Selasa, 26 Maret 2024

DUA SULTAN BERSIMPANG JALAN

Di Europese Lagere School (ELS) yang terletak di Jalan Pakem Yogyakarta itulah Henkie menyelesaikan pendidikan dasarnya dengan segala suka dukanya, termasuk 'antem-anteman' (berkelahi).

Ada seorang temannya yang punya nama panggilan Mozes berasal dari Pontianak yang tinggal di Yogya ditemani seorang 'gouvernante' (pengasuh- pendidik) berkebangsaan Inggris bernama Nyonya Fox.

Dengan penampilan yang agak feminin, Mozes tidak menyukai 'antem-anteman' antar murid laki-laki dan suatu saat ia diadu dengan seorang murid perempuan jago berkelahi yang berakhir dengan kemenangan murid perempuan tersebut.

Tahun 1930, setelah menamatkan HBS, Henkie, nama panggilan Sultan Hamengkubuwono IX melanjutkan pendidikannya ke Rijksuniversiteit, Leiden. 

Tiga tahun kemudian Sultan Hamid II, yang mempunyai nama panggilan Mozes menyusul untuk menempuh pendidikan militer di KMA Breda

24 Januari 1950 Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX menerima informasi intelijen bahwa Batalion X pimpinan Kapten Raymond Pierre Westerling akan menyerbu sidang kabinet Pemerintahan Republik Indonesia Serikat yang dijadwalkan di Pejambon pada sore hari.

Dari informasi diperoleh rencana Westerling akan menghabisi Menteri Pertahanan, Sekretaris Jenderal Ali Budihardjo, dan Kepala Satuan Angkatan Perang TB Simatupang. Setelah itu, kata Sultan, pasukan Westerling akan memaksa Presiden Sukarno mengangkat menteri negara sonder portofolio dan menunjuk Sultan Hamid II sebagai Menteri Pertahanan menggantikan dirinya.

Rupanya ada kekecewaan Sultan Hamid atas pengangkatan Sultan Hamengkubuwono sebagai Menteri Pertahanan. Jika Sultan Hamid menjadi Menteri Pertahanan, maka Belanda masih bisa menguasai angkatan perang, karena dikuasai menteri bekas KNIL.

Meski waktu itu Hamengku Buwono IX mengetahui rencana ini, sidang kabinet tetap digelar. Hatta memulai rapat pukul 17.00. Semua menteri hadir kecuali Hamid II, yang datang terlambat, sejam setelah rapat dimulai. Pada pukul 18.30 tiba-tiba sidang ditutup oleh Perdana Menteri Mohammad Hatta, dan semua menteri meninggalkan tempat.

Malam itu juga, atas perintah Hamengku Buwono IX, pasukan RIS mengejar Westerling ke seluruh pelosok kota, namun ia berhasil melarikan diri ke Singapura.

Selanjutnya Hamengku Buwono IX mempersiapkan rencana penangkapan Hamid.

Karena Hamid adalah seorang menteri Negara, maka harus ada surat perintah yang ditandatangani langsung oleh Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta serta Sekretaris Kabinet Abdul Karim Pringgodigdo.

Pada dinihari esoknya, sekitar pukul 03.00, pasukan RIS menangkap Hamid II di tempatnya menginap, Hotel Des Indes, Jakarta Pusat. Dua tuduhan yang dialamatkan kepada Hamid adalah rencana makar dan ditengarai berada di balik penyerangan pasukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pimpinan Westerling terhadap pasukan Divisi Siliwangi, 23 Januari 1950.

Walau dibantah, Hamid II tetap dinyatakan terbukti bersalah merencanakan makar dan dihukum sepuluh tahun penjara.


Sumber

1.Buku "Tahta untuk Rakyat" Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengkubuwono IX

2.Buku "Hamengkubuwono IX" Pengorbanan Sang Pembela Republik 

3.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabinet_Republik_Indonesia_Serikat#:~:text=Kabinet%20Republik%20Indonesia%20Serikat%20atau,kedaulatan%20dari%20kekuasaan%20kolonial%20Belanda.

Keterangan foto: Sultan Hamengkubuwono IX dan Sultan Hamid II di rumah peristirahatan di Kaliurang, 20 April 1948



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...