Rabu, 19 Maret 2025

SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki meninggal saat kecil. Dimata Clara, Nest memang menawan, disamping gagasannya yang menarik.

Pernikahan mereka berakhir pada 1915 karena alasan ekonomi. Pengadilan memutuskan ketiga putrinya mengikuti Sang ibu.


Nest lalu mengenal Johanna Petronella Mossel, sekretaris dan bendahara Ksatrian Institut dimana dia adalah ketua Yayasan. Seperti istri pertamanya,  Johanna terpikat oleh Nest dengan ketampanan dan mata tajamnya. "Tapi, kalau berbicara, nah,... inilah susahnya, benar-benar menarik perhatian setiap orang" tutur Johanna. Perbedaan usia keduanya yang jauh, membuat orangtua Johanna sempat menentangnya. Namun keduanya nekad, pada 22 September 1926 dengan disaksikan adik Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat mereka menikah di Bandung.

Manisnya madu rumah tangga tiba-tiba terputus. Pada awal 1941, Setiabudi ditangkap Belanda dan ditahan di Ngawi, Jawa Timur. Pada awal 1942, dia diasingkan ke Suriname. Uniknya, Douwes Dekker berpesan supaya istrinya menikah dengan pengikutnya, Djafar Kartodiredjo. Setahun kemudian pesan suaminya dilaksanakan Johanna demi keselamatannya.


Akhir 1946, sampai di Belanda usai pembuangan di Suriname, DD, panggilan Douwes Dekker menderita sakit dan dirawat di gedung perkumpulan Perhimpunan Indonesia di Amsterdam. Disini dia mengenal Nelly Alberta Kruymel yang setia merawatnya. Rupanya janda beranak satu tersebut mempunyai darah Indonesia. "Kau bukan Belanda, hatimu hati Indonesia" demikian DD membujuk Nelly.

Dengan kapal "Weltevreden" akhirnya putri administrator perkebunan tembakau di Binjai itu kembali ke negara ibunya bersama DD. Pada 8 Maret 1947 mereka menikah di Masjid Agung Yogyakarta.

Nelly kemudian mengganti namanya menjadi Harumi Wanasita dan anak dari suami pertamanya diubah namanya menjadi Koesworo Setiabudi

Tiga bulan usai menikah dengan Nelly, DD menceraikan Johanna Petronella Mossel.[]


Sumber 

Buku "Douwes Dekker" Sang Inspirator Revolusi 


Keterangan foto: EFE Douwes Dekker bersama istri pertamanya Clara Charlotte Deije dengan tiga putrinya



MISTERI FOTO POLAROID SUPERSEMAR

 Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Jum'at malam, 11 Maret 1966

Sepulang dari Istana Bogor menghadap presiden Sukarno, tiga jenderal, yaitu Brigadir Jenderal Muhammad Yusuf, Mayor Jenderal Basuki Rachmat, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud menuju Makostrad di Jl.Merdeka Timur, Gambir. Pangkostrad Mayor Jenderal Soeharto lalu mengadakan rapat bersama tokoh-tokoh politik.

Ditengah rapat, letkol Ali Moertopo menyorongkan dua lembar surat kepada orang kepercayaannya, Mayor Aloysius Sugiyanto "Tolong, cepat gandakan" perintahnya "Segera kembali"

Dengan dikawal polisi militer, Sugiyanto berkeliling Jakarta menggunakan jip, mencari studio foto yang masih buka. Tapi karena hari sudah larut dan diberlakukan jam malam, ia mengalami kesulitan 

Akhirnya Perwira intelijen Kostrad itu pun memutuskan menggedor rumah Jerry Albert Sumendap, pengusaha asal Manado, Sulawesi Utara, di Jalan Lombok, Menteng, Jakarta Pusat.

Jerry, yang dikenal Sugiyanto bisa diandalkan dalam situasi darurat dan sering ke luar negeri, punya banyak peralatan canggih pada masa itu.

Sampai di rumah Jerry, yang kebetulan sedang ada, Sugiyanto menempelkan dua lembar surat ke dinding dan membuat fotonya menggunakan kamera Polaroid, karena pesannya harus segera kembali ke Makostrad. Dari lima foto yang dibuat, hanya tiga yang hasilnya memuaskan. Sugiyanto lalu memasukkan surat asli dan fotonya ke dalam satu map.

