Pada tahun 1978, tiba-tiba saja Jusuf dipanggil Pak Harto. Tidak hanya ia memperoleh promosi menjadi jenderal penuh, ia bahkan ditunjuk untuk menduduki jabatan yang sangat berkuasa di Indonesia, hanya kalah kuasa dari sang presiden sendiri, yakni Menteri Pertahanan dan Keamanan merangkap Panglima ABRI.
Jusuf sendiri kaget karena ia merasa tidak berada di lingkaran terdekat Pak Harto. Lagipula, ia sudah 14 tahun lamanya tidak berdinas aktif sebagai tentara. Mungkin Pak Harto memilihnya karena menilai Jusuf "tidak berbahaya" seperti halnya Jenderal Sumitro, Letjen Sarwo Edi Wibowo atau Letjen Ali Murtopo.
Selama menjabat, banyak sekali yang sudah dilakukan Jenderal M Jusuf. Perintah memanunggalkan kembali ABRI dengan rakyat ia terjemahkan pula berupa Program AMD (ABRI Masuk Desa). Dalam program ini, ABRI dikirim ke daerah-daerah pedesaan untuk membantu langsung pembangunan infrastruktur. Namun yang membuatnya dikenang para prajurit sampai sekarang adalah perhatian yang sangat besar bagi kesejahteraan anak buahnya. Selama lima tahun menjabat Jusuf sangat jarang berada di kantor. la terus berkeliling Nusantara menengok keadaan para tentara dan polisi. la menanyakan langsung tentang kondisi mereka dan keluarga. Tidak cuma bertanya, ia juga memberi apa yang dibutuhkan sejauh yang ia mampu.
Masyarakat umum pun menyukai liputan kunjungannya ke daerahdaerah oleh TVRI. Khususnya dialog langsungnya dengan para prajurit tentang hal-hal ringan namun secara jelas menyiratkan kedekatan:
π©πππππ ππππππ?
πΊπππ, ππππ, ππππ ππππ!
π©ππππ πππ ππππππππππ. π°ππ?
π°ππ, ππππ ππππ!
π²ππ πππππ (πππππππππ) πππππ?
πΊπππ, ππππ ππππ!
π¨ππ-πππππ πππ! πΊπππ πππππ πππππ πππ ππππππ πππππ πππππππ!
πΊπππ, ππππππππππ ππππ ππππ!
Adalah Jenderal M Jusuf pula yang melipatgandakan anggaran untuk kesejahteraan para prajurit. Mutu ransum makan prajurit TNI dan Polri mengalami peningkatan drastis telur, daging dan susu yang biasanya hanya tersaji dalam acara-acara khusus, menjadi menu wajib setiap hari. Target makan 4000 kalori per prajurit per hari benar-benar diterapkan dan diawasi Bukan cuma tentaranya, keluarganya juga kebagian.
Suatu saat Jenderal M.Jusuf meninjau sebuah markas batalyon di Bogor. Mengetahui sudah dua bulan para prajurit tidak menerima jatah makanan ekstra, dimarahilah komandan batalyon didepan anak buahnya. Alasan yang diberikan komandan itu adalah, karena mereka sudah masuk ke Paspampres.
Apa urusannya pemindahan pasukan dengan penghentian jatah makanan. "πΌπππ πππ ππππππππ ππππ ππππππ πππππ ππππππππ ππππππ π ππ ππππππ π πππππ π-ππππ π ππππ. π³ππππ ππππ ππππππ πππππ π ππ πππππ," katanya. Si komandan nampak gemetar. Tapi amarah Jenderal M Jusuf ternyata belum selesai. "π¨πππ πππ! π±πππππ πππππ ππππππ πππππ-πππππ. πΊπππππ πππ ππππ ππ ππππ ππππππ!"
Seorang perwira yang ikut menikmati fasilitas makanan ekstra ini adalah Kapten Susilo Bambang Yudhoyono. Meski harus seharian melakukan latihan fisik berat, ia dan para prajurit tetap bersemangat bahkan gembira. Sebab mereka tahu susu atau kolak kacang hijau akan menanti di barak di setiap akhir latihan nanti.
Para prajurit benar-benar menghormati Jusuf karena sikapnya yang kebapakan. Bahkan saat meninjau barak Kopassus diCijantung, Jenderal Jusuf sampai berdialog dengan ibu-ibu di tempat jemur pakaian. Tak ada jarak antara sosok nomor satu di TNI itu dengan keluarga prajurit rendahan.
Hal-hal ini membuatnya sangat populer di jajaran ABRI. Mulai muncul bisik-bisik miring mengenai Jusuf. Saat itu kekuasaan Pak Harto begitu kokoh. Persaingan sengit berlangsung di antara lingkaran dekatnya untuk menjadi yang paling dekat, bukan untuk menggesernya. Isu yang paling laku adalah siapa yang berpotensi menyaingi Pak Harto, biarpun peluangnya untuk berhasil sangat tipis.
Dalam sebuah pertemuan tahun 1982 di antara pejabat tinggi negara yang dihadiri Presiden Soeharto, Jenderal M Jusuf dan Mendagri Amir Machmud, kecurigaan itu meledak. Di situ dibahas kurangnya dukungan politik yang diberikan ABRI bagi Golkar dalam pemilu terakhir. Pembicaraan melebar ke soal popularitas Jusuf yang meroket di kalangan prajurit. Amir mempertanyakan soal itu. Merasa disindir dan dicurigai, Jusuf kehilangan kontrol. la marah dan menggebrak meja. la tidak diterima dicurigai, dan ia tidak mau dipersalahkan soal perolehan suara Golkar yang kurang memuaskan.
Jusuf mengatakan, "πΊπππ πππ πππππ π©ππππ. πΊπππ πππ ππ πππππ ππππ πππππππππππππ ππππ ππππππ π±πππ πππ. πΊππππ ππππ ππππ πππππππ ππ ππππ πππππ, π ππ ππππ πππ ππ πππππ ππππππ". Jusuf tahu Amir cuma pion. Pak Harto lah yang tengah mempertanyakan loyalitasnya.
Jusuf sudah tahu gerak geriknya diawasi oleh asisten intelijennya sendiri yang nantinya menggantikannya sebagai Pangab, yakni Letjen Benny Moerdani. Kecurigaan itu menyinggung perasaan Jusuf sehingga ia tidak mau lagi menghadiri sidang-sidang kabinet sampai ia meletakkan jabatan pada bulan April 1983.[]
Sumber
Buku
"Untuk Republik" Kisah-kisah Keteladanan Kesederhanaan Tokoh Bangsa.
Keterangan foto: Menhankam/Pangab sedang menginspeksi prajurit ABRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar