Pulang ke tanah air usai mengikuti pendidikan GSG-9 di Jerman selama 22 minggu, Mayor Luhut Panjaitan dan Kapten Prabowo Subianto mengusulkan pembentukan satuan antiteror di Kopassandha.
Usul itu disetujui Letjen Benny Moerdani dan mengangkat Luhut sebagai komandan detasemen antiteror dan Prabowo sebagai wakilnya
Menjelang Sidang Umum MPR Maret 1983, Luhut melihat anak buahnya di Den antiteror sedang siaga.
Dari penjelasan seorang anak buahnya diketahui bahwa Kapten Prabowo akan mengambil Letjen Benny Moerdani bersama perwira lain yaitu , Letjen TNI Sudharmono, MarsdyaTNI Ginandjar Kartasasmita, dan Letjen TNI Moerdiono. Dalam rencana operasi tertutup itu terdapat lima atau enam orang perwira tinggi ABRI yang akan diamankan oleh Prabowo.
Luhut Pandjaitan tidak mengerti dari mana datangnya inspirasi Prabowo untuk menculik L.B. Moerdani.
Luhut segera memanggil Prabowo. Namun, Luhut langsung ditarik oleh Prabowo keluar dari kantor.
"Ada apa, Wo?" tanya Luhut.
"Ini bahaya, Bang. Seluruh ruangan kita sudah disadap," kata Prabowo.
"Pak Benny mau melakukan coup d' etat, " kata Prabowo memberikan informasi rahasia. "Coup d' etat apa?" tanya Luhut.
Prabowo menjelaskan bahwa Benny memasukkan beberapa senjata, yang sebenarnya digunakan untuk membantu pejuang Mujahidin di Afghanistan. Prabowo juga mengatakan bahwa Benny juga melakukan penyadapan radio.
Lebih jauh Prabowo mengatakan nasib Negara akan ditentukan oleh seorang kapten dan seorang mayor yang tak lain Prabowo sebagai pemeran utama didukung oleh Luhut.
Segera Luhut menghubungi Kolonel Sintong Panjaitan yang menjadi Komandan Grup 3 Sandi Yudha di Makassar.
Sintong menyarankan agar hal itu dilaporkan ke Brigjen TNI Jasmin, Wadanjen Kopassandha.
Tak lama kemudian Luhut dan Prabowo menghadap Brigjen TNI Jasmin. Sebelumnya, Prabowo mengatakan, "Abang harus hati-hati." Setelah Prabowo melaporkan bahwa L.B. Moerdani akan melakukan coup de etat, Pak Jasmin tidak percaya.
Prabowo pun marah-marah. "It must be something wrong with him," pikir Luhut. Setelah Luhut dan Prabowo keluar dari ruangan, Jasmin memanggil Luhut kembali masuk ke ruangan.
"Hut, untung kamu ada di sini. Ada apa dengan Prabowo? Coba kamu amati. Kayaknya dia sedang stres berat," ucap Jasmin.
"Pokoknya kamu tahan pasukanmu! Jangan ada yang bergerak," perintah Jasmin.
"Siap! Sudah Pak. Itu sudah pasti," jawab Luhut untuk meyakinkan.
Pulang dari menghadap Brigjen Jasmin, Prabowo mengatakan tidak boleh ada matahari kembar di Den 81 antiteror.
"Di Den 81, hanya saya yang menjadi matahari. Saya komandan. Kamu wakil saya," tegas Luhut.
"Sekarang ini kamu mau menggerakkan pasukan Den 81. Sebagai komandan, saya yang bertanggung jawab," lanjut Luhut.
"Kamu minta saya mengambil Soeharto ke sini. Itu melakukan by pass garis komando berapa jauh?" sambung Luhut.
Sejak saat itulah hubungan antara Prabowo dengan Luhut menjadi retak.
Luhut kemudian menemui Profesor Soemitro, ayah Prabowo bahwa putranya akan diberikan cuti selama dua minggu. la mengatakan, Prabowo agak stres karena terjadinya situasi yang kurang pas di Cijantung. Prof Soemitro menjawab ia dapat memahaminya.
Dalam inspeksi Wakil Komandan Jenderal Kopassandha Brigjen TNI Jasmin ke Grup 3/Parako di Makassar beberapa waktu kemudian, Sintong ditanya Jasmin, apakah ia sudah mendengar tentang kasus Prabowo. Sintong menjawab ia belum tahu. "Prabowo sudah lain sekarang, karena ia dekat dengan Soeharto," kata Jasmin. Menurut Jasmin, Prabowo mengatakan kepadanya bahwa L.B. Moerdani akan melakukan coup de' etat, sehingga negara dalam keadaan gawat. Sebab itu Prabowo akan melakukan gerakan pasukan untuk menangkap
L.B. Moerdani dan beberapa perwira tinggi lainnya.
Sepuluh hari kemudian Luhut dipanggil L.B. Moerdani yang menjadi Asisten Intelijen Hankam, ingin mengetahui kemajuan latihan Den 81.
Luhut lalu melaporkan pelaksanaan latihan yang telah dilakukan. Namun, kemudian Moerdani bertanya.
"Ada apa kamu di Cijantung minggu yang lalu?"
"Sedikit di Republik ini yang saya nggak tahu, tetapi dalam masalah ini Luhut yang tahu," lanjut Moerdani.
"Siap! Terima kasih kalau Bapak sudah tahu. Sudah selesai, Pak," jawab Luhut singkat.
"Baiklah, kalau begitu," jawab Moerdani.
Sesudah itu Luhut tidak pernah ditanya tentang hal itu oleh Moerdani karena episode yang hanya berlangsung selama satu setengah hari itu sudah berakhir.[]
Sumber:
1.Buku "Perjalanan Seorang Prajurit PARA KOMANDO"
2.https://koran-jakarta.com/geger-di-markas-kopassus-tahun-1983?page=2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar