asia Tenggara memberi suatu kesempatan untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia. Soekarno dan Hatta yang belum mengetahui berita menyerahnya Jepang, tidak merespons secara positif. Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang yang ada di Indonesia.
Terdapat kisah menarik menjelang kemerdekaan yang dituturkan Soebadio Sastrosatomo. Di jalan Maluku 19, Menteng, Jakarta. Soebadio Sastrosatomo yang saat itu berusia 26 tahun bertamu ke rumah Sjahrir. Badio, begitu Soebadio biasa disapa, adalah pengikut Sjahrir yang setia. Siang terik, Badio haus luar biasa. Sjahrir menawarinya minum, tetapi Badio menolak karena sedang puasa (saat itu bulan Ramadhan).
Hari itu, ada yang tak biasa pada Sjahrir, rautnya sumpek. Sebelumnya, ia bertemu dengan Soekarno yang mengajaknya bermobil keliling Jakarta. Di jalan, Soekarno mengatakan bahwa Jepang tidak secuil pun mengisyaratkan akan menyerah. Soekarno ingin membantah informasi yang dibawa Sjahrir sebelumnya bahwa Jepang telah takluk kepada sekutu. Sjahrir mengatakan hal tersebut sebelum Soekarno-Hatta berangkat ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi, Panglima Tertinggi Jepang untuk Asia Tenggara. Sedangkan Sjahrir berkesimpulan, tidak ada gunanya berunding dengan Jepang, karena dia telah mendengarkan berita dari BBC mengenai perkembangan tentara Jepang sejak pertengahan 1944.
Pada 6 Agustus 1945, Jepang toh telah luluh lantak oleh bom atom sekutu.
Mengetahui Soekarno tidak mempercayainya, Sjahrir berang. la menantang Soekarno dengan mengatakan siap mengantarnya ke kantor Kenpeitai, polisi rahasia Jepang, di jalan Merdeka Barat, Jakarta, untuk mengecek kebenaran informasi yang ia berikan. Sjahrir mengambil risiko, di kantor intel tersebut ia bisa saja ditangkap. Namun, Soekarno menolak karena yakin bahwa Jepang belum menyerah. Itulah yang membuat Sjahrir marah meski ia tidak menyampaikannya secara terbuka kepada Soekarno.
Kepada Badio murka itu dilampiaskan. Sjahrir mengumpat Soekarno 'manwijf'(pengecut dan banci).Menurut Badio, itulah kemarahan Sjahrir paling hebat sepanjang persahabatan mereka.[]
Sumber:
1.Buku "Sutan Sjahrir.Pemikiran dan Kiprah Sang Pejuang Bangsa"
2.https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/jelang-proklamasi-sukarno-sjahrir-cekcok-cirebon-merdeka-duluan-egih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar