Selasa, 26 Maret 2024

TERTIB MENGGUNAKAN UANG NEGARA

Pada tahun 1971 Bung Hatta bersama bu Rahmi disertai Halida, putri mereka pergi berobat ke negeri Belanda dan mampir ke Austria. Sekembali dari sana, bung Hatta memerintahkan Pak Wangsa Widjaja, sekretarisnya mengembalikan kelebihan dana sisa perjalanan yang diperolehnya itu ke negara melalui Sekretariat Negara setelah membuat catatan penerimaan dan pemakaian selama perjalanan dan berapa sisanya. 

Kemudian Bung Hatta memerintahkannya membuat surat pengantar pengembalian uang perjalanan kepada Bapak Presiden dengan ucapan terima kasih.

Tapi pulang dari Sekretariat Negara pak Wangsa malah stres, pasalnya bendahara kepresidenan enggan menerimanya.

"Bendahara Setneg bilang, uang yang sudah dikeluarkan sudah dianggap sah menjadi milik orang yang dibiayai, tidak usah dikembalikan." Jelas Pak Wangsa, itu adalah "uang saku tambahan".

Bung Hatta menegur "Kebutuhan rombongan dan kebutuhan saya sudah tercukupi, jadi sisa uang.ini harus kembalikan."

Tidak terlintas di pikiran Bung Hatta sedikit pun menggunakan sisa uang untuk dirinya sendiri atau keluarganya. Beliau selalu melihat uang itu sebagai uang rakyat Indonesia dan masih banyak orang lain yang membutuhkan sisa uang itu. "Itu bukan uangku, kembalikan kepada negara." Begitu prinsip Bung Hatta


Kembalilah Pak Wangsa dengan berbagai cara memaksa mengembalikan uang sisa perjalanan rombongan itu kepada bendahara kepresidenan, dan setelah ada bukti penyerahan barulah Ayah puas. Sepulang dari Setneg Pak Wangsa berkata, "Saya jadi bahan tertawaan semua orang di Setneg."

Bung Hatta merasa tidak pantas mengambil sisanya setelah pengobatannya dibantu negara. Jadi, "uang itu adalah uang pegangan untuk berjaga-jaga seandainya kurang, tidak untuk dihabiskan semuanya. Karena itu gunakan seperlunya dan sisanya kembalikan!" Sebaliknya, pihak bendahara mengatakan bahwa sudah diperintahkan oleh Bapak Presiden RI untuk digunakan Bung Hatta, artinya untuk dihabiskan. Jangan harap Bung Hatta akan menerimanya, sampai titik darah penghabisan pun tetap saja beliau tidak akan menerimanya. Tidak perduli jumlahnya berapa. Itulah contoh orang berprinsip.[] 


(Dikisahkan oleh Gemala Rabi'ah Hatta dalam buku "Bung Hatta, di mata Tiga Putrinya)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...