Di ruang rapat Kostrad, Sugiyanto mengantarkan map itu ke Brigadir Jenderal Soetjipto, Ketua G-V Koti atau Komando Operasi Tertinggi. Di ruang rapat itu masih ada Soeharto yang mengenakan pakaian loreng dan syal kuning pada lehernya dan suaranya serak, Sugiyanto melapor ke Ali Moertopo. Hanya sampai disitu perjalanan surat tersebut sepengetahuan Sugiyanto.


Berpuluh tahun kemudian, Sugiyanto baru tahu pada malam itu Soetjipto menelepon Letkol Sudharmono. la minta disiapkan rancangan surat keputusan pembubaran PKI. Sudharmono memerintahkan Letnan Satu Moerdiono membuat konsep surat itu.

Moerdiono juga menuturkan sempat memegang Supersemar asli yang diyakini terdiri atas dua lembar hanya satu jam. Dokumen itu dibawa pergi Boediono, ajudan Soetjipto, untuk dijadikan dasar konsep dan dikembalikan ke Makostrad.[]


Sumber:

1.Buku "Rahasia-rahasia Ali Moertopo"

2.https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20190311/Ada-di-Mana-Surat-Perintah-13-Maret/

3.https://www.kompas.com/stori/image/2022/03/11/090011979/3-versi-supersemar-dan-perbedaannya?page=1







KISAH CINTA SEKRETARIS DAN BOSSNYA

Saat dilantik menjadi Perdana Menteri pada 14 November 1945, Sutan Sjahrir mengangkat dua sekretaris, satu untuk menangani pribadi yang berkantor di rumahnya  jl.Jawa Menteng.

Untuk sekretaris yang bekerja di kantor, dia minta rekomendasi kepada Soedjatmoko, sahabatnya yang akhirnya membawa sang kakak, Poppy.

Terlahir dengan nama Siti Wahjunah Saleh, Poppy seorang 'candidate jurist' dari Rechtschool atau sekolah tinggi hukum di Batavia.

Poppy yang merupakan sekretaris baru menarik sang Perdana Menteri. Bila melintas, Sjahrir sering menggoda dan alih-alih marah, Poppy hanya bersemburat merah pipinya. Rupanya cinta Bos dan Sekretaris itu tidak bertepuk sebelah tangan, karena Poppy sendiri mengagumi Sjahrir.

Usai perjanjian Linggarjati, Sjahrir mengajak Poppy hadir pada pesta yang diadakan gubernur jenderal HJ. Van Mook yang menampilkan konser musik dari negeri Belanda.

Akhir 1949 Poppy mendaftar ke Universitas Leiden dan setahun berikutnya meraih gelar meester in de rechten. Setelah itu dia kuliah di London School of Economics di Inggris.

Selama studi itu ia berpisah dengan Sjahrir. Masa menjaga jarak ini berakhir dengan menikahnya mereka di Kairo Mesir dengan penghulu Syekh Abdul Magud Selim, rektor universitas Al-Azhar. Soedjatmoko bertindak sebagai wali dari Poppy.

Sejak 18 Januari 1962 Sjahrir menjalani kehidupan dipenjara, mulai dari Madiun, RSPAD, jl.Keagungan (Jakarta utara) dan RTM Budi Utomo (Jakarta Pusat).

Atas izin Bung Karno, 21Juli 1965 Sjahrir bersama keluarganya terbang ke Zurich untuk berobat.

April 1966 kondisi Sjahrir makin menurun, sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit. Setelah mengalami koma selama tujuh hari, pada 17 April 1966 Sutan Sjahrir berpulang.

Setelah Sjahrir meninggal, Poppy masih menyempatkan untuk membuat cetakan wajah Sjahrir yang selalu disimpan dalam sebuah kotak perhiasan. Cetakan wajah itu selalu dilihat Poppy dari waktu ke waktu sambil menangis.

Dan Poppy tidak pernah lagi memakai perhiasan dan perias muka sampai akhir hayatnya.

Saat meninggal, Poppy juga dimakamkan di TMP  Kalibata meski tak berdampingan dengan almarhum suaminya. Pemerintah juga menganugerahkan Bintang Mahaputra kepada Poppy Sjahrir.[]


Dari buku

SUTAN SJAHRIR

Pemikiran dan kiprah Sang Pejuang Bangsa



SUAMI DENGAN TIGA CINTA

1904 Nest, demikian panggilan EFE Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije dan memperoleh 5 anak, dua diantaranya laki-laki mening...