Senin, 08 Mei 2023

MELAWAN DENGAN LUKISAN

"Antara Hidup dan Mati", demikian judul dari lukisan yang dibuat oleh Raden Saleh pada tahun 1848. Lukisan ini menggambarkan pertarungan sengit antara seekor banteng dengan dua ekor singa. Singa betina yang meski sudah jatuh diseruduk, masih berusaha bangkit, mencakar tanduk dan kepala si banteng. Singa jantan menyergap dari belakang, cakar dan giginya mencengkram punggung banteng. Dalam keadaan terluka parah, sang banteng berusaha melepaskan diri dari serangan buas kedua pengeroyoknya. Banteng pun berlaku sama buasnya. Mengikuti nalurinya sebagai makhluk yang harus bertahan hidup, sang banteng berusaha melawan sebisa mungkin. Kedua singa itu menerkam buas dalam seringai nafsu hewani yang sejati. Mereka melakoni peran dalam sebuah dramaturgi alam liar, banteng sebagai mangsa dan singa sebagai pemangsa. Meskipun begitu, mangsa atau pemangsa sama-sama mempunyai peluang jadi pemenang. Hukum rimba berlaku, siapa yang lebih kuat dia yang menang. Berhenti sampai di sini, tak ada yang dapat dimaknai selain sebuah fenomena yang terjadi di alam terbuka, dalam dunia hewan-hewan liar yang merdeka.

Namun, dibalik itu terdapat simbol perlawanan sang Maestro terhadap penjajahan diwujudkan melalui pencitraan seekor banteng yang begitu gigihnya bertarung dengan dua ekor singa, jantan dan betina. Banteng sebagai simbol orang bumiputera, bulu banteng yang coklat tua identik dengan warna kulit sawo matang kaum bumiputera. Bulu banteng kontras dengan bulu singa yang blonde mirip warna kulit orang Belanda. Selain itu, citra banteng sebagai mangsa mewakili keberadaan kaum bumiputera, makhluk yang teraniaya dan menjadi korban kebuasan makhluk lain yang lebih kuat, yaitu bangsa Belanda. Citra singa sebagai pemangsa mewakili keperkasaan pemerintah Belanda yang berkuasa dan menentukan hidup-matinya bangsa jajahannya.

Sayang, salah satu masterpiece Raden Saleh ini dilalap api saat dipamerkan pada "Pameran Besar Kolonial Internasional yang digelar di Paris pada 1931karena terbakarnya Paviliun Belanda dimana lukisan tersebut dipajang.[]


Sumber

1. Buku "Kiprah, Karya dan Misteri Kehidupan RADEN SALEH: Perlawanan Simbolik Seorang Inlander"


2.http://archive.ivaa-online.org/pelakuseni/raden-saleh/page:3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...